***
Setelah bertemu orang tua Firman, kini mereka menemui orang tua Mira. Tentu tidak jauh-jauh dari bahasan pernikahan yang tinggal mendekati hari.
Janji temu tepat pada jam 10 pagi di sebuah restoran dengan nuansa vintage namun artistik. Firman yang memilih tempat tersebut, dan semua setuju.
Begitu mereka berpapasan, pria paruh baya dengan jaket kulit cokelat mendadak antusias bertemu dengan calon suami putrinya.
"Tunggu, bukannya kamu ini anaknya Pak Heru Setiawan ya?" tunjuk Surya, ayah Mira, seraya menebak.
Respon Firman tentunya adalah tawa sumringah yang membuat suasana obrolan jadi hangat.
"Iya, Om. Saya anaknya Pak Heru Setiawan," jawab Firman tanpa ragu.
"Pak Heru bos saya dulu, nak. Waktu ayah kamu punya usaha percetakan sebelum jadi dosen," ungkap Surya. "Nggak nyangka, anak atasan saya bakal jadi calon menantu saya."
"Kamu nggak menanggung rasa sakit hati sebab diputuskan oleh Adit. Itu pencapaian yang bagus, nak," celetuk Fitri, ibu Mira, sambil tertawa ringan.
"Iya, Bu. Anak Ibu ini bisa cepat menemukan pengganti Adit," ucap Mira bangga.
Tanpa menanggapi sang putri, wanita paruh baya dengan rambut pendek sebahu itu mengalihkan fokus ke calon menantu.
"Ibu dengar-dengar, kamu kerja sebagai spesialis di kantor FoodBeary ya?"
Firman berusaha mengendalikan gugup menjawab setiap pertanyaan ibu Mira. "Iya, Tante. Saya juga kadang mengerjakan perencanaan konten."
"Wah, hebat calon menantu Ibu." Fitri berdecak kagum seraya bertepuk tangan pelan. "Kalau ini sih tidak perlu ada tes-tes kali ya. Lagipula kami juga kenal baik keluarga Pak Heru. Jadi ibu setuju, kalau kalian bisa menikah secepatnya."
"Ayah juga setuju. Kalian cocok." Surya ikut merestui. Wajah antusias beliau tidak lenyap, malah dia lebih melebarkan senyumannya.
"Ngomong-ngomong, kapan kalian akan menikah?" tanya Fitri penasaran.
"Dalam waktu dekat, Tante. Paling lambat bulan depan," jawab Firman cepat, namun mendadak ucapannya disela oleh Fitri dengan keras.
"Nak, jangan panggil tante. Panggil ibu aja. Kan Ibu ini bakal jadi mertua kamu."
Firman menanggapi seraya terperangah. "Ya, baik, Bu."
"Pembicaraan selesai, ayo kita pesan makanan." Surya sangat bersemangat kemudian menyeret buku menu yang ada di ujung meja. Lalu membuka beberapa bagian menu.
"Cepat bilang, mau pesan apa? Biar ayah yang kasih tahu ke pelayan," kata Surya dengan tergesa. Mungkin antusias dengan kabar bahagia yang baru saja diterima beliau.
"Nasi goreng nanas." Mira menyebutkan pesanan.
"Sama," sahut Firman.
"Habis kita makan, ayah berencana mengobrol banyak sama Firman. Boleh ya nanti setelah ini kita ke kafe sebelah?" Surya menatap lekat calon menantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...