***
Di sisi lain, Firman melaju di tengah pemukiman yang terasa sunyi. Cahaya lampu mobilnya menerangi jalan yang minim penerangan. Dia semakin mendekati lokasi pertarungan yang telah dia terima.
Tentu, Firman tak menerima mentah-mentah tawaran tersebut. Dia memikirkan keputusan pertarungan itu baik-baik. Dendamnya kepada Yudi begitu membara, sebab Yudi yang membuatnya mengalami trauma di masa dewasa. Bahkan Firman telah mengumpulkan tenaga serta tekad yang kuat untuk menghadapi Yudi. Harap saja, dia bisa menang dalam pertarungan tanpa hambatan.
Mengingat pertarungan, Firman pernah sekali bertarung dengan Yudi di belakang sekolah, dan satu kali putaran membuatnya kalah. Untuk kali ini, Firman bertekad untuk tidak mengulangi kelemahan yang pernah dia alami. Dia harus kuat dan mampu mengalahkan Yudi.
Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang, Firman akhirnya tiba di depan sebuah rumah sederhana berwarna kuning, tanpa pagar yang mengelilingi. Hanya rerumputan yang tumbuh di sekitar teras rumah. Cahaya lampu depan yang redup membuat rumah itu tampak agak suram dan tidak terawat.
Setelah turun dari mobil, Firman merasa perlu memeriksa sekitarnya dengan cermat. Tidak ada tanda-tanda kehadiran siapa pun. Namun, ketika dia sibuk mencari-cari, ponselnya tiba-tiba berbunyi nyaring di saku celananya. Firman tahu dengan pasti bahwa itu adalah panggilan dari nomor anonim atau mungkin dari Yudi sendiri.
Firman mengangkat ponsel, tanpa ragu dia menjawab panggilan dari nomor yang sama dengan yang dia terima sehari sebelumnya. "Halo?"
Suara di seberang segera merespons, "Kamu di depan rumah itu sekarang? Putar tubuhmu 90 derajat lalu jalan terus kemudian belok kiri. Begitu dapat pot bunga besar di pojok arah jam 1, belok kanan. Di situlah kita bertarung."
Panggilan terputus, dan Firman segera mengikuti instruksi Yudi. Langkahnya pelan, hatinya berdetak kencang. Dia harus tetap waspada, membaca setiap gerak Yudi, tidak boleh lengah.
Ketika Firman tiba di lokasi yang ditentukan, dia melihat Yudi sedang berdiri membelakanginya. Yudi mengenakan kemeja lengan panjang dan kedua tangannya berada dalam saku celananya.
Tahu lawannya sudah sampai, Yudi berbalik, dan senyuman khasnya muncul di wajah. "Sudah sampai? Gimana? Siap bertarung?" kata Yudi dengan langsung, mendekati Firman yang menatapnya tajam.
"Wah, lihatlah si lemah ini. Kamu nggak ada takut-takutnya sama sekali ya," ejek Yudi sambil tertawa, lalu dia memegang rahang Firman yang mulai menegang. "Hei, sepertinya kamu akan memenangkan pertarungan deh. Kamu siap banget malah."
"Kamu pikir aku takut?" Firman bersuara dengan penuh keyakinan, suaranya bergema di sekitar mereka. "Sungguh kamu akan bertarung satu lawan satu? Kamu tidak sedang melakukan kecurangan bukan?"
Yudi tersenyum sinis. "Kecurangan apa, hmm? Maksudnya, aku bawa orang gitu dalam pertarungan kita?" Dia melihat ke kiri dan ke kanan, mendengarkan keheningan malam yang hanya diisi oleh suara jangkrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...