***
"Mira! Kamu ada di dalam kan?" Kepalan tangan Firman dengan keras menghentak pintu unit 20-7 berulang kali. Firman yang masih mengenakan piyama berwarna biru gelap, terus meneriakkan nama Mira secara nyaring. Pukul 8 pagi, dia sudah berharap Mira akan mempersiapkan bekal untuknya.
Tidak lama kemudian, pintu unit tersebut terbuka perlahan, dan Mira muncul. Wajahnya yang segar dan cerah menjadi kontras dengan kegelapan piyama Firman.
"Loh, Firman? Kenapa kamu malah di sini? Bekalnya belum jadi loh, barusan aku mulai menanak nasi," kata Mira heran, mengabaikan pertanyaan sebelumnya.
Alih-alih menjawab pertanyaan istrinya, Firman yang lebih tinggi dari Mira, dengan cepat melangkah mendekatinya dan meraihnya dalam pelukan. Mira terkejut oleh tindakan Firman yang tiba-tiba. Membuatnya terkesiap.
"Aku kesepian. Boleh aku sambung tidur di unit kamu?" Firman berkata dengan suara lembut, hampir merendahkan suaranya di dekat telinga Mira. "Soalnya aku masih ngantuk."
"Kamu nggak masuk kantor hari ini?" Mira bertanya sambil terkekeh ringan.
"Masuk sih, tapi jam siang. Kebetulan aku dapat izin karena ada janji konsultasi jam 9 pagi. Seperti biasa, temani ya." Firman mengelus lembut puncak kepala Mira. Kemudian, Mira mempersilakannya masuk ke dalam unitnya. Firman duduk di sofa sambil memperhatikan Mira yang sibuk di dapur.
"Aku baru menanak nasi. Duduklah dulu," kata Mira sambil melangkah ke dapur lalu mengikat rambutnya.
Firman memutuskan duduk di sofa, lalu memejamkan kedua matanya ditemani bantal guling yang sengaja dia bawa dari unit sebelah.. Dengan tenang, dia memulai tidurnya di sofa yang lebar itu.
Mira yang sibuk menggoreng nugget, spontan menoleh ke arah ruang utama. Di sana, dia melihat pria berpiyama yang tertidur dengan manja, memeluk guling. Senyum ringan melintas di wajah Mira, lalu mengalihkan fokus pada masakannya.
Bekal yang dia sediakan tidak jauh berbeda dari makanan cepat saji. Mira menggoreng lebih dari lima buah nugget, dan nasi yang dikepal. Dia memastikan semuanya terasa lezat, termasuk nasi kepal yang mana memberikan sentuhan berupa bumbu penyedap dan minyak wijen. Kemudian tak lupa menambahkan rumput laut ke dalam wadah dan membentuk bola-bola nasi.
Setelah bekal siang untuk Firman selesai, Mira menyusunnya dengan rapi dalam satu wadah dan menaruhnya dalam tas kecil.
Saat Mira membereskan kekacauan di dapur, tiba-tiba Mira merasakan ada lengan yang memeluknya dari belakang. Dia mengerjap kaget.
"Fi–Firman? Kok udah bangun aja? Bukannya kamu mau sambung tidur di sini?" Mira bertanya, merasa sedikit malu.
"Aku ingin menghidu aroma tubuh kamu. Boleh?" Firman menjawab lembut, justru balik tanya. "Aku yakin kamu ini wangi banget, apalagi di depan pintu, aku menghirup aroma lavender di baju kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...