BAB 9.

3.2K 84 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







#Hai hai hai...aku kembali membawa sesuatu yang kalian tunggu...

Udah Desember aja ya...enggak kerasa udah mau ganti tahun aja...

Doakan aku semoga cerita ini bisa selesai akhir tahun depan ya...

Terus aku bisa buat cerita baru deh....

Happy reading semua!!!!

















Hujan masih mengguyur hingga malam, udara yang dingin membuat orang-orang lebih memilih bersembunyi di balik tebal nya selimut atau menikmati secangkir teh hangat.

Namun seperti nya itu tidak berlaku bagi Nindy, perempun muda itu malah memilih berdiri di balkon sambil mengulurkan tangan nya di bawah guyuran hujan yang tidak terlalu deras.

Perempuan itu tidak peduli akan baju nya yang sudah basah semua akibat cipratan air hujan, perempun itu tersenyum saat wajah nya terkena cipratan air hujan.

Ceklek

"Astaga Nindy, kamu ngapain hujan-hujan nan?"tanya Arya sambil menatap punggung sang isteri tajam.

Nindy yang mendengar suara Arya pun langsung memblaikan badan nya.

Perempuan itu bisa melihat mata tajam Arya yang sedang menatp nya.

Tanpa membuang banyak waktu, Arya langsung berjalan mendekati Nindy lalu menarik tangan perempun itu dan membawa nya masuk ke dalam kamar.

Brak

Sampai di dalam kamar, Arya langsung menutup dan mengunci pintu balkon.

Arya menatap Nindy tajam.

"Tadi aku minta kamu ngapain?"tanya Arya sambil menatap Nindy yang sedang mengusap wajah nya yang basah dengan tangan nya.

"Istirahat, tidur"jawab Nindy sambil menatap Arya.

"Terus ngapain kamu di balkon main air kaya tadi? Kalau kamu sakit gimana?"tanya Arya.

Nindy cemberut.

"Ganti baju sana!"suruh Arya.

Nindy menurut lalu berjalan ke lemari untuk mengambil baju ganti.

"Pakai piama yang panjang"ujar Arya saat Nindy akan mengambil daster selutut

"Jangan ngebantah"lanjut Arya saat Nindy akan mengeluarkan suara.

Nindy menghentakan kaki nya tanda perempuan itu kesal lalu berjalan ke kamar mandi dengan langkah cepat.

Arya hanya menggelengkan kepala nya melihat kekesalan Nindy.

Sambil menunggu Nindy selesai berganti baju, Arya memilih membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur lalu mengmbil remot AC.

Cowok itu mematikan AC kamar agar suhu lebih hangat.

Setelah mematikan AC, cowok itu berjalan ke arah tempat tidur lalu duduk menyender di sandaran tempat tidur.

Ceklek

Nindy keluar dari kamar mandi dengan baju yang sudah berganti lalu perempuan itu berjelan ke tempat tidur.

Perempuan itu duduk menyender lalu menarik selimut untuk menutupi kadua kaki nya yang terasa dingin.

"Dingin"gumam Nindy pelan sambil menggosok-gosokan kedua telapak tangan nya.

Walaupun Nindy hanya bergumam pelan tapi suara nya masih bisa di dengar jelas oleh Arya.

"Salah siapa main hujan-hujanan kayak tadi"ujar Arya sambil menarik kedua tangan Nindy lalu mengusap-usap nya agar lebih hangat.

"Sini agak deketan!"suruh Arya dan Nindy langsung mendekatkan tubuhnya lebih dekat ke tubuh Arya.

"Suka banget sih cari penyakit"ujar Arya sambil membawa Nindy ke dalam pelukannya.

"Mau masuk rumah sakit lagi?"tanya Arya dan Nindy lngsung menggeleng.

"Terus tadi ngapain, main hujan-hujanan, baju nya sampai basah kayak tadi? "tanya Arya sambil mengusap punggung Nindy.

"Jangan marah-marah terus"ujar Nindy. Perempuan itu benci kalau Arya sudah marah-marah seperti ini.

"Kalau enggak mau aku marah-marah, nurut apa kata suami, suka banget bikin suami nya kesel"ujar Arya sambil menatap wajah Nindy yang cemberut.

"Iya iya"jawab Nindy cepat.

"Jangan cuma iya iya aja, tapi dengerin terus lakuin"ujar Arya

"Sekarang tidur, udah malam!"suruh Arya lalu membawa tubuh Nindy berbaring.

"Usap-usap!"suruh Nindy saat Arya menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka hingga batas perut.

"Iya, aku usap-usap. Sekarang Tidur!"suruh Arya lalu mengusap-usap punggung Nindy yang tertutup piama tidur.

"Tidur sayang!"suruh Arya saat Nindy malah membuat pola abstrak di dada nya.

"Belum ngantuk"jawab Nindy sambil menatap wajah Arya dari bawah.

"Kamu merem, nanti lama-lama juga ngantuk sendiri"ujar Arya sambil mencium kening Nindy.

"Kalau kamu belum ngantuk, kita anu aja yuk, mumpung hujan"ajak Arya.

Nindy langsung menggeleng karena tahu maksud ajakan Arya.

"Kenapa enggak mau?"tanya Arya heran sekaligus aneh karena tidak biasanya Nindy menolak ajakan nya.

"Obat nya habis"jawab Nindy memberi tahu.

"Sejak kapan habis nya?"tanya Arya.

"Udah lama, mau bilng kamu lupa terus"jawab Nindy.

Nindy dan Arya memang sepakat untuk menunda kehamailan dulu, bukannya mereka menolak tapi mereka masih terlalu muda untuk memiliki anak dan juga kedua orang tua mereka tidak menuntut untuk segera memiliki anak.

"Terakhir kali kita ngelakuin kamu masih minum apa enggak?"tanya Arya penasaran.

Nindy menggeleng.

"Kan habis terus aku lupa enggak bilang kamu, jadi nya aku enggak minum"jawab Nindy jujur.

"Yaudah besok aku beliin obat nya"ujar Arya sambil mengusap kening Nindy.

Nindy mengangguk.

"Kok aku takut ya Ar"ujar Nindy.

"Takut kenapa?"tanya Arya heran.

"Kalau aku hamil gimana? Kan terakhir kita ngelakuin, aku nggak minum obat nya"jawab Nindy.

"Enggak usah mikir aneh-aneh, kita kan ngelakuin tanpa obat kan baru sekali, jadi kemukinan kamu hamil itu kecil"ujar Arya menenangkan sang isteri.

"Tidur aja, enggak usah mikir yang aneh-aneh"lanjut Arya lalu mencium kening Nindy.

Arya tahu Nindy belum siap untuk hamil dalam waktu dekat ini karena perempuan itu baru saja lulus dan juga tadi perempuan itu meminta izin untuk bekerja.

Arya tidak mempermasalahkan keinginan Nindy yang ingin menunda kehamilan, Arya tidak mau Nindy merasa terbebani nanti nya.


Bersambung...

Jangan lupa buat vote dan komen ya!!!!!!

31 Oktober 2022
08 November 2022

Arya, My Great Husband (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang