Bab 50

45 1 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mira mendapati dirinya terbangun di dalam unit tipe studio yang bukanlah unit 20-7 miliknya. Ranjang putih besar tempatnya tidur memberikan sedikit rasa asing, dan ketika mulai memanggil kesadaran sepenuhnya, dia tahu dirinya telah menginap di unit Lexi. Bahkan Lexi sendiri memilih tidur di atas lantai dengan karpet besar sebagai alas.

Saat pagi tiba, Mira tersentak dari tidurnya. Kesadaran bahwa dia tidak berada di apartemennya sendiri membuatnya merasa cemas. Pikirannya langsung menuju kepada Firman yang pasti menunggunya untuk makan malam semalam.

"Kok kamu nggak ngingetin aku sih, kalau aku harus pulang jam 8 malam?" keluh Mira, menyalahkan Lexi yang baru saja mulai bangun beberapa menit yang lalu. "Pasti Firman nyariin aku semalaman."

Lexi berusaha memberikan penjelasan, mencoba meredakan kemarahan Mira. "Kita tengah merancang rencana, Mir. Aku nggak bermaksud membuat kamu menginap di sini. Aku juga lupa kamu masih punya tugas sebagai seorang istri."

Menghindari pertengkaran lebih lanjut, Lexi bangkit dari lantai setelah melakukan sedikit relaksasi. Dia kemudian menuju dapur, membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa mereka makan sebagai sarapan.

"Aku buatkan roti lapis dulu. Kamu boleh duduk atau jika kamu ingin menikmati pemandangan di luar, bisa pergi ke balkon," kata Lexi, memberikan arahan sambil Mira memutuskan untuk duduk di meja makan bulat, menunggu Lexi yang sibuk di dapur.

Mengenai rencana, Lexi sudah mematangkannya. Persiapan menghadapi kemungkinan pertarungan malam ini juga sudah di depan mata. Lexi terus mengerahkan satu anak buahnya untuk tetap mengintai Yudi.

"Oh iya, Yudi nggak kasih tahu tempat di mana mereka bertarung?" tanya Mira pada Lexi, yang masih sibuk memotong selada dan tomat di dapur.

"Lagi-lagi, anak buahku nggak mendapatkan informasinya," jawab Lexi tanpa menoleh, selagi fokus pada talenan dan pisau yang dipegangnya. "Kalaupun pertarungan tidak bisa kita cegah, setidaknya kita berharap semoga Firman baik-baik saja. Firman yang kukenal itu meski dirundung berkali-kali, dia tetap saja kuat. Walau trauma kini menjadi penghalang."

Mira mengangguk setuju. Firman memang memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa, bahkan saat suaminya menjadi korban perundungan. Namun, Mira juga merasa bersalah karena trauma yang dialami Firman terus berlanjut, bahkan memunculkan gejala mengingat kejadian buruk yang berhubungan dengan dirinya.

"Tapi tetap, kita harus bertindak cepat. Mau bagaimanapun situasinya, kita tidak boleh kecolongan. Jangan sampai Yudi melakukan hal yang tak kita duga," kata Lexi sambil membalikkan roti di teflon. "Oh iya, Mir. Sekadar informasi. Firman menerima tawaran pertarungan malam ini. Padahal anak buahku semalam nggak kasih tahu soal hal tersebut. Baru aja aku dapat pesan, yang katanya Firman terima tawaran dan malam ini Firman benar-benar akan melawan Yudi."

Ketakutan terbesarnya terjadi, Mira benar-benar tidak menyangka akan hal tersebut. Pertarungan itu tampaknya tidak masuk akal baginya.

"Sejujurnya aku nggak habis pikir. Kenapa harus ada pertarungan lagi? Buat membuktikan Firman tidak lemah?" tanya Mira kini merasakan sekujur tubuhnya bergetar.

Lexi menjawab serius, menjelaskan situasi yang melibatkan Yudi. "Kita kan tahu, kalau Yudi itu berusaha melakukan aksinya tanpa ada hambatan. Yudi punya dendam sama Firman gara-gara tidak bisa bersaing secara sehat. Yudi berusaha menghabisi Firman yang sudah merebut posisi dia.

"Sejak Yudi pindah ke sekolah kita, dia berusaha sekuat tenaga agar menjadi yang terbaik, dan menginginkan posisi teratas. Aku akui Yudi usahanya kuat, tapi kepintaran Firman diakui semua guru-guru, bahkan dari sejak kelas sepuluh. Bahkan meraih berbagai prestasi, menyumbang piala atas nama sekolah. Di situlah Yudi cemburu sama Firman. Dia tak bisa menerima kekalahan dan jadi benci."

Mira mendengarkan penjelasan Lexi. Pikirannya terus berputar, dan dia tersadar oleh sesuatu. Meski dia tidak memulai perundungan lebih dulu, Firman bisa saja tetap menjadi target oleh siapapun yang iri dengan kepintarannya. Termasuk Yudi, sebab mereka bersaing kuat secara akademik.

