Part 37

4.5K 533 59
                                    

Itu adalah hari yang sibuk ketika Chika berjalan dengan santai memasuki pintu perusahaan Ben Group. Beberapa karyawan yang mengetahui sosoknya akan dengan tergesa-gesa bersembunyi.

CEO dari Torres Group ini telah datang hampir setiap hari ke perusahaan mereka untuk membahas pekerjaan, tetapi wakil direktur mereka entah mengapa sering menghilang. Dan tentu saja itu akan membuat CEO wanita di depan mereka terdiam marah.

Beruntung wakil direktur hari ini telah datang dan sedang sibuk di ruangannya.

Ara yang tidak tahu kebisingan di perusahaan terlihat serius menatap ke arah Gracia.

"Kamu menang?" Tanya Ara dengan nada tidak percaya.

Gracia memutar matanya kesal, ini adalah kinerjanya yang menguras tenaga tetapi mengapa semua orang terlihat tidak percaya.

Hal itu juga dia dapatkan ketika memberitahu Shani.

"Jangan salah paham" Ara cepat-cepat menghibur Gracia.

"Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku, aku akan kembali keruanganku dulu"

"Tunggu!" Ara menahan pergelangan Gracia dengan cepat.

"Apalagi?" Alis kanan Gracia terangkat.

Ara tidak langsung menjawab, matanya melihat sekeliling sebelum akhirnya dia meraih sebuah pulpen dan secarik kertas.

"Hari ini aku memberimu libur, tolong belikan Fiony makanan ini"

Ara menyerahkan kertas tersebut kepada Gracia.

"Kenapa harus aku? Itu anakmu!"

"Ajak Shani juga"

"Ohh baiklah...."

Gracia berjalan keluar ruangan dengan wajah sumringah. Hari ini selain menuruti perintah Ara dia juga akan menghabiskan banyak waktu dengan Shani.

"Hari ini Fiony mau makan apa?" Gumam Gracia sambil membaca tulisan di kertas yang Ara berikan.

Setelah selesai membaca isi kertas tersebut kedua alis Gracia terjalin hebat dan wajahnya berubah gelap, meski begitu dia tetap mengajak Shani untuk libur hari ini.

Chika mengikuti seorang sekretaris memasuki ruangan wakil direktur. Melihat kursi kerja yang kosong lagi dia merasa kepalanya akan berdengung karena marah.

"Bosmu?"

"Dia mungkin sedang di toilet" Sekretaris yang menyadari perubahan mimik wajah Chika menjawab dengan cepat.

"Aku sudah memberitahunya tadi, silahkan duduk dulu"

Chika duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut. Sekretaris yang sejak tadi bersamanya memilih untuk keluar ruangan dan melanjutkan pekerjaannya.

Ceklek...

Suara pintu toilet yang dibuka perlahan terdengar, Chika menoleh dan saat tahu siapa orang yang baru saja keluar tubuhnya tanpa sadar menegang.

Berbeda dengan Chika, sosok yang baru saja keluar dari toilet memasang senyumnya yang menawan.

"Ara!?"

"Baru datang?"

Ara berjalan menghampiri Chika, senyumnya masih terpasang dan itu membuat dada Chika berdebar kencang.

"Kamu ngapain disini?"

"Aku wakilnya, kamu sendiri ngapain?" Tanya Ara dengan ekspresi polos yang dibuat-buat.

Bukannya menjawab Chika malah melayangkan cubitan ke pinggang Ara.

"AWWW..." Ara memekik hebat saat ibu jari dan jari telunjuk Chika mengapit daging pinggangnya. Rasa panas dan sakit segera menghantamnya.

"Kamu! Kenapa gak jujur dari awal?" Chika merasa tidak senang sekarang.

Ara tersenyum, dia meraih tangan kanan Chika dan meletakkannya dipinggangnya.

"Sakit..." Keluh Ara ketika tangan Chika telah menempel dengan kulitnya yang kemerahan karena cubitan.

"Sorry...tapi ini juga salah kamu"

Chika mengusap pinggang Ara dengan sayang.

Merasakan telapak tangan halus milik Chika dipinggangnya, Ara refleks memejamkan mata dan terlihat menikmati.

Melihat Ara yang menikmati tindakannya Chika tersenyum licik, tangannya yang mengusap pinggang Ara kini bergerak keperut.

Tubuh Ara merinding saat jari-jari halus Chika bermain di pusarnya.

Dia ingin menghentikan perlakuan Chika, akan tetapi Chika segera meraih pergelangan tangannya dan menghentikannya untuk bergerak.

"Kantor kamu kedap suara kan?" Tanya Chika, jari-jarinya masih terus bergerak dan kali ini berhenti di dada Ara.

Ara yang masih memejamkan matanya hanya berdehem kecil.

Melihat jawaban Ara, Chika bergerak perlahan dan naik kepangkuan Ara. Kali ini Ara yang penasaran membuka matanya, dan hal pertama yang dilihatnya adalah Chika yang membuka kancing bajunya sendiri.

"Jangan di sini" Cegah Ara.

"Lalu di mana?"

Ara tampak berpikir, ruangannya tidak seperti ruang kerja Kenzo atau Chika yang memiliki ruang terpisah di dalamnya.

"Toilet?"

"Araaaa"

Chika menggeleng, dia kembali bergerak untuk membuka kancing bajunya sendiri.

Baju dan pakaian dalam Chika terjatuh begitu saja di bawah kaki Ara, saat ini bagian atas tubuhnya terekspos dengan bebasnya.

Melihat tubuh setengah telanjang Chika, Ara tanpa sadar menelan salivanya.

Chika tersenyum miring saat wajah semerah tomat Ara bergerak kearah dadanya.

Detik berikutnya tubuh Chika menggelinjang hebat saat lidah Ara bermain di dadanya.

Cukup lama Ara bermain di dada Chika, dia dengan sengaja meninggalkan bercak merah. Bahkan leher jenjang Chika tidak luput dari kissmark-nya.

Berkali-kali Chika mendesah, wajahnya mendongak menatap langit-langit saat lidah dan jari Ara bermain di tubuhnya.

"Araahhhh...masukinnnn"

"Ahhh....ahhhh"

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang