Seluruh keluarga Tn.Ben berkumpul di depan pintu kamar ruang rawat inap.
Sejak tadi kening Tn.Allan tidak henti-hentinya mengerut.
Wajah semua orang terlihat gelap.
"Ini adalah salahmu, harusnya Ara dan Fiony tidak perlu pindah ke tempat itu" Suara Tn.Allan yang berat dan tidak terbantahkan terdengar di telinga beberapa orang.
"Hari ini ayah masih bisa di selamatkan tetapi jika ada waktu berikutnya kita tidak hanya berdiri di sini tetapi di pemakamannya juga"
Ara yang mendengar ucapan Tn.Allan menghela nafas panjang, ekor matanya diam-diam melirik ke arah Kenzo yang terlihat biasa saja.
Gracia yang sejak tadi diam mengangguk setuju mendengar ucapan Tn.Allan.
"Kalian harus kembali ke rumah" Ny.Alise ikut bersuara, dia mengalihkan tatapannya ke arah Fiony yang sedang duduk di kursi tunggu.
Fiony yang pikirannya sedang berkelana benar-benar tidak menanggapi ucapan ibu mertuanya itu. Wajahnya masih terlihat shock dan sedih.
"Ara dan Fiony tetap akan tinggal di sana" Kenzo akhirnya membuka suara.
"Menantuku sedang hamil, aku sebagai ayah mertuanya punya tanggung jawab untuk menjaganya" Tn.Allan yang tidak ingin di bantah menatap nanar ke arah Kenzo.
Mendengar ucapan Tn.Allan sudut bibir Kenzo terangkat dan menampilkan senyum meremehkan.
"Aku khawatir kandungan Fiony akan bermasalah" Ledek Kenzo.
"Apa maksudmu? Di rumah ada Alise yang akan menjaganya saat Ara kerja, ada aku juga"
"Ada kalian tapi dia tetap hampir keguguran"
"Jadi maksudmu itu adalah aku yang melakukannya!?"
"Aku tidak bilang begitu"
Wajah Tn.Allan berubah merah padam dan nafasnya menjadi tidak beraturan.
"Itu anak Ara, aku menyayanginya tentu saja akan menjaganya. Tapi ceritanya akan berbeda jika itu anakmu"
Tubuh Kenzo tanpa sadar menegang, tatapannya jatuh ke netra hitam Tn.Allan yang menyilaukan. Ada kilat kebencian yang jelas terpancar di mata tua pria tersebut.
"Kalian berdua sudah cukup, ayah masih tidak sadar berhenti berdebat" Ny.Alise yang tidak tahan lagi akhirnya melerai perdebatan mereka berdua.
Semuanya kembali jatuh ke dalam keheningan, tidak ada yang bersuara lagi.
"Ara...Gracia...kalian berdua sebaiknya pulang, kakek kalian biar papa yang menjaganya" Tn.Allan yang tidak tahan lagi dengan keheningan akhirnya angkat suara.
Gracia yang tidak ingin berdebat mengangguk, dia berjanji akan ke rumah sakit lagi setelah Tn.Ben sadar.
Ara yang juga khawatir dengan keadaaan Fiony ikut setuju untuk pulang, tetapi kali ini dia tidak lagi kembali ke apartemen melainkan ke rumah besar Tn.Ben.
Sepanjang perjalanan menuju rumah baik Ara maupun Fiony keduanya tetap diam.
Pikiran mereka melayang jauh, Gracia yang menyadari ada sesuatu yang salah dengan keduanya akan diam-diam melirik dari waktu ke waktu.
"Ara!" Panggil Gracia kemudian.
"Hmmm?"
"Kamu sudah absen lama dari kantor, besok sebaiknya kamu masuk kerja"
Ara hanya berdehem kecil mendengar itu, dia diam-diam melirik ke arah Fiony.
•••
"Aku akan mengugurkannya..."
Ara menghentikan langkahnya menuju kamar mandi ketika mendengar ucapan spontan Fiony.
Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam kamar.
Fiony menatap nanar kepada Ara, wajahnya terlihat putus asa.
"Aku tidak ingin semua orang sakit lagi saat tahu anak ini bukan anak kamu" Tambah Fiony, kali ini dia tidak dapat lagi membendung air matanya.
Melihat itu Ara bergegas meraih tubuh lemah Fiony dan memeluknya erat.
"Hanya kakek yang tahu, setelah kakek sadar aku bakal minta dia buat lupain masalah ini" Hibur Ara, pelukannya di tubuh Fiony semakin erat.
"Maksud kamu?"
"Tidak peduli dia milik siapa, karena dia hadir diantara kita itu berarti Tuhan mau dia jadi anak kita"
Tubuh Fiony yang sejak tadi menegang akhirnya mengendur, dia memeluk erat tubuh Ara dan menangis kencang.
•••
"KAMU GILA!!!"
Chika mendelik marah kepada Zee, dia yang sejak tadi mendengar cerita dari bibir pucat Zee tanpa sadar melompat kaget.
Zee hanya bisa meringis kecil. Nasi sudah menjadi bubur.
"Saat itu aku tidak punya pilihan" Bela Zee.
"Kamu punya" Kata Chika cepat,"Tapi perasaan egois yang kamu miliki lebih besar" Sambungnya.
Zee hanya bisa menghela nafas panjang, dia mengusap wajahnya yang terasa perih.
"Lalu sekarang bagaimana?"
"Aku akan kembali ke Paris, Fiony pasti sangat membenciku sekarang"
Chika mengangguk pelan, kepalanya masih terasa berat ketika mendengar cerita Zee.
"Sebelum itu temui mereka dulu dan minta maaf"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)