Flashback....
"Kamu tidak bisa melakukan itu, darah Tn.Ben tidak ada di nadimu"
"Kamu hanya seorang tukang masak, jaga bicaramu!"
Kenzo menghardik pria paruh baya di depannya.
Dia yang sedang beristirahat di bar miliknya menatap nanar pria berpakaian putih ala chef di depannya.
Tn.Natio yang mendengar ucapan merendahkan Kenzo mengernyitkan dahi tidak suka.
Dia yang awalnya datang ke bar ini untuk meminta bantuan Kenzo mengurungkan niatnya begitu saja setelah tanpa sengaja mendengarkan obrolan Kenzo dengan seseorang di telefon.
"Jangan terlalu ikut campur" Kenzo kembali bersuara, suaranya teredam menahan kesal.
Tn.Natio menggeleng, kata-kata yang dia dengar hari ini harus diketahui oleh Tn.Ben.
Pria tua yang malang itu rela melakukan apa saja untuk kedua cucunya, siapa yang akan menyangka jika cucu sulungnya adalah anak hasil dari perzinahan.
"Kamu datang dari seorang ayah rendahan, Tn.Ben dan Tn.Allan adalah keluarga terhormat. Jangan memaksakan diri untuk mendaki jika kamu tidak punya bakat"
Akan lebih baik jika Tn.Natio tidak mengatakan apa-apa, saat ini wajah Kenzo berubah merah padam.
Otot-otot wajah menegang menahan amarah yang memuncak.
"Tn.Ben harus tau ini..."
Setelah menyelesaikan perkataannya, Tn.Natio bergegas keluar meninggalkan Kenzo dengan tatapan liarnya.
"Aku memang bukan pendaki yang baik tapi untuk membuat gunung longsor itu hal yang mudah"
Kenzo tersenyum miring. Dia kembali meraih ponselnya dan kembali melakukan panggilan.
"Halo...katamu kemana Tn.Torres akan pergi?"
"......"
"Ganti sopirnya dengan orangku, malam ini aku akan membuatmu mengenal pepatah membunuh dua burung dengan satu batu"
•••
Di tengah malam, hujan yang semakin deras mengguyur ibukota.
Aroma jalanan aspal yang tajam menusuk indera penciuman seorang pria paruh baya yang sedang memegang payung.
Pria tersebut adalah orang yang sama di ruangan Kenzo.
Tn.Natio berdiri mematung, matanya bergetar dan melayang jauh.
Saat ini dia sedang menunggu putri satu-satunya yang menaiki bus.
Halte yang biasanya sesak menjadi lengang, hanya ada beberapa orang yang diam-diam berdiri disudut untuk berteduh.
Ddrrtt....
Ponsel Tn.Natio berbunyi tanda ada pesan masuk, dengan gerakan terbatas dia meraih ponselnya dan membaca pesan tersebut.
[Aku akan tiba sebentar lagi, papa bus nya terlalu dingin....]
Sudut bibir Tn.Natio terangkat dan membentuk senyuman yang indah.
Putri kecilnya membuat hatinya yang gundah menjadi tenang.
Tn.Natio mengangkat pandangannya dan menatap sekeliling, diseberang jalan terdapat gerobak mie ayam. Karena putrinya akan tiba sebentar lagi dan sedang kedinginan dia bergegas menyeberang untuk membeli mie ayam yang hangat.
Akan tetapi di tengah jalan, langkah Tn.Natio terhenti ketika seorang wanita dengan semua uban di kepalanya melangkah tertatih-tatih di tengah jalan.
Wajah wanita tersebut pucat, mungkin karena telah terkena hujan sejak tadi.
"Tolong, cincin pemberian suamiku hilang di jalan ini. Orang-orang tidak ingin membantuku mencarinya, itu adalah kenang-kenangan darinya"
Tn.Natio sedikit bimbang mendengar itu, tetapi rasa kasihannya mengalahkan itu semua.
"Aku akan membantumu, pakai payung ini dan tunggu aku di sana" Tn.Natio memberikan payungnya sendiri dan menunjuk ke arah gerobak mie ayam.
Wanita tua di depannya tersenyum lebar memperlihatkan kerutannya yang dalam, dia dengan patuh melakukan apa yang Tn.Natio ucapkan.
Sekarang, di tengah jalan dengan hujan yang deras membasahi tubuhnya Tn.Natio berjongkok sedikit mencari cincin yang di maksud wanita tadi.
Di tempat yang berbeda, di dalam sebuah mobil.
Pria tua dengan wajah tegas dan aura yang kuat melirik keluar jendela mobil dari waktu ke waktu.
Hari ini adalah ulang tahun putrinya, dan dia sudah berjanji akan pulang lebih awal untuk merayakannya. Tetapi sopir baru yang direkomendasikan istrinya benar-benar buruk.
"Jika kamu menyetir seperti itu, kita hanya akan tiba di rumah besok. Percepat!" Kesal pria tersebut.
"Maaf Tn.Torres, tapi di luar hujan sangat deras. Jalanan juga licin"
Tn.Torres ingin membantah, tetapi ketika melihat ke kaca mobil yang di hantam air hujan dengan kuat dia hanya bisa menelan ucapannya kembali.
Tn.Torres yang tidak tahu harus berbuat apa memilih untuk menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dan memejamkan mata.
Sopir yang melihat Tn.Torres memejamkan mata tanpa sadar bernafas lega.
Dia kemudian kembali fokus dengan jalanan di depannya.
Satu menit berlalu.
Suara dering ponsel terdengar, itu adalah ponsel milik sopir tersebut. Melihat siapa yang menelfonnya dia tidak langsung mengangkat panggilan tersebut tetapi mematikannya.
Tn.Torres sedikit bergoyang ketika mobil yang membawanya menambah kecepatan.
"Ada apa?" Tanya Tn.Torres tanpa membuka matanya
"Tidak ada tuan, hujan sudah mulai reda"
Mendengar itu Tn.Torres hanya berdehem kecil.
Laju mobil semakin kencang, dan hal terakhir yang Tn.Torres ingat adalah mobil yang membawanya menabrak, kemudian berguling beberapa kali sebelum bagian belakang mobil menghantam sesuatu yang keras dan membuatnya terjepit.
Jalanan yang sepi berubah menjadi tempat eksekusi yang penuh darah.
Di tengah jalanan, seorang pria dengan pakaian putihnya berbaring telentang. Ditubuhnya terdapat beberapa luka yang mengeluarkan noda darah.
Orang-orang yang tadinya berteduh berlari ke arahnya. Beberapa dari mereka dengan cepat memanggil ambulance.
Tn.Natio merasakan sakit di seluruh bagian tubuhnya.
Matanya terasa berat dan lidahnya tercekat.
Dengan pandangan yang berkunang-kunang dia dapat melihat seorang gadis manis yang berlari kearahnya.
"PAPAAAAAA...."
Malam itu adalah malam terakhir Tn.Natio mendengar suara putri kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)