Pagi berikutnya.
Kamar dimana Tn.Allan kembali dipenuhi beberapa orang.
Tn.Ben yang mengetahui penyakit putranya tidak bisa bernafas dengan baik, dia terduduk dan termenung cukup lama.
Chika yang sambil menggendong baby Aaron berdiri di samping tempat tidur, membiarkan putranya bermain dengan ayah mertuanya.
Tn.Allan yang melihat tawa cucunya dari waktu ke waktu tiba-tiba menyesal dan sedih ketika mengingat dia tidak dapat melihat cucunya tumbuh dewasa.
"Aaron, kakek sedang sekarat" Tn.Allan tidak ingin membohongi cucunya atau menciptakan kematian palsu yang indah.
Memang benar dia sedang sekarat, bahkan jika cucunya belum mengerti dia tetap akan berkata dengan jujur.
Baby Aaron yang tidak mengerti memiringkan kepalanya.
Kata 'sekarat' terdengar asing baginya.
Menyadari ketidaktahuan cucunya Tn.Allan terkekeh.
"Kakek sakit" Tn.Allan menjelaskan dengan hati-hati,"Kakek tidak akan bangun lagi ketika kakek tidur"
"Ketika kakek pergi bisakah kamu menjaga nenek? Kamu akan melakukannya kan?" Tanya Tn.Allan sambil menyentuh pipi gemuk baby Aaron.
"Kamu selalu menjadi cucu yang paling aku banggakan..."
"Kamu harus tumbuh dengan bahagia, mengerti?"
Suasana di dalam ruangan berubah sedih.
Bulu mata Ara bergetar mendengar ucapan Tn.Allan, dia kemudian menatap Tn.Allan.
Wajah kurus Tn.Allan terhalang oleh sinar matahari pagi, matanya tidak lagi secerah dulu itu terlihat seperti lilin yang akan mengering sekarang.
Gracia merasa tenggorokannya sedang tersumbat sesuatu, itu sangat menyakitkan sehingga dia tidak mampu berbicara. Selama bertahun-tahun, Gracia akhirnya merasakan apa itu kesedihan.
"Chika...." Tn.Allan mengangkat wajahnya.
"Dibanding denganku, kamu akan jauh lebih lama bersama Ara. Aku titipkan dia"
"Paa...aku akan menjaganya dengan baik"
Tn.Allan tersenyum.
"Ara..."
Ara mendekat, dia menurunkan matanya dan mengepalkan kelima jari-jarinya.
"Aku minta maaf karena tidak hadir di masa pertumbuhanmu dan sekarang aku tidak akan hadir lagi di masa tuamu"
"Papa tidak salah apa-apa"
Ara tidak menyembunyikan emosinya, Chika yang melihat itu menggandengnya agar sedikit menjauh.
"Alise..."
Ny.Alise yang sejak tadi diam akhirnya bergerak.
"Semua milikku akan menjadi milikmu, sekarang lakukan apapun yang kamu mau. Pergi kemanapun yang kamu suka, jangan pikirkan Gracia lagi, dia sudah besar"
"Allan..."
Air mata Ny.Alise mengalir deras.
Tn.Allan menepuknya sejenak untuk menenangkannya sebelum akhirnya beralih ke Gracia.
Gracia bergerak maju sebelum Tn.Allan memanggilnya.
"Nak, hidup hanya sekali. Jangan buang waktumu dengan hal yang sia-sia, jika kamu menyukai seseorang kejar dia. Aku tidak akan melarangmu"
Jika Tn.Allan mengatakan ini di hari lain Gracia akan senang tetapi sekarang itu semakin membuatnya sedih, ucapan Tn.Allan saat ini adalah toleransinya yang terakhir.
"Salam buat Shani...masa lalu adalah masa lalu"
Gracia tidak tahan lagi, dia maju dan memeluk tubuh ringkih Tn.Allan.
Tangis di dalam ruangan semakin terdengar.
Tn.Ben yang sejak tadi diam akhirnya bangkit, matanya yang gelap menyapu semua orang dan memberi isyarat agar meninggalkan dengan Tn.Allan berdua.
Semua orang akhirnya keluar meninggalkan Tn.Ben dan Tn.Allan berdua.
Tn.Ben tidak berbicara apapun begitu juga Tn.Allan, keduanya tetap diam. Hany tangan Tn.Ben yang bergerak untuk memperbaiki selimut Tn.Allan yang sedikit kusut.
Bagi Tn.Ben, hanya dia yang tahu betapa sulitnya kehidupan putra tunggalnya itu.
Dia telah bertemu dua wanita di dalam hidupnya.
Satu berharapa untuk tidak bertemu lagi di kehidupan berikutnya dan satunya lagi akan dipisahkan oleh kematian. Dia bahkan kehilangan ibunya tepat di depannya.
Tn.Allan telah melihat banyak perpisahan yang menyakitkan, dan semuanya adalah kematian.
"Ayah...aku lelah"
"Tidur!"
"Jaga Ara"
"Aku akan"
"Gracia juga"
"Hmmm"
"Alise juga"
"Baik"
"Ayah jaga kesehatan"
Tn.Ben tidak tahan lagi, dia tertunduk sebelum akhirnya terisak.
Tn.Ben tidak pernah berpikir jika di sisa hidupnya, hal pertama yang akan dilihatnya adalah menyaksikan anak satu-satunya meninggalkan dunia.
Tn.Allan yang besar dipangkuannya, belajar berbicara di dekapannya kini menutup mata di depannya.
Di balik sinar mentari Tn.Allan memejamkan matanya dan tidak pernah terbuka lagi.
•••
3 Tahun Kemudian....
"AARONNN PAKAI BAJU!" Teriakan Chika melengking dari arah lantai dua.
Ara yang masih tertidur akhirnya bangun mendengar teriakan tersebut.
"Aaron lagi"
Chika berjalan turun sambil membawa pakaian putranya, pagi ini dia sengaja bangun lebih awal dan memandikan putranya.
Aaron yang terlalu dimanjakan oleh semua orang diam-diam kabur tanpa mengenakan apapun dan bersembunyi di balik sofa.
"AARON MOMMY MARAH!" Teriak Chika, tetapi Aaron yang bersembunyi hanya terkikik.
Gracia yang baru saja masuk dengan Shani di sampingnya tertawa kecil ketika melihat keponakannya berjongkok tanpa memakai apapun.
"Aaron kamu ngapain disitu?" Tanya Shani.
Aaron yang menyadari jika ada orang lain bangkit dan ketika melihat Shani dia dengan sigap menutupi area sensitifnya. Gracia tertawa kencang.
"Kok burungnya gak gede?" Ledek Gracia.
"Soalnya gak makan" Jawab Aaron asal yang sukses membuat Shani tertawa.
Tawa mereka akhirnya terdengar oleh Chika.
"Kamu di sini, cepat pakai baju. Gak malu diliat onty Shani"
Aaron berlari cepat ke Chika dan meregangkan tangannya. Melihat tingkah putranya Chika hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Gimana udah selesai?" Tanya Chika ke Shani dan Gracia.
"Belum, Gre gak suka gaunnya"
"Gaun pernikahan kita harus yang bagus dan mewah"
Chika mengangguk setuju, tetapi Shani yang tidak terbiasa dengan kehidupan mewah menghela nafas kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)