Bab 65

43 2 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelas 11 SMA

Heru melihat langsung proses jahit luka yang berada di bahu putranya. Bahkan Heru sempat meringis, begitu tahu luka tersebut sangat parah dan harus diobati.

Beberapa jam lalu, Heru mendapatkan kabar bahwa Firman dipukuli botol beling sampai terluka. Mendengar hal itu, Heru sangat terkejut. Namun sayang, Heru tidak mengetahui siapa yang membuat anaknya terluka.

Setelah menjalani pengobatan yang terbilang panjang, kini Firman mendapatkan ruang perawatan. Ayahnya sigap menjaga Firman hingga mulai terbaring di kasur rumah sakit. Bagian atas dinaikkan agar dapat leluasa berinteraksi.

Heru membawa buah yang sudah dia olah untuk Firman. Tangannya menengadah bawah piring sambil tersenyum di hadapan Firman.

"Bagaimana keadaan kamu, nak? Apa masih sakit di bagian bahu?" tanya Heru sembari menarik kursi bulat lebih mendekat ke kasur. "Ayah nggak tahu siapa yang bikin kamu begini. Kalau saja ayah bergerak cepat, ayah pasti bisa langsung menemukan pelakunya."

"Ayah." Firman bersuara pelan, berinteraksi dengan Heru. "Waktu aku diserang kan, aku dipukuli sampai nyaris nggak sadarkan diri. Jadi mana tahu siapa pelakunya."

Heru melenggut spontan. "Benar juga. Kamu nggak tahu siapa yang bikin kamu kayak gini. Andai Dimas tidak menemukan kamu, bisa-bisa kamu terluka parah dan bisa jadi pula kamu harus dirawat intensif beberapa minggu.

Firman tentu bersyukur ada Dimas–teman sebangkunya– yang menolongnya. Di gang barusan, dia bisa mendengar suara panik Dimas kemudian tubuhnya mulai dipapah perlahan-lahan. Lalu sedetik kemudian barulah dia tidak sadarkan diri, dan tahu-tahu dia sudah berada di ruang UGD.

"Dimas bilang, kamu sempat dihadang sama beberapa teman sebaya kamu, kan?" tanya Heru menatap lamat-lamat putranya. "Kalau kamu bisa ingat, siapa-siapa aja yang menghadang kamu, nak?"

Firman terdiam. Otaknya merasa buntu kala disuruh mengingat siapa saja yang telah menyerangnya tadi sore. Yang dia ingat ada satu orang yang memukul keras tengkuknya. Meski merasa sakit yang amat sangat, Firman masih bisa menahannya dan sempat mengeluarkan jurus lalu menyerang segerombolan berseragam sekolah. Entah siapa mereka.

"Firman tidak tahu, ayah." Hanya itu yang bisa Firman jawab. "Saat itu memang posisi Firman lagi pulang sekolah, dan Firman nggak sadar kalau Firman bakal diserang secara tiba-tiba. Firman nggak ingat lagi."

Heru menghela napas berat. Sungguh, cobaan yang tiada henti membutuhkan banyak kesabaran dan tenaga ekstra. Entah dari anaknya atau istrinya, semua hal. Heru bahkan tidak punya solusi lagi terkait masalah hidupnya.

"Nak. Ayah mohon, jangan lupakan kejadian yang hampir bikin kamu meninggal ini." Heru memberi pesan. "Jika kita ada waktu buat mengingatnya, di situlah kita harus bertekad untuk mencari pelakunya. Jangan biarkan si penyerang tersenyum santai begitu saja, dia harus kena hukuman yang setimpal. Terlebih ini fatal loh, percobaan pembunuhan."

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang