Ara tidak tahu apa yang merasukinya dan membuat dia meninggalkan pesta bersama dengan Chika.
Saat ini keduanya tengah berada di dalam mobil Chika. Ara benar-benar tidak peduli lagi dengan Christy yang mencarinya di pesta.
Melihat Chika yang matanya merah dan wajahnya cekung, Ara menghela nafas frustasi.
Mata gelap Ara menatap Chika iba, tanba aba-aba dia yang duduk di kursi kemudi menarik pinggang Chika mendekat kearahnya dan memeluknya erat.
Pertahanan Chika akhirnya runtuh. Tangisnya pecah ketika tubuh hangat Ara mendekapnya lembut.
Chika membenamkan wajahnya di dada Ara dan menangis dengan pilu, dadanya terasa sesak dan sakit.
"Gakpapa, menangis aja" Ucap Ara sambil mengusap punggung Chika yang bergetar.
Suara Ara membawa sedikit jejak kehangatan bagi Chika.
Wajah kaku dan dingin Chika telah lama berlalu dan di ganti dengan wajah sedih yang teduh.
"Terima kasih..." Setelah beberapa saat Chika akhirnya membuka suara.
Dia melepaskan pelukan Ara dan duduk, kepalanya bersender di jok mobil dan matanya yang lembab menatap Ara.
Alis Ara tanpa sadar menyatu saat Chika melepaskan pelukannya, tiba-tiba perasaan kosong menyelimutinya.
Ara berdehem dan menghela nafas ketika jantung berdegub dengan kencang.
Di sisi lain, jantung Chika seolah di remas dengan kuat.
Sosok di depannya adalah orang yang selalu dia mimpikan sekalipun matanya jarang terpejam. Melihatnya sekarang dan mencium aroma khas milik Ara, air matanya sekali lagi terjatuh.
Chika tiba-tiba mengingat kembali permintaan ayahnya yang ingin bertemu Ara sebelum meninggal.
"Jangan menangis lagi" Jari-jari ramping Ara terangkat dan mengusap pipi Chika yang basah.
"Aku tidak menangis" Balas Chika meski begitu air matanya semakin deras dan membasahi pipinya.
"Mataku berair karna kedinginan, aku gak bisa nahan" Sambung Chika berusaha menyakinkan Ara.
Bibir Ara berkedut, jarinya kembali berkedut dan mengusap pipi Chika lagi.
"Kamu tidak berubah sama sekali" Kata Ara serius.
Mengingat usia Chika sekarang, harusnya di wajahnya terdapat beberapa kerutan atau tanda-tanda penuaan tetapi Chika tampaknya tidak mengalami itu dan malah semakin terlihat muda dan cantik.
Chika terkekeh rendah. Tiba-tiba ekspresi kesepian yang dalam muncul di matanya.
"Fiony apa kabar?"
Pertanyaan Chika yang tiba-tiba menyentak sendi-sendi Ara. Untuk sesaat dia benar-benar lupa tentang Fiony dan hanyut dalam pesona Chika.
"Dia....baik" Jawab Ara ragu.
Chika tersenyum mendengar itu, meski begitu senyumnya yang menawan tidak benar-benar sampai di matanya. Itu adalah senyum kosong karena menahan sakit hati.
"Ara..."
"Hmm?"
"Aku masih mencintai kamu, kamu bagaimana?"
Deg!
Jantung Ara berpacu dengan cepat, bibirnya terkatup rapat.
Chika yang tahu jika pertanyaannya salah dan mungkin membuat Ara tidak nyaman bergegas melambaikan tangannya.
"Maaf, aku terbawa suasana. Sebaiknya kita masuk ke pesta lagi, aku belum ngucapin selamat"
Chika membuka pintu mobil, ketika akan keluar Ara dengan cepat meraih pergelangan tangannya.
Mata cokelat Chika beralih dan menatap ke arah Ara.
"Aku gak pernah cinta sama orang lain" Ara membuka suara,"Kecuali kamu"
"Tapi sekarang aku menghormati hubunganku dengan Fiony"
Chika memahaminya, dia mengerti segalanya.
Dengan mata terpejam dan menghembuskan nafas yang sangat samar, Chika mengedipkan matanya dan memaksa air matanya kembali masuk. Dia tidak ingin terlihat lemah di depan Ara.
Chika memaksakan senyumnya, dengan gerakan lembut dia menarik pergelangan tangannya dan turun dari mobil lebih dulu.
•••
Fiony meregangkan pinggangnya lelah, dia telah berada di ruang tamu sejak Ara pergi dan tampaknya Ara tidak akan kembali dalam waktu dekat.
Fiony berusaha tenang, sejak Ara meninggalkan rumah sampai sekarang dia selalu merasa cemas tanpa sebab.
Suara deru kendaraan menyadarkan Fiony, dia bergegas bangkit dan melangkah keluar.
Mobil yang dikendarai oleh Gracia berhenti.
Gracia membuka pintu dan turun, ketika melihat Fiony yang berdiri dengan wajah kuyu alis kanan Gracia terangkat.
"Ada apa?" Tanya Gracia bingung.
"Aku pikir yang datang Ara" Jawab Fiony polos.
Gracia memasang senyum misterius kemudian terkikik geli.
"Ini pesta, mungkin dia bakal pulang pas tengah malam"
Fiony mendengus tidak suka mendengar ucapan Gracia. Meski dia tahu kebanyakan orang yang menghadiri pesta seperti itu pulang larut malam akan tetapi dia tidak menyukai jika orang yang harus pulang lama adalah Ara.
"Jangan khawatir, ada Christy yang jagain" Hibur Gracia, dia merangkul Fiony kemudian menariknya untuk masuk ke dalam rumah.
Sepanjang perjalanan masuk, Gracia terdengar bersenandung dan membangkitkan rasa ingin tahu Fiony.
"Tumben, kamu menang tender atau berhasil menandatangani kontrak?" Tanya Fiony.
Gracia menggeleng cepat.
Benar saja, seorang Gracia tidak memiliki bakat seperti itu. Fiony tanpa sadar menggeleng.
"Kamu gak akan tau" Ujar Gracia, dia kemudian berlalu pergi meninggalkan Fiony dengan alis yang terjalin erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanficSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)