Bab 73

47 3 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Apa Om masih ngira Mira itu jahat?" tanya Lexi tegas. "Om jangan lihat dari masa lalu Mira. Iya, Mira memang otak perundungan. Tapi sekarang Mira udah berubah. Mira bahkan setia menemani Firman di masa konseling dengan psikiater. Walaupun nggak benar kita menyembunyikan kejahatan orang, tapi seenggaknya Om Surya berinisiatif mau jujur ke Om."

"Baju—berdarah ... itu punya Firman, kan?" Heru menunjuk isi dari kotak tersebut, yang menampilkan pakaian bercak merah, dilipat rapi di dalamnya.

Lexi menyingkirkan diri dan membiarkan Heru mengacak-acak keseluruhan kotak. Kedua tangan Heru mengambil pakaian berdarah yang terbungkus rapi dengan kantong plastik, kemudian membuka bungkusan tersebut dan membentang baju lengan panjang yang penuh dengan noda darah.

"Om jangan berpikir kalau yang buat anaknya Om berdarah itu Mira. Om juga dengar sendiri, kan? Kalau Firman terus menggumam nama Mira, yang artinya apa? Mereka udah saling sayang, saling cinta. Mira nggak bakal tega ngerencanain buat menghabisi nyawa suaminya sendiri. Mira juga punya hati. Mira pun sampai di sana, dia nangis-nangis kan?"

Beberapa menit lalu, Lexi memutar satu fail rekaman yang berisi tangisan raung-raung dari Mira, kala mereka tiba di tempat itu. Beruntung alat perekam yang terpasang berfungsi dengan baik sehingga dapat mengambil semua fail mentah dan diproses secara bertahap oleh beberapa anak buahnya.

Untuk memastikannya lagi, Lexi mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana denimnya dan memutar rekaman awal ketika Firman merintih meminta bantuan.

"Mi–Mira ... tolong. Tolong— tolong aku ... Sakit ... Mira ..."

Sekali lagi Lexi beruntung, alat perekam tersebut dipasang anak buahnya di saat situasi di sana sedang dalam keadaan genting. Beberapa antek-antek Yudi tersebar, dan syukur anak buah Lexi dapat mengalihkan mereka dan bisa memasang alat perekam tersebut tanpa ketahuan. Lexi pun bisa mengendalikan rencana dan bisa menyadap rumah itu agar sewaktu-waktu dijadikan bukti.

Selanjutnya Lexi memutar rekaman Mira yang sedang menangis. Terdengar jelas di alat perekam yang lain.

"Nggak ... kamu jangan mati, Man. Kamu — kamu harus bertahan. Kamu harus bertahan."

Senbari membantu Surya untuk bangun, Lexi menjelaskan situasi yang mungkin selama ini Heru tidak ketahui.

"Asal Om tahu ya. Mira–menantunya Om, dalam keadaan hamil. Sudah masuk trimester kedua. Om harus lebih lembut lagi ke Mira. Dan, mau itu Om percaya dengan kata-kata saya barusan atau tidak, itu terserah Om. Yang penting saya udah jujur ke Om, tentang semuanya. Saya juga nggak mengada-ngada loh. Saya kemari karena kebetulan saya melihat Om Surya buru-buru, dan kebetulan pula saya melintasi depan komplek tempat tinggalnya Mira."

Heru mendengar baik penjelasan Lexi, namun yang dia fokuskan kini adalah, baju lengan panjang warna hijau muda yang kena bercak darah. Heru menatap lamat-lamat pakaian tersebut. Lalu sembari demikian, Heru menjatuhkan dirinya ke bawah dalam keadaan berlutut.

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang