Bab 63

42 2 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelas 11 SMA

"Keterlaluan kamu!!!" teriak Surya tanpa ragu-ragu. Surya yang saat itu tengah duduk di ruang tamu, spontan berdiri dan melayangkan telapak tangannya dengan kencang lalu mengenai pipi tirus milik Mira.

Mira baru saja pulang dari sekolah. Dia mendapatkan satu tamparan keras dari sang ayah. Yang bisa dilakukannya cuma menahan rasa sakit di bagian pipi.

"Berani sekali. Kamu berani, merisak teman sekolah kamu sendiri?" Suara Surya menggema satu ruang tamu. Dia tak peduli keadaan sekitar, dia hanya ingin melampiaskan amarah yang sempat tertahan. "Terlebih lagi. Kamu merisak, Firman Setiawan? Anaknya bos ayah?"

"Iya, Mira tahu. Mira salah." Kali ini gadis berseragam merah gelap tengah menunduk, meratapi kesalahan yang telah dia lakukan. "Mira harusnya nggak perlu seekstrim itu. Mira salah, Mira sudah buat anak orang celaka."

"Kalau kamu sadar, dan kamu tahu ... tapi kenapa??!!" Surya masih dalam kondisi amarah yang meluap-luap. "Kenapa kamu tetap mencelakai Firman? Ayah udah dengar kabar itu dari sehari yang lalu. Apa kamu nggak mikir jangka panjangnya gimana? Kamu senang menyakiti anak orang lain, begitu?"

Mira menubrukkan kedua lututnya seraya mengucapkan maaf berulang kali. "Mira cuma ... Mira cuma nggak mau lihat Firman bahagia. Mira nggak suka dengan Firman yang punya kepintaran dan menjadi anak emasnya guru-guru di sekolah. Mira nggak suka."

"Apa karena ayah yang sering menekan kamu untuk lebih banyak belajar?" tanya Surya kontan menyadari namun tetap amarah belum padam di wajahnya. "Ayah menasihati kamu biar giat belajar supaya kamu juga pintar di bagian akademis. Ayah nggak maksa kamu untuk jadi yang terbaik, setidaknya masuk sepuluh besar sudah syukur. Bukan karena ayah bandingin kamu sama Firman, kamu bisa seenaknya berlagak kayak preman di sekolah. Mau jadi apa kamu kalau sikap kamu seperti itu?"

Mira sungguh tak punya kekuatan untuk membalas lagi. Dia menerima setiap hardik dari sang ayah, dan kata-kata yang dilontarkan dibiarkan menari dan memasuki relung pendengarannya.

"Ayah nggak minta kamu untuk sebanding dengan Firman, tapi kamu tidak boleh bodoh di sekolah. Kalau begini, siapa yang suruh bertanggung jawab? Ayah sendiri yang harus tanggung jawab terhadap masalah kamu!"

Surya yang mengenakan kaos polos ketat serta skinny jeans warna krem mulai mendekati Mira yang masih berlutut padanya. "Jujur sama ayah. Sudah berapa kali kamu merundung Firman?"

Surya mengesampingkan rasa penasaran terhadap perlakuan sang putri, dia hanya bertanya yang ada kaitannya dengan Firman. Tentu, ada kekhawatiran yang tercetak pada raut wajah Surya. Secara Firman adalah anak dari bosnya, Heru. Terlebih Surya masih kerja di kantor milik Heru.

"Beberapa–" Mira tak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya. Dia menunduk dan menumpahkan titik-titik air matanya di lantai. Cepat-cepat dia mengusap wajahnya dan memperbaiki suara yang barusan serak itu. "Beberapa ... beberapa kali, ayah."

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang