Part 29

4.1K 511 23
                                    

Fiony membuka matanya perlahan, ketika melihat seluruh ruangan yang berwarna putih dia akhirnya ingat kejadian yang menimpanya semalam.

Tangan Fiony terulur dan mengelus perutnya yang rata.

"Udah bangun?" Suara Ara yang halus dan serak terdengar, dia dengan sigap membantu Fiony untuk duduk dengan nyaman.

"Raa anak kita?" Tanya Fiony balik, netranya bergetar.

Ara tidak langsung menjawab pertanyaan Fiony, hal pertama yang dilakukannya adalah meraih tubuh Fiony dan memeluknya erat.

"Untungnya papa ngebawa kamu ke rumah sakit dengan cepat, itu cuman pendarahan ringan. Kandungan kamu gakpapa" Jawab Ara, dia mengecup puncak kepala Fiony.

Matanya yang tajam berubah sendu dan terlihat merasa bersalah.

Semalam, ketika melihat Fiony yang setengah sadar karena menahan rasa sakit akibat pendarahan lehernya seolah dicekik, dia merasa bersalah dan menyesal.

"Untungnya anak kita baik-baik aja" Kata Fiony lega, dia kemudian melepaskan pelukan Ara.

Keduanya saling melempar tatapan.

"Aku takut..." Lirih Fiony.

"Kamu takut kenapa?"

"Takut kandungan aku-"

"Husshh, jangan bicara lagi. Anak kita baik-baik aja" Ara dengan cepat memotong ucapan Fiony.

Fiony menarik nafas dalam-dalam, jauh di dalamnya hatinya dia benar benar takut. Bayi di perutnya adalah harapannya dan jika sesuatu terjadi dia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Papa sama mama kemana?" Fiony yang baru menyadari jika hanya ada Ara dan juga dirinya bertanya dengan bingung.

"Aku menyuruh mereka semua pulang, semalam papa dan mama begadang karena nungguin kamu" Jelas Ara.

Fiony mengangguk paham mendengar itu.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar Fiony terdengar diketuk dari arah luar dan detik berikutnya pintu tersebut terbuka menampilkan Tn.Ben dengan wajah khawatir.

Di sampingnya Kenzo berjalan sambil memegang lengannya.

"Kakek..."

Tn.Ben menghela nafas lega ketika melihat wajah Fiony yang berangsur-angsur cerah.

"Bagaimana keadaanmu?"

"Tidak ada masalah, kata dokter kandungannya aman" Ara adalah yang pertama membuka suara.

"Syukur jika seperti itu, kakek hampir kena serangan jantung saat Kenzo memberitahu kakek"

Kenzo mengusap punggung teduh Tn.Ben penuh kasih.

"Lain kali kita harus berhati-hati, kali ini susunya yang kadaluwarsa mungkin besok makanannya yang basi" Kata Kenzo asal tetapi sukses membuat alis Tn.Ben dan Ara terjalin erat.

"Maksud bang Kenzo apa?"

"Susu yang Fiony minum katanya sudah kadaluwarsa, padahal itu di beli beberapa hari yang lalu. Aku ingin memastikannya tapi Alise sudah membuangnya, papa juga berasalan jika Fiony hampir keguguran karena nasib buruk Shani. Mereka berdua terlalu...." Kenzo sengaja menggantung ucapannya dan diam-diam mengamati wajah ketiga orang di depannya.

Wajah Tn.Ben berubah merah padam, meskipun Kenzo tidak menyelesaikan ucapannya tetapi dia tahu sesuatu yang penting.

"Sebaiknya kita tetap diam, papa mungkin ingin punya cucu tetapi dari anak Gracia. Aku dan Ara adalah anak dari wanita yang tidak dia sukai, nyawa Fiony akan dalam bahaya jika dia tetap di rumah itu"

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Ara bingung, di sampingnya Fiony bersender dengan raut wajah bingung.

"Kenapa Ara tidak tinggal di apart yang dulu saja, kita tidak punya bukti soal papa dan Alise" Usul Kenzo.

"Tapi di sana ada Zee" Fiony akhirnya membuka suara.

"Dan juga tempat itu terlalu sederhana, Fiony tidak boleh stress aku tidak setuju" Tambah Ara.

Kenzo memijit pelipisnya putus asa.

"Kalau begitu tinggal di apart temen yang lain, Christy punya dua apartemen kalian bisa menempati salah satunya. Soal ijin aku akan berbicara dengannya"

Kenzo yang tidak ingin siapapun menolak usulannya bergegas meraih ponselnya dan menghubungi Christy.

Sepuluh menit berlalu.

Setelah mematikan panggilannya, Kenzo memasang senyum puas.

"Dia setuju, setelah keluar dari sini kalian berdua langsung ke sana. Aku akan mengantar kalian berdua nanti"

Kenzo meninggalkan Ara dan Fiony tanpa diskusi, setelah memastikan semuanya dia segera ke perusahaan. Sedangkan Tn.Ben karena takut mengganggu istirahat Fiony setelah berbicara panjang lebar dia juga memilih untuk kembali dan meninggalkan Ara juga Fiony berdua saja.

"Papa gak mungkin kayak gitu" Ucap Fiony tiba-tiba setelah hanya mereka berdua.

"Kenapa mikir gitu?"

"Karena dia benar-benar pengen cucu"

"Iya cucu dari Gracia" Balas Ara cepat.

"Cucu dari kita berdua, dia sendiri yang ngomong"

"Kapan papa ngomong gitu? Kok aku gak tau"

"Memangnya semuanya harus kamu tau" Ledek Fiony sambil terkikik geli.

Ara yang gemas mengecup bibir Fiony singkat dan sukses membuat wajah Fiony semerah udang rebus.











•••










Brak!!!

Kenzo menutup pintu ruangannya dengan keras, seorang wanita yang duduk di kursi kerjanya tersentak kaget.

"Apa yang kamu lakukan!?"

Christy yang sejak tadi menunggu Kenzo menatap kesal.

"Gagal. Kandungan Fiony baik-baik saja" Geram Kenzo.

Christy yang mendengar ucapan Kenzo diam mematung, alisnya menyatu tanda tidak suka.

"Shani gagal..." Ucap Christy datar.

"Lakukan rencana B kalau begitu" Tambah Christy.

"Sudah kulakukan"

Mendengar itu wajah Christy yang semula gelap berubah cerah. Selangkah lagi dia akan lebih dekat dengan Ara.

"Itu bagus, akan lebih bagus jika ingatannya pulih"

Kenzo yang mendengar ucapan Christy menatap nyalang.

"Akan lebih baik jika ingatannya tidak pulih" Cibir Kenzo.

"Jangan lupa dia yang membuatmu duduk di kursi itu"

"Berhenti mengatakannya, kamu tidak akan tahu apa yang bisa kulakukan saat marah"

"Apa yang akan kamu lakukan? Membunuh Ara"

"Jika Ara terus menghalangi jalanku maka aku tidak segan untuk membunuhnya. Lagipula kami berdua bukan saudara kandung"

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang