BAB 11.

3.1K 78 6
                                    

#Hai semua aku kembali lagi dong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Hai semua aku kembali lagi dong...

Part ini mungkin akan sedikit tidak nyambung tapi aku sudah berusaha untuk mengetik agar nyambung...

Jangan kecewa ya...

Aku bingung ini mau lanjutin nya gimana...udah beberapa kali aku hapus dan ubah alur hingga akhir nya jadi nya kayak gini...

Happy reading semua!!!!!!












Karena hingga siang kondisi Nindy belum juga membaik, maka Arya  pun memutuskan untuk membawa sang isteri ke rumah sakit.

Awal nya Nindy menolak tapi setelah Arya membujuk dan memberi sedikit ancaman kecil, hingga akhir nya perempuan itu mau di bawa ke rumah sakit.

Dan sekarang di sini lah mereka sekarang, di dalam ruangan yang serba putih dan di tambah bau obat yang sangat menyengat.

Arya duduk di kursi dengan raut wajah khawatir saat menunggu sang isteri yang sedang di periksa oleh dokter.

Setelah menunggu cukup lama, akhir nya Nindy dan dokter Dian, dokter yang memeriksa Nindy datang.

Dokter Dian langsung duduk di kursi nya.

Dan Nindy juga langsung duduk di kursi kosong samping kursi Arya.

"Jadi isteri saya sakit apa dok?"tanya Arya sambil menatap dokter Dian penasaran.

"Isteri mas tidak sakit apa-apa"jawab dokter Dian.

"Enggak mungkin isteri saya tidak sakit apa-apa, sejak pagi isteri saya muntah-muntah dok"ujar Arya.

"Muntah-muntah yang di alami isteri mas adalah salah satu gejala yang wajar terjadi pada seorang perempuan yang sedang hamil atau mengandung"jawab dokter Dian menjelaskan.

"Bentar...maksud dokter isteri saya lagi hamil?"tanya Arya memastikan apa yang tadi dirinya dengar.

Dokter Dian mengangguk sambil tersenyum.

Melihat anggukan dokter Dian, cowok itu langsung menatap sang isteri dengan tatapan bertanya, apakah yang di katakan dokter Dian itu benar atau tidak.

Nindy mengangguk pelan saat Arya mentap nya penuh tanya.

"Selamat sebentar lagi kalian akan menjadi orang tua"ujar dokter Dian pada Arya dan Nindy.

Arya tersenyum tipis saat mendengar perkataan dokter Dian.

Arya mengambil satu tangan sang isteri lalu menggegam nya dengan erat, cowok itu sedang mengisyarat kan pada sang isteri bahwa semua akan baik-baik saja.

Nindy menatap satu tangan nya yang Arya genggam lalu mentap wajah Arya.

Arya tersenyum tipis sambil mengangguk saat Nindy menatap nya.

Nindy pun ikut tersenyum tipis.

Rasa takut yang tadi di rasakan Nindy kini perlahan hilang di gantikan dengan rasa lega dan nyaman.

"Kalau boleh tahu berapa usia kandungan nya ya dok?"tanya Arya sambil mentap dokter Dian tanpa melepaskan genggaman nya pada tangan sang isteri.

"Usia kandungan nya sudah memasuki minggu ke lima dan kandungan nya dalam keadaan sehat"jawab dokter Dian.

Arya mengangguk mengerti.

"Saya akan resepkan vitamin dan obat mual untuk isteri mas nya"ujar dokter Dian lalu menulis resep obat dan vitamin di atas kertas.

"Nanti obat mual nya di minum saat isteri mas nya mual saja, kalau sudah tidak mual, tidak di minum tidak apa-apa"lanjut dokter Dian.

"Untuk sekarang saya hanya resepkan vitamin saja dulu"ujar dokter Dian sambil memberikan kertas pada Arya.

"Nanti mas nya bisa tebus di apotek rumah sakit"lanjut dokter Dian.

Arya mengangguk sambil menatap tulisan yang berada di atas kertas.

"Mas sama mbak nya bisa kembali lagi untuk cek kandungan bulan depan tapi bukan dengan saya, nanti mas sama mbak nya bisa langsung pergi ke dokter kandungan saja"ujar dokter Dian.

Arya mengngguk mengerti.

"Untuk mbak nya kalau bisa jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat dulu karena mengingat usia kndungan nya yang masih rentan untuk keguguran"ujar dokter Dian.

"Iya dok"jawab Arya sambil mengangguk.

Banyak pertanyaan yang Arya ajukan pada dokter Dian seputar kehamilan Nindy.

Nindy sendiri memilih diam sambil mendengarkan penjelasan dokter Dian. Bukan Nindy tidak senang saat mendengar dirinya hamil hanya saja perempuan itu masih sedikit terkejut saat mendengar fakta bahwa di dalam perut nya terdapat kehidupan.

Setelah Arya puas bertanya, kedua nya pun memilih pamit pada dokter Dian untuk pulang.

Setelah keluar dari ruangan dokter Dian, sepasang suami isteri itu berjalan berdampingan dengan tangan saling bertautan menuju apotek rumah sakit.

Sampai di depan apotek rumah sakit, Arya meminta Nindy untuk duduk di kursi selagi dirinya mengantri menebus obat dan vitamin.

"Kamu duduk si sini aja, biar aku yang ngantri tebus vitamin dan obat nya"ujar Arya sambil membantu Nindy duduk di kursi.

Setelah nya, Arya berjalan ke barisan orang yang sedang mengantri untuk menebus obat di apotek.

Nindy menatap punggung badan Arya sambil mengusap perut nya.

"Bunda bingung nak"ujar Nindy lalu mengalihkan tatapan mata nya ke arah perut rata nya.

"Bunda bingung mau senang atau sedih kamu hadir di antara bunda dan ayah. Bukan bunda tidak menginginkan kamu, tapi banyak yang bunda takut kan"lanjut Nindy.

"Bunda juga masih belum yakin bila ayah kamu senang saat mendengar kabar kehadiran kamu, walaupun tadi ayah kamu kelihatan peduli dengan kamu tapi tetap saja itu masih belum bisa membuat bunda yakin nak"ujar Nindy dengan masih mengusap perut nya.

Setelah lima belas menit menunggu, akhir nya Arya datang dengan tangan yang membawa kantong plastik yang berisi obat dan vitamin untuk nya.

"Yuk pulang"ajak Arya sambil mengulurkan tangan ke arah Nindy.

Nindy mengangguk lalu menerima uluran tangan Arya.

Mereka berjalan berdampingan untuk menuju parkiran.

Sepanjang jalan tidak ada obrolan di antara mereka, kedua nya memilih diam dengan pikiran masing-masing. Pikiran yang sama namun sulit untuk mereka ucapkan sekarang hingga akhir nya diam yang mereka pilih.




Bersambung...

Jangan lupa kasih vote dan komen ya!!!!

01 November 2022
17 Desember 2022

Arya, My Great Husband (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang