Gracia menatap pintu yang tertutup rapat di depannya sambil memegang pantatnya yang terasa perih.
"Apa yang salah?" Gumamnya bingung.
Ceklek!
Pintu kembali terbuka dan menampilkan wajah Kenzo yang masam.
Belum sempat Gracia membuka mulut, beberapa map telah melayang ke wajahnya dan detik berikutnya pintu di depannya kembali tertutup.
Gracia meringis kecil ketika hidungnya yang mancung berubah merah.
"Aku aduin papa, liat aja" Gerutunya sambil memunguti map di depannya.
Beberapa karyawan yang sejak tadi melirik diam-diam tertegun saat mendapati tatapan tajam Gracia.
"Udah bosan kerja?"
Mendengar pertanyaan sinis Gracia, mereka semua dengan cepat berlalu pergi.
Gracia menghela nafas kesal, dia kemudian bangkit dan berjalan ke arah ruanganya sendiri, sebelum masuk ke dalam dia melirik sekilas ke arah meja kerja Shani yang kosong.
Setelah berada di ruangannya sendiri, Gracia tidak langsung memgerjakan pekerjaannya. Dia lebih dulu meraih ponselnya dan mdnghubungi Shani.
"Dimana?"
"Dikantin bos"
"Kesini"
Tut tut tut...
Gracia menutup panggilannya cepat, jari-jari lentiknya kemudian mengelus ujung hidungnya yang semakin merah dan sedikit perih.
10 menit kemudian.
Pintu ruangan Gracia di ketuk dan perlahan terbuka, menampilkan sosok anggun Shani.
Shani berjalan masuk dan ketika tatapannya menyapu permukaan wajah Gracia, alisnya tanpa sadar menyatu.
"Hidung kamu kenapa?" Tanya Shani spontan.
Gracia menatap Shani lekat-lekat, dia ingin menjawab pertanyaan tersebut akan tetapi ketika dia kembali mengingat Shani yang telah memiliki pacar dia menjadi bungkam seribu bahasa.
Shani tersenyum kikuk dengan aksi diam Gracia, seingatnya wanita di didepannya telah berumur 25 tahun bukannya 2 tahun 5 bulan. Lalu mengapa dia masih suka bersikap kekanak-kanakan?
"Ini sudah di periksa?" Tany Shani lagi sambil meraih map di atas meja, ketika tidak mendapati tandatangan Gracia di atas kertas dia memasang wajah frustasi.
"Geee"
"Geee...."
Tidak ada sahutan, Gracia masih dengan ekspresinya yang datar dan terlihat sibuk dengan hidungnya yang merah.
"Sakit? Mau aku obatin?" Tawar Shani.
"Boleh..." Gracia akhirnya membuka suara kali ini.
Shani yang tidak ingin Gracia marah lagi berjalan ke arah sudut ruangan, dimana sebuah lemari berukuran sedang berada.
Satu persatu laci di buka. Shani yang fokus mencari kotak P3K di dalam laci sama sekali tidak memperhatikan Gracia yang telah berdiri di belakangnya.
Hap!
Sebuah pelukan yang erat dan hangat menyatu dengan punggung Shani, dan detik berikutnya dagu Gracia bertengger indah dipundak Shani.
"Jangan bergerak..." Lirih Gracia ketika kedua tangan Shani berniat untuk melepaskan pelukannya.
"Gee tolong lepasin" Pinta Shani dengan suara pelan.
Bukannya mendengarkan ucapan Shani, pelukan Gracia malah semakin erat dan terkesan posesif.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)