Extra Chapter #3

119 3 0
                                    

TW: sadness

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TW: sadness

***

Besok adalah hari pertama Mira mengajar di sekolah. Mira tentu sudah memiliki kesiapan penuh untuk melaksanakan pekerjaannya sebagai guru. Seperti yang sudah diungkit sebelumnya, Adrian telah mengurus semua penunjang Mira dimulai dari sertifikasi pendidikan sampai urus nomor kepegawaian agar Mira tidak berstatus guru kontrak melainkan guru tetap. Beruntunglah Adrian bergerak cepat sehingga Mira tak butuh waktu lebih lama. Paling cepat hanya tiga bulan dari ketika Mira mengiyakan tawaran omnya.

Ngomong-ngomong tentang Firman, dia diberitahu oleh Andini bahwa kakak iparnya tersebut mendapatkan pesan Firman sebelum meninggal melalui voice note. Lantas membuat Mira bertanya-tanya. Apakah Mira juga mendapatkan pesan dari mendiang sang suami?

Itu saat sebulan lalu, Andini mengajak Mira ke acara makan malam. Dan kebetulan Mira ketemu dengan keluarga Firman yakni mertuanya dan satu lagi yang katanya adalah pakde dari Firman.

Mira ingat ketika Andini membisiki sesuatu yang serius, tepat di bagian pendengarannya. Mira berusaha memejamkan mata seraya memutar momen di mana kakak iparnya menanyakan tentang voice note kiriman mendiang Firman.

"Dek. Kamu nggak dapat apa-apa di WA kamu?" tanya Andini tepat di sebelah Mira. Mereka duduk bersampingan di sebuah meja besar restoran.

Mira mendadak terkesiap, kala Andini menanyakan hal yang kurang dimengertinya.

"Maksud kakak apa?"

"Firman mengirim pesan suara ke Kakak. Isinya kata-kata terakhir sebelum dia meninggal. Harusnya kamu juga dapat, kan?"

Pesan suara? Mira tak sadari itu sebelumnya, bahkan jauh sesudah Mira menerima kabar bahwa Firman telah meninggal.

Seseorang yang sedang sekarat mungkin terkadang bakal mengirim kata-kata terakhir atau pesan wasiat ke orang tersayang. Mira berpikir, apakah dengan demikian Firman menyadari semuanya? Apakah ingatan Firman pulih? Mira menduga hal tersebut.

Kala itu, Mira tak berbuat atau bereaksi apa pun, selain pertanyaan tersebut tersimpan rapat-rapat dalam kepala. Hingga kini, Mira Mira duduk di apartemen tempat tinggalnya bersama mendiang Firman.

Aturan Mira harus tidur lebih cepat sebab besok harus ke sekolah jam 7 pagi. Setidaknya, dia mau ketemu tantenya dulu sebelum memulai pekerjaan.

Alih-alih menenangkan diri, pikiran Mira justru terganggu akibat pertanyaan kakak iparnya yang terus terngiang. Mira sangat penasaran, terlebih dia sempat mengarsipkan pesan Firman hingga tak terlihat di antara kumpulan pesan lainnya.

"Apa kubuka arsip dulu ya? Apa Firman benar-benar mengirim pesan?"

Rasa ingin tahunya begitu membuncah, kemudian dia mengambil ponsel di atas meja dan membuka aplikasi perpesanan.

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang