Part 22

4.5K 613 80
                                    

Ara yang kembali masuk ke pesta dan mencari sosok Christy di setiap sudut menghela nafas.

"Dia kemana..." Gumam Ara frustasi.

Ini sudah tengah malam, Ara yakin jika sekarang Fiony pasti telah menunggunnya.

Karena tidak dapat menemukan Christy di manapun, Ara mengeram frustasi. Dengan langkah gontai dia melangkah pergi dan berakhir di pinggir jalan besar.

Beberapa kendaraan tampak berlalu-lalang, Ara yang mood-nya sedang buruk menoleh ke kiri dan kekanan mencari taxi.

15 menit berlalu.

Akan tetapi tidak satupun taxi yang datang.

Karena tidak punya cara lain lagi, Ara hanya bisa meraih ponselnya yang tersimpan rapi di dalam tas dan berniat menghubungi Gracia. Tetapi saat menekan layar ponselnya Ara tanpa sadar menghela nafas panjang. Dia lupa jika seharian ini dia tidak sempat mengecas ponselnya sendiri.

Ara merutuki kebodohannya sendiri sekarang.

"Butuh tumpangan?" Suara lembut menegur Ara dari arah samping.

Ara menoleh dan ketika mendapati wajah cantik Chika dia sedikit terkejut.

Keduanya berdiri di pinggir jalan dengan wajah cantik yang memikat dan saling bertatapan.

"Butuh tumpangan gak?" Sekali lagi Chika bertanya.

Ara melihat kearah jalanan sebelum kembali melirik Chika dan mengangguk lemah.

"Mobilku di sana" Chika menunjuk mobil hitam yang terparkir tidak jauh.

"Maaf ngerepotin" Lirih Ara merasa canggung.

Chika hanya tersenyum mendengar itu. Keduanya kemudian berjalan ke arah mobil Chika.

Supir dengan sigap membuka pintu belakang.

Di dalam mobil sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, hanya ada suara deru mesin.

Chika yang tidak tahan dengan suasanan canggung di antara mereka berdua batuk pelan.

"Uhuk...uhuk..."

"Kenapa?" Tanya Ara secara tiba-tiba, matanya beralih menatap ke arah Chika.

"Ohh gakpapa kok"

Chika memijat tengkuknya sendiri dan mencoba mengalihkan perhatiannya keluar jendela, dia takut jika wajahnya yang memerah karena malu terlihat oleh Ara.

Ara yang mengamati wajah samping Chika tanpa sadar tersenyum. Melihat alis Chika yang terjalin dan salah-satu tangannya yang bertengger di tengkuknya sendiri, Ara juga ikut mengangkat tanganya dan meraih tengkuk Chika.

Jari-jari halus dan ramping Ara menekan tengkuk Chika, berharap keadaannya Chika sedikit jaub lebih baik.

Apa yang Ara tidak tahu adalah jika saat ini jari-jari Chika mengepal dan menahan gejolak yang ada di dalam dirinya.

Chika menghela nafas panjang, dia takut untuk berbalik dan menatap Ara. Hanya dari sensasi jari panjang Ara saja sudah mampu membuat pipinya bersemu merah.

"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Ara setelah beberap menit. Meski begitu tangannya tetap bergerak memijat tengkuk milik Chika.

Chika mengangguk.

Ara yang merasa jika Chika menghindar bertatap muka dengannya sengaja menghentikan gerakannya. Jarinya yang semula di tengkuk Chika kini bergerak ke arah dagu lancip Chika.

Chika terkesiap dengan perlakuan Ara yang tiba-tiba, dan membuat tatapan mereka beradu.

"Liat aku...." Suara Ara yang setenang langit malam mengalun di telinga Chika.

Mara cokelat Chika menatap Ara bingung.

"Maaf aku gak bisa nahan perasaan aku sendiri" Kata Chika, Ara yang mendengarnya hanya berdehem dan menjadi salah tingkah.

"Bentar lagi nyampe" Sambung Chika saat melihat rumah megah yang berdiri kokoh di depan.

Ara menatap sekilas bayangan rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter lagi.

"Chik"

"Kenapa Ra?"

Cup~~~

Chika membelalakan matanya saat ciuman Ara yang keras dan menuntut berada di bibirnya.

Ara terus melumat bibir Chika dengan keras, dia berhenti melakukannya setelah mobil yang membawa mereka berdua berhenti di depan pagar tinggi.

"Maaf, aku-"

Ucapan Ara terpotong dengan ciuman Chika.

Kali ini Chika yang mencium lebih dulu.

Ara yang juga menginginkan bibir semerah cerry milik Chika menggerakkan tangannya ke pinggang Chika.

Dengan sedikit gerakan, pinggang ramping Chika bergerak dan semakin mendekat ke arah Ara yang menyebabkan mereka berdua berciuman dengan lebih dekat.



•••



Fiony menggeliat kecil saat mendengar suara pintu yang terbuka kemudian tertutup lagi.

Ketika membuka mata hal pertama yang Fiony lihat adalah Ara yang sedikit berantakan karena rambutnya yang acak-acakan serta pakaiannya yang kusut.

"Raaa kamu kenapa" Tanya Fiony yang langsung bergegas bangkit.

Ara yang tidak tahu jika Fiony bangun dan melihat dirinya dengan penampilan berantakan.

"Kenapa bangun?" Tanya Ara balik, dia benar-benar tidak ingin menjawab pertanyaan Fiony.

"Aku gak bisa tidur nyenyak kalau gak ada kamu" Jawab Fiony, bibirnya majj tanda sedang malas.

Ara tersenyum tipis mendengar itu.

"Bentar yah, aku mandi dulu. Abis itu kita tidur"

"Kamu mau mandi? Kenapa gak cuci muka aja"

"Gak lama kok, badan aku juga lengket"

Setelah menyelesaikan kalimatnya Ara melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Lututnya berubah lemas sesaat setelah berada di dalam kamar mandi.

Berkali-kali Ara menghela nafas panjang, ketika melihat wajah polos Fiony yang menunggunya untuk pulang pandangan Ara menjadi redup.

Rasa bersalah yang sangat besar menyebar di seluruh tubuhnya.

Saat Fiony dengan penuh cinta menunggunya pulang, dia malah bermain api dengan mantan kekasihnya di dalam mobil dan menghabiskan waktu setengah jam di dalam mobil yang gelap.

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang