***
"Siapa yang membuat kamu jadi terluka begini?" tanya Heru saat memfokuskan pandangannya pada lengan Firman yang dibalut perban elastis. Tak lupa di sekitar perban ada noda merah membekas yang diyakini sebagai bercak darah.
Pria berjaket kulit warna hitam itu terus-terusan bertanya terkait kondisi sang anak. Bahkan kini dia berkacak pinggang, sesekali menyulutkan amarah tentang siapa yang berani membuat Firman nyaris kehabisan darah saat dibawa ke rumah sakit.
"Kamu dipukul dua botol pecah beling dan itu sangat membahayakan kamu, nak." Heru menuturkan kekhawatirannya. Dari nada bicaranya pun sangat tinggi, dia sungguh cemas dengan keadaan Firman terkini. "Waktu kamu pulang dari sekolah, siapa yang menyerang kamu?"
Firman terdiam, dia seperti enggan menceritakan pelaku penyerangan tersebut. Dia ingat barusan melawan seseorang yang sebaya dengan dirinya. Bahkan sempat bertarung hingga membuatnya jatuh pingsan karena pukulan dari sang lawan. Lalu mendadak dia tersadar dan tahu-tahu ada luka di bagian lengan kirinya.
"Firman ... nggak tahu," jawabnya dengan nada rendah. "Firman memang melawan seseorang waktu menunggu ayah di depan sekolah. Tapi tiba-tiba aku dipukuli bagian rahang dan tengkuk, hingga Firman tak sadarkan diri."
"Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Heru mulai heran. "Ayah juga sempat datang ke sekolah kamu dan memarahi guru BK di sana karena tidak menemukan pelakunya. Bahkan saat ayah meminta guru-guru di sana lebih bijak menangani perundungan, kamu mendapatkan hal yang lebih buruk lagi? Sampai masuk rumah sakit?"
"Semua sudah terjadi, karena mereka iri." Firman menanggapi pasrah. "Firman juga nggak bakal mungkin menghindari mereka yang brutal. Sekecil apa pun Firman berusaha, rasanya sia-sia."
"Nak! Kamu itu berdarah begini tapi kamu bicara seperti ini seolah-olah kamu memaafkan mereka, begitu?" Kini sang ayah naik pitam dan menggeram besar pada Firman. "Pokoknya, ayah nggak mau tahu. Sampai ayah menemukan siapa pelaku yang membuat kamu nyaris mati ini, ayah nggak main-main untuk membuat mereka berlutut kepada kamu."
***
Firman ingat jelas bagaimana ayahnya berinisiatif mencari pelaku perundungan di sekolahnya, bahkan sampai meninggalkan urusan percetakan dan menyerahkannya pada pegawainya kala itu. Heru bahkan tak mementingkan usaha percetakannya, justru memfokuskan niatnya bolak-balik ke sekolah untuk membuat para pelaku jera.
Kini belum diketahui secara jelas terhadap siapa pelaku yang memulai perundungan dirinya. Tentu ada yang begitu iri dengannya sehingga membuat Firman jadi target perundungan dari teman-teman dahulu. Tapi pertanyaannya adalah, siapa? Itu yang belum Firman ketahui.
"Man. Mataku masih melek nih, mumpung besok ada waktu senggang. Gimana kalau kita begadang untuk nonton satu film lagi?" usul Mira sambil menolehkan kepala pada Firman.
"Satu film?" tanya Firman memastikan. "Besok memang ... aku nggak masuk kantor lagi sih. Tapi kalau nonton satu film setelah ini, kita jadi membuang waktu hanya memilih filmnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...