Bab 90

79 4 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

TRIGGER WARNING!!!

Setelah berbagai pertimbangan yang ada, Firman pun akhirnya berniat diri untuk menemui Mira. Lagi, dia masih menikmati cuti kantornya. Firman akan berangkat dengan berbekal arahan dari Heru serta titik peta yang sengaja dibagikan Heru agar Firman mudah menemukan aksesnya.

Sepekan telah berlalu. Firman dapat menunggu dengan sabar dan kesehatannya juga membaik. Firman akan melepas rindunya kepada Mira, setelah sekian lama.

Firman berpakaian casual, yaitu celana panjang oversize lalu kaos putih sebagai dalaman dan rompi berbahan kain untuk memperlengkap penampilannya. Dia cuma membawa satu dompet saja, apabila di perjalanan nanti dia kelaparan dan bisa singgah ke minimarket untuk membeli camilan.

Firman sadar, jarak dari rumahnya ke rumah Mira berkisar hampir 20 km. Itu agak jauh menurutnya. Namun lagi dan lagi, Firman tidak peduli. Dia sangat ingin bertemu dengan istrinya itu. Dia ingin melepas kangen dengan Mira. Dia benar-benar berubah dan kesehatan mentalnya juga jauh membaik, setelah melakukan pengobatan intensif.

Maka dengan kepercayaan tinggi, Firman mengambil kunci mobil miliknya dari atas nakas lalu keluar dari kamar ditemani keheningan yang terisi di satu rumah. Memang karena keluarganya masih memiliki kesibukan di luar, jadilah Firman berangkat sendirian. Mereka juga pasti sadar Firman sedang keluar rumah.

Setelah mengunci rumahnya, Firman mulai membuka mobil dengan alarm kemudian menarik pintu mobil untuk masuk ke dalamnya. Saat semuanya telah siap, Firman pun menyalakan mesin mobil dan mengapit ponselnya ke car holder miliknya. Beruntunglah dia sempat membeli alat itu sepulang dari kantor sejak lama.

Firman memutar kemudi mobil begitu berhasil memundurkan kendaraan hingga menyentuh permukaan jalan komplek. Barulah dia menginjak gas dan menikmati perjalanannya kali ini dengan perasaan tenang.

Firman berhasil keluar dari komplek perumahan miliknya lalu bertemu dengan jalan utama yang nantinya akan mengarah pada jalanan besar. Selama perjalanan, Firman terus menerus merapalkan nama Mira di mulutnya. Betapa rindunya Firman terhadap Mira. Dia sangat ingin memeluk wanita mungil itu erat-erat, dan mungkin saja berbagi kasih sayang seperti dulu.

Sepanjang mengitari jalan, Firman telah melewati banyak gedung perkantoran bahkan kini pusat perbelanjaan. Firman masih harus bertemu dengan pusat kota barulah nanti dia ketemu dengan jalanan khusus, di mana jika diikuti dengan peta, bakal memasuki wilayah kompleks perumahan cluster.

Perjalanan Firman masih jauh, sekitar 15 km lagi. Namun Firman tak patah semangat dan langsung menginjak gas secara perlahan agar menambah kecepatan mobilnya.

Tak terasa pusat kota sudah selesai terlewati, dia berniat untuk memasuki jalan tol. Yang mana nanti akan lebih cepat sampai dan akan lebih hemat 2 km daripada mengitari jalan utama.

Firman masih merasa rileks begitu mengendalikan mobilnya dan memutar kemudinya. Namun sekilas, dia merasakan sesuatu yang aneh.

Tepat setelah membayar akses tol menggunakan kartu e-toll-nya, tiba-tiba mobil sedan warna silver perlahan mengekori mobil hitam miliknya. Firman merasa, harusnya mobil itu bisa menyalip saja apabila ingin buru-buru. Toh Firman berada di jalur kiri, dan jalur kanannya benar-benar kosong. Lihat saja mobil lain di belakangnya. Tampak mobil tersebut mengambil jalur kanan dan menyalip mobil Firman. Kenapa mobil sedan itu tidak ikut menyalip?

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang