Part 56

3.9K 516 25
                                    

Chika dan Ara saling mencumbu dan meremas, mereka sama sekali tidak peduli dengan keadaan di sekitar.

Di ruang tamu yang sunyi, suara kecupan keduanya terdengar lirih.

Wajah Chika memanas saat Ara yang berada di bawahnya memainkan dadanya dengan agresif, kulit putihnya bahkan sudah memerah.

Melihat wajah sensual Chika yang mendongak menahan gejolak di dalam tubuhnya mata Ara memanas dan semakin bersemangat.

Setelah puas bermain di dada Chika tangan kanannya terulur ke bawah dan memainkan daerah sensitif Chika.

"Araahhhhh..."

Permainan jari Ara semakin intens dan itu membuat Chika menggelinjang menahan nikmat.

"Raaa masukinnn" Pinta Chika dengan suara tertahan.

Matanya yang sayu menatap manik mata Ara.

Mendengar permintaan Chika, jari Ara berhenti bergerak dia lalu memasang senyum miring.

"Masukin apa?" Tanyanya memancing.

Chika ingin menjawab, tetapi dia yang tiba-tiba merasa malu hanya mampu mengigit bibir bawahnya dan menatap pasrah.

"Araaaa~~~"

"Masukinnnn sekarang akkhhh-"

Ucapan Chika terpotong ketika dia merasakan sesuatu memasuki tubuhnya.

"Ahhh...sshhh...Araaaaaa"

Chika mendesah kuat, kuku-kuku jarinya mencengkram bahu Ara.

Tubuh Ara berubah panas ketika mendengar desahan Chika, dia bergegas memajukan wajahnya kedada Chika dan detik berikutnya lidahnya bermain dengan ganas di dada Chika.

Permainan Ara di dada dan di bagian intimnya membuat Chika merasa melayang, rasa nikmat yang dia rasakan semakin bertambah bersamaan dengan gerakan jari Ara di bawahnya.

"Ahhh...lebihhh cepatttt" Lirih Chika.

Ara yang tahu jika Chika akan mencapai puncaknya sebentar lagi memainkan jarinya lebih cepat.

"EKHEMM!!!"

Suara deheman yang begitu keras dan tiba-tiba membuat Chika tersentak kaget begitupun dengan Ara.

Di ambang pintu terlihat Tn.Harres dengan tubuh yang memunggungi mereka.

Chika dan Ara cepat-cepat bangkit dan memakai pakain.

"Pppaman kkapan datang?" Tanya Chika gugup sekaligus malu, matanya diam-diam melirik Ara.

Tn.Harres tidak langsung menjawab, dia lebih dulu menghela nafas.

"Belum lama, kalian lanjutkan saja tapi tunggu aku masuk ke kamar dulu"

Dengan gerakan salah tingkah Tn.Harres berjalan miring, wajah tuanya sama sekali tidak menatap kedua orang yang berada di sofa.

Tn.Harres terus berjalan miring hingga akhirnya...

Bugghhh...

"Paman kejedot?" Tanya Chika panik, terlebih ketika Tn.Harres mundur selangkah sambil memegangi jidatnya.

"INI SALAH KALIAN! DI RUMAH INI ADA BANYAK KAMAR TAPI KENAPA HARUS DI SINI!"

Tn.Harres tidak tahan lagi, dia segera berbalik dan menudingkan jari ke Ara dan juga Chika.

Wajah Tn.Harres yang memerah terlihat jelek karena marah dan juga benjolan yang tiba-tiba muncul di jidatnya.

"Paman jangan marah, bagaimana jika asam uratmu kambuh" Ara memperingatkan.

Kemarahan Tn.Harres telah sampai di puncaknya.

"Dasar kucing liar"Gerutu Tn.Harres sebelum akhirnya melangkah pergi.

Itu baru sepuluh langkah dan desahan kembali terdengar di telinganya.

Tn.Harres tersedak air liurnya sendiri.

"Setelah anak itu lahir aku harus mencari rumah sendiri"

Di ruang tamu.

Sepeninggal Tn.Harres, Chika dan Ara kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda.

Baju mereka berdua kembali berserakan dan desahan akan terdengar dari waktu ke waktu.

Keduanya bergantian saling memuaskan.

Permainan panas itu akhirnya berakhir setelah tengah malam.

Ara menatap wajah polos Chika yang tertidur di sofa, dengan hati-hati dia memakaikan baju ke tubuh polos Chika.

Cupppp

Sebuah kecupan lembut hinggap di bibir Chika yang sedikit bengkak.

Mata Chika bergerak sebelum akhirnya terbuka.

"Sekarang jam berapa?" Tanya Chika dengan suara serak.

"Bentar lagi jam dua"

"Raaa kamu bahagia gak?" Tanya Chika tiba-tiba, suaranya yang lembut dan dalam membuat tubuh Ara tenang.

"Aku bahagia, sangat bahagia" Jawab Ara, tangannya terulur mengelus pipi Chika yang memerah.

Mendengar itu sudut bibir Chika terangkat dan membentuk bulan sabit.

"Kamu...kamu bahagia gak?" Kali ini Ara yang bertanya, suaranya yang jernih berputar-putar di kepala Chika.

Chika tidak langsung menjawab, mata cokelatnya fokus menatap fitur wajah. Tatapannya yang dalam memindai setiap inci wajah Ara.

Chika terus tersenyun lembut, tangannya terangkat dan meraih tangan Ara yang bermain di pipinya.

"Raa terima kasih...terima kasih buat semuanya. Terima kasih karena ngasih ijin ke aku buat masuk lagi di hidup kamu, terima kasih karena ngasih ijin untuk memulai yang baru, terima kasih"

Chika menggenggam erat tangan Ara sebelum akhirnya mengecupnya lembut.

Ara terdiam, dia kemudian mengikuti gerakan Chika dan mengecup punggung tangan Chika dengan penuh sayang.

Mata Ara yang sehitam langit malam menatap Chika intens, tatapannya terlihat teduh dan itu terlihat seolah-olah dia sedang melihat dunianya.

"Aku harap kita berdua bakal saling mencintai selamanya" Lirih Ara, Chika mengangguk mendengar itu.

"Raaa kamu mau kan berjanji satu hal ke aku?"

"Apa itu?"

"Apapun yang terjadi ke depannya kamu harus kuat"

"Selama ada kamu di sampingku, aku akan selalu kuat"

"Janji?"

"Aku janji Yessica Tamara"

"Raaa~~~"

"Iyaaa Chikaaa"

"Love you"

"Me too"

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang