Chika membuka matanya perlahan, pandangannya yang buram pelan-pelan mulai jelas. Dan hal pertama yang di lihatnya adalah sebuah ruangan kosong.
Saat ini dia duduk di sebuah kursi kayu dengan tali yang melilit tubuhnya, di depannya terdapat meja kayu yang telah usang.
Mata cokelat Chika menyusuri ruangan, selain meja di depannya tidak ada lagi perabotan yang lain. Ruangan itu juga sedikit lembab dan membuat Chika batuk kecil.
Tidak jauh dari tempatnya diikat, pintu besi yang semula tertutup akhirnya terbuka menampilkan dua sosok wanita dengan wajah datar.
"Christy?"
Chika terkejut ketika melihat wanita yang menculiknya muncul bersama Christy.
"Lama tidak bertemu, apa kabar?"
Christy berjalan mendekat dan duduk di atas meja, ketika melihat wajah cantik Chika yang dilapisi debu dia tersenyum mengejek.
Selama bertahun-tahun dia tidak mampu bersaing dengan Chika, apapun yang dia lakukan tidak akan pernah sebaik Chika. Tetapi sekarang, Chika yang menyedihkan duduk di depannya.
"Lepaskan saya sekarang!" Perintah Chika marah.
Christy terkekeh kecil mendengar itu, dia bangkit dan tangannya terulut mengapit dagu Chika.
"Masih berpikir kalau kamu adalah nona muda?"
Chika dan Christy saling bertatapan, ada aliran listrik yang terjalin di antara mereka berdua. Di samping Shani yang tidak ingin terlibat lebih jauh hanya bisa diam-diam mengamati.
"Aku memang selalu menjadi nona muda milik keluarga Torres" Balas Chika santai, mata Christy menajam saat mendengar itu.
Tetapi Chika sama sekali tidak peduli, dia terus berbicara dan memprovokasi Christy.
"DIAM!!!" Teriak Christy, tangan kanannya melayang dengan keras dipipi Chika.
Suara tamparan yang nyaring terdengar, Shani tanpa sadar mundur selangkah ketika melihat itu.
Chika menggeleng kecil ketika merasakan pipinya terbakar, matanya berkunang-kunang tetapi dia tetap tenang.
Christy menjadi semakin marah saat melihat ekspresi tenang Chika, ini bukanlah sesuatu yang dia inginkan. Harusnya sekarang Chika sudah menangis dan memohon untuk di lepaskan.
Melihat wajah santai Chika, amarah Christy semakin tersulut. Tangannya berkali-kali bergerak untuk menampar pipi kanan dan pipi kiri Chika.
Tamparan pertama Christy di wajahnya sudah membuat Chika sakit menahan perih, dan sekarang Christy berkali-kali menamparnya. Pipinya yang putih dan mulu kini berubah bengkak dan merah, sudut bibirnya bahkan pecah dan Chika dapat merasakan rasa asin darahnya.
Christy terus menampar Chika, matanya sama sekali tidak berkedip, tamparannya di wajah Chika semakin nyaring.
"Tolong hentikan!" Shani yang tidak tahan lagi melihat adegan di depannya bergegas menghentikan Christy.
Christy menepis tangan Shani yang menahannya, dia terus bergerak seolah-olah tamparannya dapat melampiaskan semua ketidakpuasannya dan keluhan yang telah dia kubur di dalam hatinya selama ini.
"Itu kamu dan ayahmu penyebabnya! Jika saja kalian punya rasa kasihan sedikit saja maka mama masih hidup sampai sekarang dan aku tidak perlu bersembunyi dari siapapun karena malu!" Suara Christy penuh dengan penekanan, matanya menatap wajah bengkak Chika.
"Kamu adalah penyebab semuanya terjadi!" Marah Christy.
Wajah Chika menggelap mendengar tuduhan kasar Christy, dia tahu bahwa dia tidak bisa bernalar dengan orang orang egois di depannya.
Chika berkata dengan jijik,"Ibumu adalah wanita yang berselingkuh saat suaminya koma dan kamu menyalahkanku? Salahkan ibumu sendiri karena gatal!"
Ucapan Chika seperti pukulan fatal bagi Christy, sejak tadi orang yang di pukuli adalah dia tetapi yang merasakan sakit adalah Christy.
"Hehehe, tidak masalah. Lagipula aku di sini karena akan membalas dendam ibuku"
Sekarang, Chika benar-benar takut. Christy di depannya adalah wanita gila yang akan melakukan apa saja.
Christy meregangkan tubuhnya dan kembali duduk di meja, tangan kanannya sekali lgi bergerak dan meraih sesuatu di sakunya. Ketika tangannya yang terulur sedang mememgang pistol, baik Chika maupun Shani keduanya sama-sama terkejut.
"Aku memberimu kesempatan untuk balas dendam, lakukan sekarang!" Christy menyodorkan pistol tersebut ke arah Shani.
Shani mengigit bibir bawahnya takut, matanya yang jernih menatap pistol di tangan Christy.
"Jangan lupa orang yang membunuh ayahmu adalah dia!" Kata Christy kesal.
Chika terlihat bingung, matanya yang mengabur menoleh ke arah Shani.
"Orang yang di tabrak Torres adalah ayahnya, saat itu dia butuh biaya pengobatan tapi kamu menolaknya dan bahkan mengusirnya" Christy adalah orang pertama yabg menjelaskan semuanya.
"Kamu anaknya?"
"Yaa aku anaknya, pria yang kamu abaikan nyawanya adalah ayahku" Jawab Shani, matanya terpaku pada sosok Chika.
Chika yang kembali mengingat kejadian di mana Tn.Torres kecelakaan berusaha mngingat kembali siapa orang yang di tabrak ayahnya.
"Kamu salah paham, hari itu aku mencarimu. Tapi penjaga mengatakan jika kamu sudah pergi" Chika dengan cepat menjelaskan.
Shani hanya tersenyum miring mendengar itu. Dia lebih suka mempercayai tentang apapun kecuali ucapan Chika.
Jika benar Chika mencarinya hari itu, kenapa dia tidak datang?
Christy yang melihat Shani tidak tergerak dengan ucapan Chika tersenyum tipis, dia kemudian memberikan pistol di tanganya kepada Shani.
"Kamu bisa balas dendam sekarang, aku akan menunggumu di luar"
Setelah memberikan pistol di tangannya kepada Shani, Christy berjalan keluar dari ruangan tersebut dan diam-diam mengamati dari arah luar dengan ponsel yang merekam apapun yang terjadi di dalam ruangan.
Sepeninggal Christy, Shani dengan gerakan lugas duduk di meja dan menatap Chika yang perlahan diam.
"Kenapa? Takut?" Tanya Shani.
"Kamu salah paham, dengarkan dul-"
Dor! Dor!
Belum sempat Chika menyelesaikan ucapannya sebuah peluru telah menancap di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)