"Mending, kita ikuti saja permainan yang Yudi rencanakan," usul Lexi dengan nada bijaksana. "Aku yakin pertarungan ini akan menghasilkan pemenang dan pecundang. Yang perlu kita lakukan adalah mencari tahu apa yang akan Firman dapatkan, baik jika dia menang atau kalah. Gimana menrutumu?"

Mira duduk diam, merenungkan saran Lexi. Apakah ini tindakan yang tepat? Terlepas dari semua upaya untuk menghindar, Yudi tetap akan berusaha mewujudkan ambisinya. Mira dan Lexi hanya bisa bersiap dan merencanakan langkah selanjutnya dengan cermat, sehingga Yudi tidak akan mencurigai mereka.

"Baiklah. Tapi, kamu yakin Firman akan selamat, kan?" tanya Mira, masih khawatir tentang keselamatan suaminya. Wanita di seberangnya tersenyum dengan penuh keyakinan, sambil berjalan menuju meja makan dan meletakkan roti lapis yang baru saja dia buat.

"Tentu saja, Firman akan baik-baik saja. Jika dia bijak dalam membaca situasi, dia punya peluang besar untuk menang. Kita hanya perlu mengikuti permainan Yudi dan mencari titik lemahnya. Siapa tahu kita bisa kalahkan dia."

Mira tersenyum melihat keyakinan Lexi yang bersinar dalam matanya. Wajah Lexi terpancar semangat dan keyakinan bahwa mereka bisa mengatasi situasi ini tanpa masalah. Selain itu, Lexi juga sudah menyiapkan rencana darurat jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Kedua wanita itu kemudian mulai menyantap roti lapis mereka, sesekali berbasa-basi untuk mengusir keheningan yang menghampiri mereka.

Singkatnya pada malam hari, Mira dan Lexi tiba di gedung apartemen Clearbright. Setelah naik ke lantai 20, mereka singgah di unit 20-6 yang menjadi tempat tinggal Firman. Tentu, sebagai istrinya, Mira punya akses untuk masuk. Baik Mira maupun Lexi tahu Firman tidak akan pulang, karena Firman juga terima tawaran pertarungan dari Yudi.

Unit Firman terasa sunyi seperti biasa. Mira segera berbenah, memperhatikan hal-hal yang menurutnya berantakan. Untungnya, Firman memiliki kebiasaan membersihkan apartemennya sebelum berangkat kerja, jadi tidak ada pekerjaan berat yang perlu dilakukan. Mira hanya perlu mengumpulkan sampah makanan di ruang utama dan mencuci dua piring yang menumpuk di wastafel.

"Oh ya, karena aku udah nginap di apartemenmu, jadi sebagai gantinya kamu boleh tidur di sini," kata Mira sambil duduk di sofa, memberi tahu Lexi tentang rencana mereka.

Lexi mengangguk setuju. "Tidak masalah. Ini juga bisa membantu kita untuk memantau pergerakan Yudi."

Dengan tas laptop yang dibawanya, Lexi menaruhnya di meja kaca persegi dekat sofa, lalu menyalakannya untuk memulai pemantauan.

"Aku sudah kerahkan dua anak buahku ke lokasi," ujar Lexi sambil menjelaskan. Matanya tetap fokus pada layar laptop.

Mira yang sedang mengecek isi kulkas, spontan menoleh. "Jadi, mereka sudah melacak lokasinya?"

Lexi mengangguk. "Ya, mereka cukup cepat. Mereka mengikuti jejak Yudi dan anak buahnya."

"Di mana mereka sekarang?"

"Mereka berada di sebuah lokasi yang agak jauh. Ada rerumputan dan sebuah rumah yang kemungkinan besar adalah markas mereka. Sedangkan untuk lokasi pertarungan, ada sebuah gubuk yang tidak terlalu jauh dari sana. Aku ragu apakah mereka sungguh bertarung satu lawan satu di sana."

"Kenapa ragu?" Mira mengernyitkan kening saat dia berjalan menuju microwave untuk menghangatkan makanan.

"Entahlah, cuma perasaanku aja. Kita kan tahu Yudi cukup licik," kata Lexi sambil menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, seraya mengetik sesuatu di laptopnya. "Yang penting sekarang adalah kita menunggu informasi terbaru dari sana. Jika Firman baik-baik saja, kita akan menjalankan rencana untuk menghadapi Yudi. Siapa tahu, itu yang akan didapatkan Firman jika dia menang dalam pertarungan."

Tidak ada pilihan lain, Mira harus menggantungkan semuanya pada Lexi. Lebih baik menunggu kabar dari Firman adalah lebih baik, daripada harus plonga-plongo.

***

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang