Part 55

4.1K 548 63
                                    

Saran nama buat anak Chikara dong, bingung dari kemarin milihnya. Mau ngasih nama Chintya wawang tapi dah ngakak duluan.

Bentar lagi bulan puasa bingung adegan 21+++ harus full apa di skip aja. Ada saran???



Shani dan Gracia berbaring telentang di tengah-tengah balkon, dada mereka naik turun dengan cepat.

Meskipun di luar dingin tetapi tubuh keduanya basah oleh keringat.

Kedua mata Shani terpejam, berkali-kali dia menarik nafas.

Kali ini listrik telah hidup dan membuat Gracia dapat melihat tubuh telanjang Shani.

Wajah Shani yang bersemu merah membuat sudut bibir Gracia terangkat.

"Capek?" Tanya Gracia, tangan kanannya terulur dan menyeka keringat di dahi Shani.

"Dikit..."

Mendengar itu alis kanan Gracia terangkat, matanya diam-diam memindai setiap sudut tubuh Shani.

Ada banyak tanda merah yang Gracia ciptakan di kulit seputih salju Shani, dan Shani sendiri yang tidak ingin kalah juga menyisipkan beberapa kissmark di tubuh Gracia.

Tubuh keduanya penuh dengan tanda merah.

"Ayo masuk, aku mau mandi" Shani bangkit lebih dulu.

Takut ada orang yang melihat tubuh telanjangnya dia cepat-cepat berlari masuk yang kemudian di susul oleh Gracia.

Di dalam kamar mandi Shani menyalakan shower dan menyirami tubuhnya, ketika tubuhnya yang lemas karena terbakar terkena dinginnya air dia tanpa sadar mengigil.

Gracia yang baru saja masuk menghentikan langkahnya saat melihat pundak cerah Shani, tatapannya terus menjalar ke bawah dan berhenti di bokong Shani.

Shani yang fokus dengan aksi mandinya sama sekali tidak peduli dengan tatapan panas Gracia.

"Kamu capek?" Tanya Gracia tiba-tiba yang sontak membuat Shani terlonjak kaget.

"Kamu ngapain di sini!?" Shani tanpa sadar menutupi kedua asetnya yang berharga, melihat itu Gracia terkikik geli.

"Aku udah liat dan nyobain semuanya" Jari telunjuk Gracia bergerak menunjuk dada dan area sensitif Shani dibagian bawah.

Mendengar balasan vulgar Graci, wajah Shani semakin memerah.

"A-aku m-mandi duluan, kkamu ttunggu di luar" Shani mengusir Gracia dengan nada gugup.

"Gak, aku mau kita mandi berdua" Graci bergerak maju dan memepet tubuh Shani ke arah tembok.

Tubuh keduanya diguyur air shower.

"Geee"

"Hemmm?"

Alis kanan Gracia terangkat dan dia memasang senyumnya yang menggoda, dada Shani berdebar hebat seketika.

"Mandi berdua yahhh?"

Shani tersenyum tanpa daya, meskipun dia ingin menolak itu tetap tidak akan merubah apapun.

Didalam kamar mandi desahan keduanya kembali terdengar.









•••









Karena kehamilannya, mood Chika sering berubah setiap saat.

Detik ini dia akan tertawa lebar dan detik berikutnya air matanya akan mengalir begitu deras.

"Air matanya jika di kumpulkan semua bisa menandingi besarnya danau Toba" Gerutu Tn.Harres sambil berusaha menelfon Ara dari tadi.

Dikejauhan Ara yang sedang mengerjakan pekerjaannya terdiam ketika panggilan Tn.Harres masuk. Merasa ada yang janggal dia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa paman? Chika akan melahirkan?" Tanya Ara cepat.

"Kandungannya masih berusia 7 bulan"

"Lalu kenapa paman menelfon?"

"Chika menangis sejak kamu ke kantor sampai sekarang, kepalaku rasanya akan pecah cepat pulang! Tut tut tut"

Ara menatap layar ponselnya linglung, dan detik berikutnya dia tersenyum tanpa daya.

Takut mata Chika akan mengalami iritasi jika terlalu lama menangis Ara hanya bisa pasrah dan membawa semua pekerjaannya kembali ke rumah.

30 menit kemudian...

Ara melangkah memasuki rumah dan hal pertama yang di lihatnya adalah Chika yang meringkuk di sofa.

"Sayang kamu kenapa?"

Mendengar suara Ara yang lembut Chika mengangkat pandangannya dan mata cokelatnya yang berair menatap Ara sedih.

Melihat wajah sedih Chika, Ara mencubit ruang diantara alisnya. Kepalanya terasa berdenyut sekarang.

"Raa aku jelek yah?" Tanya Chika.

"Kata siapa? Kamu cantik, cantik banget. Harus berapa kali aku bilang kalau kamu itu cantik, pake bangettttttt" Ara menjawab dengan cepat.

"Tapi aku gemukan, tadi juga kamu bilang gitu"

Otak Ara ngeblank sejenak, sepanjang ingatannya dia benar-benar tidak pernah berkata jika istrinya yang cantik ini gemuk.

"Kapan aku bilang gitu?"

"Tadi pagi, kata kamu aku berisi itu kan sindiran halus buat ngatain aku gemuk"

Ara menggeleng kecil, dia merasa geli dan juga marah di saat yang bersamaan.

"Bangun dulu..." Ara menarik tubuh Chika lembut agar duduk di sofa.

"Aku gak ngatain kamu tapi muji" Dengan suara lembut Ara mulai menjelaskan, jari-jarinya sesekali mengusap perut Chika yang membulat.

"Muji?"

"Iyaaa" Angguk Ara.

"Mungkin karna hormon ibu hamil tapi kamu jauh lebih seksi saat hamil, aku paling suka liat kamu yang sekarang kalau lagi di atas"

Suasana di ruang tamu berubah panas dan ambigu saat Ara mengucapkan kata-kata tersebut.

"Kamu gak percaya?" Tanya Ara.

Chika membuka mulutnya ingin membalas tetapi jari-jari terampil Ara sudah lebih dulu membuka kancing piyamanya.

Dalam sekejap tubuh bagian depan Chika terlihat, menampilkan dalaman dan juga perutnya yang menonjol.

Melihat itu Ara kesusahan menelan salivanya.

"Katanya wanita hamil saat akan melahirkan payudaranya mengeluarkan ASI, tapi kenapa punya kamu belum? Apa harus aku isep dulu?"

Bibir Ara maju dan menghisap puting Chika yang sedikit membesar karena kehamilannya.

Chika yang merasa tubuhnya lebih sensitif di saat hamil mengigit bibir bawahnya ketika lidah hangat Ara bermain di dadanya.

"Naik di atasku..." Ara menyenderkan tubuhnya dan memberi isyarat agar Chika duduk di pangkuannya.

Wajah Ara memanas saat Chika dengan tubuh yang sedikit terbuka bergerak pelan duduk di atas pahanya.

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang