Ara dengan panik bergegas ke arah Fiony, tangannya dengan lembut mengusap punggung dan memijat tengkuk Fiony dengan lembut.
"Raa pusing..." Keluh Fiony, dia tanpa ragu-ragu memeluk tubuh Ara.
Ara membalas pelukan Fiony, dia dengan hati-hati membawa Fiony ke ruang tengah dan mendudukkan di sofa.
"Kenapa bisa seperti ini?" Tn.Allan bertanya ke istrinya.
"Tidak tahu, Fiony tiba-tiba muntah saat....tunggu, apa Fiony alergi bunga?"
"Kamu alergi bunga?" Kali ini Ara yang bertanya kepada Fiony.
Fiony yang masih berada di pelukan Ara menggeleng lemah. Dia telah hidup selama lebih dari duapuluh tahun dan tidak pernah mengalami alergi, tetapi sekarang ketika mencium aroma bunga entah mengapa perutnya bergejolak dan kepalanya pusing.
Alis Ara menyatu, dia juga tahu jika Fiony tidak memiliki alergi apapun tetapi sekarang dia muntah dan pusing. Perasaan takut dengan cepat menjalar disekujur tubuhnya dan membuat dadanya berdegup kencang.
"Jangan panik, kita akan tahu Fiony kenapa setelah dokter tiba" Tn.Ben yang sedang duduk di kursi utama membuka suara.
Yang lain mengangguk setuju mendengar perkataannya.
Beberapa puluh menit kemudian.
Seorang dokter pria dengan beberapa uban di kepalanya berjalan masuk.
"Siapa yang sakit?" Tanya bingung.
Matanya melirik ke arah Tn.Ben yang duduk di sofa dengan wajah segar, dia lalu menatap ke arah Tn.Allan yang berdiri dengan tegap dan baik-baik saja.
Sedangkan Ny.Alise, dia benar-benar jauh dari kata sakit. Riasannya yang tebal membuat mata dokter pria tersebut berkunang-kunang.
Mata dokter pria tersebut kemudian beralih kepada pasangan yang saling berpelukan.
"Periksa menantuku..." Tn.Ben akhirnya bersuara.
Dokter pria yang mendengar itu segera berjalan ke arah Ny.Alise dan mengeluarkan stetoskopnya.
Ketika tangannya yang memegang stetoskop bergerak menuju dada Ny.Alise sebuah tendangan yang tajam dan berat hinggap di pantatnya.
Dokter pria tersebut dengan cepat tersungkur.
"Apa yang kamu lakukan!?"
"Aku harusnya yang bertanya, apa yang kamu lakukan? Ayah menyuruhmu memeriksa menantuku bukan istriku" Jawab Tn.Allan marah.
Dokter pria menatap Tn.Ben kesal.
"Harusnya kamu bilang cucu menantu"
"Aku sudah tua dan pikun..."
Dokter pria memutar matanya, dia kemudian beralih kepada Fiony yang masih bersembunyi di dalam pelukan Ara.
"Bagaimana aku bisa memeriksanya jika dia seperti ini"
Fiony yang menyadari itu tersenyum kikuk, meski sedikit pusing dia tetap melepas pelukannya dan duduk dengan tegak.
Stetoskop yang dingin dengan cepat menyentuh dada Fiony.
Alis dokter pria menyatu, dan wajahnya terlihat serius.
"Apa yang kamu rasakan?"
"Pusing dan mual..."
"Itu sudah terjadi berapa hari?"
"Hari ini, baru hari ini"
Mendengar penjelasan Fiony, dokter pria mengangguk. Dengan isyarat dia menyuruh Fiony menaikkan sedikit bajunya.
Ketika melihat isyarat dokter pria, kali ini bukan hanya kaki Tn.Allan yang siap untuk menendang dokter tersebut. Tetapi kaki Tn.Ben dan Ara juga telah bersiap.
"Hey, aku hanya ingin memeriksa perutnya. Tidak lebih"
Wajah semua orang berubah tenang, Fiony dengan malu-malu mengangakat sedikit bajunya dan membiarkan dokter menekan perutnya.
Setelah 30 detik berlalu, dokter tersebut menarik tangannya dan membuat catatan.
"Dia sakit apa?" Tanya Ara penasaran.
Mata semua orang terpaku kepada bibir dokter.
"Ini hanya pemeriksaan luar, kamu sebaiknya melakukan tespack dan kerumah sakit. Jika diagnosaku tidak salah besar kemungkinan kamu sedang hamil"
"Ohhh hamil..." Semua orang serentak bersuara.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
"APA? HAMIL?"
Dokter yang sedang menulis resep terjengkang kebelakang.
"Kamu serius dia hamil? Maksudku perutnya akan membesar?" Tanya Tn.Allan sambil membuat gerakan ilustrasi perut besar.
"Cucu menantuku hamil?"
"Dia benar-benar hamil kan?"
Mata dokter menatap ketiga orangtua yang memandangnya tanpa berkedip, bulu kudukknya tanpa sadar meremang. Entah mengapa melihat tatapan mereka, itu mengingatkannya dengan film serigala mencari mangsa.
"Yaa dia hamil..."
Fiony dan Ara saling bertatapan, dan senyum cerah dengan cepat tergambar di wajah mereka berdua.
Dua tahun, setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan mereka akhirnya akan menjadi orang tua.
"Terima kasih..." Suara Ara terdengar serak dan matanya sedikit berair.
Fiony yang menunggu hari ini tiba tidak kalah gembiranya.
"Kamu juga, terima kasih" Balasnya.
Ara dengan cepat meraih tubuh Fiony dan memeluknya erat.
Keduanya berpelukan dengan sangat mesra, akan tetapi tidak ada satu orang pun diruangan itu yang merasa keberatan.
"Ekhemmm, ini adalah resep obat untuk ibu hamil. Meski tidak ada masalah serius kamu tetap harus ke rumah sakit"
Dokter menyodorkan secarik kertas kepada Ara.
Ara dengan senang hati menerima kertas tersebut.
"Raa.." Panggil Fiony yang masih berada di pelukan Ara.
"Yaa kenapa? Kamu mau makan sesuatu?" Tanya Ara lembut.
Fiony menggeleng lemah.
"Bayi ini sedikit istimewa, aku takut bakal terjadi sesuatu. Gimana kalau kita panggil Dr.Zee aja?"
Ara tampak berpikir, apa yang Fiony ucapkan benar. Bayi yang Fiony kandung saat ini memang sedikit 'istimewa'.
"Kali ini biar papa yang urus" Tn.Allan dengan sorot mata bahagia membuka suara.
Dia mungkin bodoh jika harus berhadapan dengan beberapa berkas dan tender di perusahaan, tetapi jika tentang cucu masa depannya dia sangat bisa diandalkan.
"Baik, kita akan mengganti dokter pribadi mulai sekarang" Tambah Tn.Ben.
Dokter pribadi mereka yang duduk mendengarkan : '__'
Benar-benar tidak ada yang peduli dengan perasaan dokter pribadi mereka saat ini.
"Apa lagi yang kamu tunggu? Cepat pergi!" Tn.Allan dengan nada tidak bersahabat mengusir dokter pribadinya sendiri.
Melihat dokter pria di depannya perasaan tidak bahagia entah mengapa menghampirinya.
"Huh, itu hanya bayi. Apa istimewanya? Aku bahkan bisa membuat 5 bayi sekaligus" Cibir dokter pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)