Ara menatap bangunan di depannya, dia yang telah memiliki janji temu dengan seseorang melangkah masuk ke dalam.
Museum yang dia datangi hari ini tampak sepi, hanya ada beberapa orang turis saja yang berlalu-lalang.
"HEY ARA"
Tiba-tiba sebuah teriakan menggema, Ara memutar pandangannya dan berhenti tepat ke sosok pria tinggi yang melambaikan tangan ke arahnya.
"JOE..." Panggil Ara sambil melangkah ke pria tinggi yang berdiri tidak jauh darinya.
Pria tinggi yang di panggil 'Joe' oleh Ara ikut melangkah maju, keduanya berhenti tepat di depan patung salah satu peninggalan sejarah dunia.
"Apa kabar?" Sapa Ara ramah.
Joe memasang senyum terbaiknya.
"Seperti yang kamu lihat, sangat sehat" Balas Joe.
Ara mengamati Joe dengan seksama, dia kemudian menyunggingkan senyumnya.
"Sangat jelas..."
"Hahaha" Tawa Joe sekali lagi terdengar diikuti oleh cekikikan Ara.
"Aku tidak bisa berlama-lama, langsung ke intinya saja" Kata Ara kemudian, Joe yang tahu jika Ara punya jadwal ketat mengangguk paham.
"Aku ingin menjual salah-satu rumahku kemudian ingin membeli rumah yang lain. Rumah ini untuk seseorang"
"Seseorang?"
"Hemmm, for my second wife"
Sudut bibir Ara berkedut, pria di depannya benar-benar terlalu brengsek! Pikirnya.
Ddrrttt...
Joe dan Ara sama-sama terperanjat kaget saat dering ponsel milik Joe berbunyi nyaring.
"Tunggu sebentar"
"Silahkan..."
Joe yang tidak ingin pembicaraannya terganggu berjalan sedikit menjauh dan mulai berbicara.
10 menit kemudian.
Ara menatap jam di pergelangan tangannya kemudian menatap ke arah Joe yang masih terlihat sibuk dengan panggilannya.
Karena bosan menunggu, Ara memilih untuk berjalan-jalan di sekitar.
Matanya yang cerah menatap ke setiap benda-benda yang berada di museum tersebut.
Mulai dari patung, fosil, dan juga lukisan.
Ara menjelejahi setiap tempat dan sesekali memotretnya.
"Fiony haru datang ke sini" Lirih Ara, dia tiba-tiba merasa bersalah.
Sudah dua tahun lebih dia mengajak Fiony untuk tinggal di kota tersebut, akan tetapi dia sama sekali belum pernah mengajak Fiony ke tempat seperti ini.
Jauh di dalam hatinya, Ara berjanji akan membawa Fiony ke museum tersebut.
Ara terus melangkah dan berhenti saat dia berada di depan sebuah lukisan yang sangat terkenal.
Ara merasa terhipnotis saat melihat senyum tipis milik Monalisa terlebih ketika melihat mata cokelat di dalam lukisan. Pandangan Ara tanpa sadar menerawang jauh, akan tetapi dia dengan cepat menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum miris.
"Permisi..."
Seseorang tiba-tiba menepuk pundak Ara dari arah belakang. Ara dengan cepat menoleh ke arah belakang, seorang wanita cleaning service dengan senyum sungkan berdiri tegap.
"Yaa?"
"Ini milikmu?"
Wanita cleaning service menyodorkan sebuah mantel kepada Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)