Bab 19

186 11 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Malam setelah pernikahan

"Ini salinan kontrak yang sudah saya buat." Mira memberikan lembaran berisi ketikan kontrak beserta kolom kosong di bagian bawah untuk ditandatangani. "Anda langsung bisa tanda tangan."

Firman yang baru saja melepas jasnya malah terkesiap begitu Mira meminta langsung tanda tangan kontrak.

"Jangan tergesa-gesa dulu, dong. Belum juga lepas celana dan lain-lain. Nggak sabaran banget," gerutu Firman kemudian.

Sejujurnya Firman tahu aturan kontraknya, hanya dia belum tahu apakah Mira menambahkan aturan atau semacamnya? Firman tetap akan meninjau setelah berganti pakaian.

"Baik, Pak. Saya nunggu Anda berpakaian seperti biasanya."

Gelengan kepala pria itu menjadi balasan selanjutnya. Mira tidak konsisten dengan panggilannya, kadang memperlakukan Firman seperti guru kadang seperti biasanya. Sekarang ini di kamar pengantin, Mira seperti seseorang yang berkepentingan. Itu sebabnya 'saya-Anda' mendominasi panggilan kali ini.

Setelah kurang lebih lima menit, Firman keluar dari ruang ganti dengan hanya kaos oblong putih serta celana pendek biru navy.

"Katanya mau tanda tangan kontrak, kan? Sini, mana salinannya?" Firman memengadahkan satu tangannya lalu duduk di meja rias yang dimiliki kamar hotel.

Firman membaca setiap poin aturan dan untungnya sama. Mira bahkan tidak menambahkan aturan apa pun, tetap pada aturan miliknya sendiri. Dia mengangguk paham lalu membubuhkan tanda tangannya tepat di sisi bawah sebelah kanan. Tak lupa mencantumkan namanya agar jelas.

"Sudah." Firman memberikan lembaran tersebut pada Mira, lalu melenggang pergi menjauhinya.

"Emm tunggu, Pak Firman." Mira menahan lengan kekar suaminya. "Anda juga harus tanda tangan yang aslinya juga. Yang tadi itu salinannya."

Firman mendengus kasar. Banyak permintaan juga Mira, bahkan pernikahan mereka ada batas waktu. Dokumen itu juga bakal disimpan rapi di lemari, buat apa ada asli dan salinan?

Lagi-lagi Firman hanya mengikuti lalu menandatangani kembali di kolom kosong yang tersedia.

"Sudah."

"Oh iya, Pak Firman. Aturan tentang tidak boleh tidur seranjang itu, Anda yang buat sendiri, kan?" tanya Mira memastikan.

Firman mengangguk sebagai jawaban. "Iya. Meski kita menikah secara sah, tapi tetap aku nggak mau satu ranjang sama kamu." ketusnya berkacak pinggang.

Mira diam termangu, lalu melempar tatapan berupa kode kepada Firman.

"Kenapa?" tanya Firman bingung.

Mira mengarahkan kepalanya ke sebelah kiri, tepatnya di ranjang besar putih yang difungsikan sebagai ranjang mereka berdua.

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang