***
Dua pekan kemudian
Mira mengangkat satu koper kabin untuk dibawa keluar. Sementara satu tas besar yang berisi baju-baju Arka serta baju terusan Mira dibiarkan di dalam ruang tamu, sembari menunggu Surya menjemput dengan mobil pribadi. Nantinya mobil pribadi milik Surya itu bakal dititip di rumah Adrian, omnya.
Fitri dan Shinta sendiri sudah lebih dulu berada di rumah Adrian, karena mereka akan berangkat dari sana nantinya langsung menuju bandara. Untuk putranya, Arka kebetulan tertidur di stroller, sangat nyenyak. Pas sekali stroller tersebut bersampingan dengan koper dan barang bawaan lainnya di ruang tamu.
Mira rasanya ingin merebahkan tubuhnya di sofa panjang miliknya, untuk terakhir kali, sebelum benar-benar pindah ke Surabaya. Jika dipikir-pikir, Mira masih belum rela untuk pindah. Terlebih lagi dia tak dapat konfirmasi apa pun dari Firman dan keluarganya.
Sebelumnya, Mira berniat menelepon mertuanya hanya sekadar mengucapkan selamat tinggal karena akan tinggal berjauhan, namun yang didapat adalah tidak ada respon sama sekali dari mereka. Mereka bahkan tidak mengaktifkan nomor telepon, sehingga susah dihubungi.
Mengenai hal itu membuat Mira berpikiran buruk, bahwa pasti dengan memberikan isyarat seperti itu, sudah jelas mereka benar-benar akan berpisah. Mira tentu bakal mengikhlaskan, apa pun keputusan Firman nantinya.
"Firman sudah mempengaruhi mereka agar tidak menghubungiku," gumam Mira pelan sambil menatap barang-barang bawaannya. "Aku berharap yang terbaik buat Firman. Kalau Firman bisa mencari orang lain sebagai penggantiku."
Mira beralih pandangan ke Arka, yang mana bayi kecil itu tengah terlelap dengan posisi kepala sebelah kanan. Kemudian Mira mengulum senyum seraya tak menyadari bahwa air mata tergenang di pelupuk hingga merembes membasahi pipinya.
"Maafkan mama ya, nak. Kalau kamu tidak bisa bertemu dengan papa kandung kamu. Mama janji, bila mama bisa membuka hati mama ke orang lain dan bisa baik sama kamu, maka kamu bisa punya papa walau cuma seorang papa sambung."
Meskipun hal itu tidak ingin terjadi, namun lagi dan lagi Mira harus menguatkan diri dan melihat realita bahwa Firman tidak bakal membutuhkannya sebagai seorang istri. Dia rela, Arka diurus oleh orang tua baru bila Mira ikhlas menerima seseorang yang mencintainya kelak.
"Mira? Ayo kita berangkat. Ibu sama Shinta sudah menunggu, tinggal dua jam lagi dari estimasi keberangkatan kita."
Surya buru-buru mengangkat koper kabin milik Mira dan dibawa keluar untuk dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Sementara Mira cuma mendorong stroller dan Surya lanjut membawa tas besar sebagai barang satu-satunya yang ada di rumah.
Setelah itu, Mira menggendong Arka dan masuk ke dalam jok belakang pengemudi. Dia mengguncang Arka yang tiba-tiba terbangun dan mengelus pundak putra kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...