Kenzo terus melangkah dan sama sekali tidak menoleh kebelakang meskipun kedua telingany mendengar suara tangis baby Aaron yang kencang.
Langkah Kenzo semakin cepat saat dia menapaki anak tangga menuju ke atas, setelah melewati pintu yang hanya membuat satu orang dia berhenti.
Di bawah cahaya bulan yang samar-samar Kenzo akhirnya berbalik dan menatap terowongan bekas tambang tua di belakangnya. Setelah beberapa menit dia kembali berbalik dan melangkah pergi.
Yona yang menunggu Kenzo di dalam mobil tersenyum senang saat melihat pria yang ditunggunya itu bergegas masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Ayo cepat, kita harus pergi dari sini"
"Tidak. Aku ingin melihat mereka semua hangus terbakar"
"Tapi....bagaimana jika ada yang datang?"
"Ini pinggiran kota, siapa yang akan datang? Tunggu beberapa saat lagi"
Yona akhirnya mengalah, dia yang sedikit mengantuk menyenderkan tubuhnya ke jok mobil dan memejamkan matanya. Sedangkan Kenzo matanya fokus menatap ke arah terowongan.
Samar-samar Kenzo dapat melihat asap putih yang mengepul, melihat itu dia tanpa sadar tersenyum puas.
"Kalian akan tersiksa sebelum mati mengenaskan" Gumam Kenzo bahagia.
Yona yang memejamkan matanya kembali duduk tegap dan menatap wajah samping Kenzo.
"Itu sudah cukup, ayo pergi sekarang. Pesawatnya tidak akan menunggu kita"
Meski tidak senang, Kenzo akhirnya setuju. Lagipula sebentar lagi tempat itu akan hangus terbakar, tidak ada bedanya jika dia tetap tinggal atau pergi lebih awal.
Akhirnya Kenzo mengikuti perkataan Yona, dia kemudian menghidupkan mesin dan memutar kemudi menuju bandara.
Beberapa menit setelah kepergian Kenzo, di kejauhan sebuah mobil dengan kecepatan di atas rata-rata berhenti begitu saja.
Gracia menatap sekitar, tidak ada apa-apa sama sekali. Karena gelap dia dengan sengaja tidak mematikan mesin dan membiarkan lampu mobil menyeroti sekitar.
Gracia bergegas keluar dari mobil.
"SHANIIIIII" Teriakan Gracia menggema di tengah malam, tidak ada sahutan.
Hal itu membuat Gracia khawatir, dia kemudian berjalan di sekitar dan terus melangkah ke depan.
Langkah Gracia terhenti saat indera pendengarnya menangkap sebuah suara tangisan bayi dan tidak jauh di depan sebuah terowongan dengan asap hitam pekat terlihat.
Gracia semakin panik, dia berlari kedepan.
"Uhuk...uhuk..." Gracia batuk kecil saat berjalan masuk, matanya terasa perih.
Dia kembali berjalan keluar dan kembali menatap sekitar, entah mengapa Gracia yakin jika Shani berada di dalam terowongan dan sedang dalam bahaya.
Gracia kembali ke mobilnya, mencari sebotol air mineral dan menyiramkan kebadan serta jaket yang di pakainya. Setelah itu dia kembali masuk ke dalam terowongan.
Karena asap yang tebal, pegelihatan Gracia terganggu. Terlebih saat ini tidak ada cahaya sama sekali, hanya ada cahaya merah yang samar-samar di kejauhan.
Semakin Gracia mendekat cahaya tersebut semakin dia mendengar suara bayi yang menangis histeris.
Langkah kaki Gracia semakin cepat, dan saat berada di depan pintu yang terkunci dari luar dia memutar knop pintu.
Mungkin karena panas yang di sebabkan oleh api, tetapi ensel pintu menjadi bermasalah.
"SHANNN...KAMU DI DALAM?" Teriak Gracia kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
أدب الهواةSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)