Bab 53

33 2 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Kelas 12, menjelang kelulusan

Di sebuah gang dekat sekolah, Yudi berulang kali memukuli dada dan rahang Firman dengan penuh kemarahan. Setiap pukulan menimbulkan darah yang membasahi seragam sekolah motif batik warna biru yang dikenakan Firman.

Semua berawal dari saat mereka pulang dari ujian. Yudi menantang Firman untuk bertarung di tempat tersembunyi. Yudi ingin membuktikan apakah Firman masih lemah seperti yang selama ini dia kira, atau mungkin sebaliknya.

Pertarungan dimulai. Dan awalnya, Firman hanya mencoba untuk menghadang serangan-serangan Yudi dan sesekali memberikan pukulan kecil ke wajah lawannya. Tapi kemudian, tersulut amarah dalam dirinya, Firman menggeram dan mengerahkan kemampuannya sekuat tenaga.

Tetapi si lawan tidak merasa sakit sama sekali oleh pukulan Firman. Berarti bisa disimpulkan bahwa Firman masihlah lemah. Tidak seberapa juga apa yang diperlihatkan Firman padanya. Di sisi lain, Yudi semakin bersemangat. Yudi justru mengambil alih kendali pertarungan, dan mulai menyerang Firman tanpa ampun. Firman berlutut, tersandar di tembok, bahkan Yudi tak ragu merusak wajah Firman hingga darah mengalir dari pelipis.

"Kamu nggak belajar bela diri, hah?" Yudi menarik kerah seragam batik yang digunakan Firman, tak ragu menarik napas seakan menunjukkan amarahnya di depan wajah sang lawan. "Harusnya kamu itu punya persiapan cukup matang biar bisa melawanku."

Selanjutnya yang didengar Firman adalah tawa remeh dari Yudi.

"Dasar tidak punya hati. Kamu lebih jahat dibanding Mira dan Lexi," celetuk Firman dengan berani.

"Aku? Lebih jahat, hmm?" Yudi bertanya, mencari konfirmasi atas kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Firman. Tatapannya penuh tantangan saat menghadapinya. "Kamu nggak ingat Mira pernah menyerang kamu? Terus Lexi, yang mengerahkan anak buahnya untuk menyerangmu juga? Siapa yang lebih jahat di antara mereka?"

Firman yang tidak bisa menahan amarahnya, merespons dengan gemuruh. "Kamu yang jahat, berandal! Sadar diri, sialan!"

Yudi merasa terpancing oleh umpatan Firman, dan tanpa ampun dia langsung meninju rahang Firman dengan keras. "Diam! Makin hari kamu makin melawan ya. Pantas saja, kamu pasti diminta Mira supaya berani gini kan? Aku tahu gelagat kamu yang seperti dikendalikan oleh gadis itu."

Firman dengan tegas membantah. "Jangan omong kosong. Aku sendiri yang berinisiatif untuk bersikap seperti ini. Tidak ada campur tangan dari orang lain."

Kepala Firman berdenting keras ketika tinju Yudi mendarat lagi, dan wajahnya mulai terasa sakit. Bahkan kini Yudi masih tetap dengan tatapan tajam miliknya, meremehkan setiap tindakan Firman yang dianggapnya tidak biasa.

"Kamu tuh kalau cari lawan, seharusnya carilah yang kemampuannya di bawah kamu, bukan di atas kamu," ucap Yudi sambil menjitak kening Firman berkali-kali, membuat Firman meringis kesakitan dan menggertakkan gigi. "Meskipun yang kamu dapatkan adalah luka-luka di sekujur tubuh dan sekitar wajah, tapi tetap saja, kamu salah pilih lawan. Aku juga pintar bela diri, harus kamu tahu."

My Temporary TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang