***
Sebulan benar-benar berlalu. Firman sungguh tidak diberi kesempatan untuk bertemu Mira. Sekalipun Heru memberikan janji manisnya bahwa Firman diperbolehkan ketemu. Namun nyatanya, Firman justru diperketat pengawasannya oleh Heru atau Nindya. Setelah mengikuti fisioterapi tiga pekan yang lalu, Firman diminta untuk istirahat total dan sampai saat ini dia tak pernah keluar dari rumah. Bahkan Firman mendapatkan cuti dari kantornya.
Sisi positif, Firman masih ada harapan untuk sembuh total. Namun di sisi lain, Firman sangat kangen. Dia ingin sekali memeluk dan membelai Mira seperti biasa. Akan tetapi, dia harus punya berbagai cara agar mengelabui Heru dan Nindya.
"Apa mungkin ayah dan ibu menyembunyikan sesuatu, supaya aku tidak boleh ketemu dengan Mira?" tanya Firman curiga, sambil menatap langit-langit kamarnya. Dia dalam posisi berbaring di atas ranjangnya.
Selama cuti sakit, yang bisa Firman lakukan hanyalah mondar-mandir keluar dari kamarnya. Cuma untuk mengambil makanan yang tersedia di meja makan, lalu tak lupa meminum obat dari dokter juga psikiaternya. Dia tak bakal kelewatan memeriksa juga mentalnya dan untung baik-baik saja, selagi Firman tidak mengalami gejala apa pun.
"Ayah pulang!" Heru berseru dari luar kamarnya. Membuat Firman menolehkan kepala ke samping. Menunggu ayahnya yang pasti akan masuk ke dalam kamar.
Benar saja. Heru membuka pintu lalu mengangkat satu tangan yang membawa satu paket ayam goreng lengkap dengan minuman kaleng di dalam kantong kresek bening tersebut.
"Gimana keadaan kamu, nak? Apa rutin minum obatnya?" tanya Heru sambil menaruh bawaannya di atas nakas lalu membantu Firman untuk bangun dan menegakkan tubuh.
"Rutin. Nggak pernah absen," jawab Firman kemudian menyandarkan belakang tubuhnya di dipan tempat tidur. "Tumben ayah pulangnya cepat. Biasanya ayah pulang jam lima atau jam enam? Ini malah jam empat ayah pulangnya."
Firman hafal betul kebiasaan sang ayah yang pulang terlalu petang. Bahkan hampir tiap hari ayahnya seperti itu, membuat Firman jadi tahu jadwal pulang ayahnya.
"Kelas karyawan ayah pindahkan ke malam. Ini juga bentar lagi mau kelas daring. Padahal sejatinya mereka harus ke kampus jam segini, tapi ayah pindahkan saja demi merawat kamu."
Firman baru pertama kali melihat ayahnya seinisiatif itu untuk menjaganya. Biasanya Heru selalu memastikan kondisi kesehatan Firman di waktu malam. Tapi hari ini, ayahnya menjadi ayah siaga sekarang. Bila Firman butuh apa-apa, Heru pasti segera menuruti permintaannya.
"Ayah, aku mau tanya sesuatu, boleh?"
Heru yang barusan mengeluarkan kotak kemasan ayam goreng dari kantong tersebut, langsung mendongak kala anaknya ingin menumpahkan rasa penasarannya.
"Tanya apa, nak?"
Firman sempat menggigit bibir lalu bersuara. "Ayah kan janji kalau sudah fisioterapi, aku harus ketemu Mira. Tapi kenapa ayah ... melarang aku untuk ketemu dia? Dengan dalih kaki kananku masih pincang? Padahal, aku baik-baik aja. Aku bahkan udah istirahat total dan mengambil cuti lagi di kantor. Tidak ada masalah sama sekali, dan tidak ada keluhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...