Bab 25

209 9 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Satu pekan setelah perubahan aturan kontrak. Firman merasa semuanya benar-benar berubah, termasuk bagaimana Mira yang menjadi OB dadakan di unit apartemennya hingga Mira yang membuatkannya bekal setiap hari. Memang, ada untungnya Mira mengubah kesepakatan. Firman jadi tidak ada beban mengurus semuanya sendiri. Apa tindakan Mira yang spontan itu justru membuat wanita itu sungguh menebus rasa bersalah, dengan menjadi asistennya?

Entah bagaimana lagi Firman bisa menyimpulkan situasi tersebut. Yang jelas, Firman merasa nyaman dengan perubahan itu. Catatan penting, dia bisa memanggil Mira untuk minta pertolongan, kapan saja. Baik di jam pagi atau jam malam, Mira siap melakukan apa pun sesuai yang dia suruh.

Pulang kantor di jam 5 sore, Firman tidak langsung ke apartemen melainkan menerima tawaran ayahnya bertemu. Semenjak sebulan setelah menikah dengan Mira, dia jadi tidak ada waktu menemui keluarganya, termasuk Heru. Makanya, mumpung ada kesempatan, Firman bisa memanfaatkannya daripada tertunda dan tak dapat bertemu di waktu tertentu.

Setibanya di restoran Chinese food yang menyajikan berbagai macam makanan, Firman melihat Heru sedang duduk menyendiri di meja sebelah kanan yang menempel dengan tembok. Firman segera menghampirinya dan langsung menarik kursi kayu minimalis tersebut dengan pelan, agar bisa mengambil tempat di hadapan sang ayah.

"Ayah habis ngajar?" tanya Firman menebak. "Kulihat ayah rapi-rapi mengenakan blazer terbuka dan kemungkinan nggak sempat pulang ke rumah sebab kepengen ketemu sama anak laki-lakinya ini, kan?"

Heru tertawa pelan mendengar tebakan putranya yang seratus persen benar. "Lagipula ayah rindu sama anak kecilnya ayah yang udah gede ini. Nggak mungkin kan kalau bicaranya juga harus di rumah, mestinya di sini, sekalian ayah traktir kamu makan."

Firman melenggut membenarkan. "Iya juga sih, biar efisien waktu."

"Ngomong-ngomong gimana kamu sama Mira? Lancar-lancar aja kan?"

Firman menduga pasti Heru akan menanyakan hal itu padanya. Maklum, sebulan menikah rasanya terlalu hambar. Jawaban atas opsi tersebut sepertinya belum bisa dia jawab secara mantap.

Namun pada akhirnya, Firman menjawab apa yang dapat membuat Heru bernapas lega. "Lancar. Aku dan Mira sering banget jalan-jalan, dan selalu berbagi cerita di saat kami lagi ada masalah."

"Baguslah. Ayah jadi nggak perlu khawatir sama kalian. Biasanya sih, di dalam pernikahan pasti nggak jauh-jauh dari konflik atau permasalahan. Kalau masalah mereka tidak diselesaikan dengan baik, bakal runyam semuanya.

"Coba kamu lihat rekan-rekannya ayah sesama dosen. Banyak sekali anak mereka yang sudah menikah itu terlibat masalah rumah tangga, entah karena finansial, hal sepele yang buat sensitif mereka, dan lainnya. Ujung-ujungnya? Mereka pisah. Belum setahun menikah."

Firman mendengar seksama cerita ayahnya dan berusaha untuk menyerap setiap kalimat yang terucap di mulut Heru.

"Ayah menanyakan hal itu sama kamu bukan gimana-gimana. Sudah banyak anak-anak temannya ayah itu jadi berujung pisah karena permasalahan rumah tangga mereka. Mengingat kamu yang membawa Mira ke keluarga belum lama ini, terus mengabarkan ke ayah dan ibu kalau kalian akan menikah, justru itu tidak mengurangi rasa khawatir ayah tentang kalian."

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang