Sesuai rencana mereka tadi malam, Ara dan Fiony saat ini telah berada di taman Champ de Mars menikmati indahnya menara Eiffel.
Menara setinggi 324 itu membuat hati Fiony menghangat.
Suasana taman di sore hari yang penuh dengan manusia-manusia yang tengah memadu kasih terlihat di setiap sudut taman.
Wajah Fiony bersemu merah ketika beberapa meter tidak jauh dari mereka berdua, sepasang kekasih tengah saling berciuman dan berpelukan mesra.
Karena tidak tahan, Fiony mengalihkan pandangannya dan itu semua terlihat oleh Ara.
Ara tersenyum miring saat wajah semerah udang Fiony tergambar jelas di depannya.
"Kenapa?" Tanya Ara berpura-pura.
"Eh. Gakpapa kok"
"Kamu yakin?" Tanya Ara lagi sambil memajukan wajahnya.
Fiony menahan nafasnya saat wajah Ara hanya berjarak lima centi darinya. Dia dapat merasakan nafas Ara menerpanya.
Cup!
Mata Fiony melotot saat Ara secara tiba-tiba menciumnya.
Tangan Fiony meremas rumput saat Ara semakin memperdalam ciumannya.
Ara yang merasakan tubuh Fiony menegang, meraih kedus tangan Fiony dan menggenggamnya hangat.
Setelah puas menyesapi bibir Fiony, Ara menjauhkan wajahnya sedikit dan menghirup udara sedalam-dalamnya.
"Kamu-"
Fiony tidak tahu harus berkata apa sekarang, dia benar-benar malu dan juga tersanjung dengan perlakuan Ara yang tiba-tiba.
"Bukannya kamu juga mau kayak mereka" Lirih Ara, ibu jarinya mengelus puncak tangan Fiony dengan penuh kasih.
Fiony menjadi salah tingkah sekarang. Jantungnya berdebar kencang, karena takut Ara akan mendengar detakannya dia berpura-pura marah dan memalingkan wajahnya.
Ara merasa geli dengan tingkah pasangannya itu. Tidak ingin Fiony berlama-lama menghindarinya, Ara meraih pingang Fiony menariknya pelan hingga berakhir di sampingnya.
Keduanya berpeluk dengan erat, kepala Fiony bersender di bahu Ara dan matanya menjadi berat.
"Raaa..."
"Hem?"
"Kalau aku gak hamil gimana?"
Fiony membuka matanya kembali, akan tetapi bibir lembut Ara yang mengecup kelopak matanya lembut membuat dia kembali memejamkan mata.
"Gak akan ada yang berubah, jangan khawatir" Ucap Ara menenangkan.
Fiony tersenyum lirih. Dia merasa sedikit tenang setelah mendengar ucapan Ara.
•••
Di belahan bumi lainnya.
Seorang wanita dewasa terlihat berdiri di balik jendela kaca yang besar.
Di luar hujan yang turun sejak tadi perlahan mereda.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan dari luar terdengar memekakkan telinga.
"Masuk..."
Wanita dewasa tersebut akhirnya membuka suara setelah beberapa saat.
Pintu pelan-pelan terbuka dan menampilkan seorang pria tua dengan seluruh rambutnya yang memutih.
"Chika..." Pria tua tersebut memanggil.
Wanita dewasa yang di panggil 'Chika' sama sekali tidak bergeming. Dia tetap fokus menatap ke arah luar jendela.
Tn.Torres yang mendapatkan reaksi dingin dari putrinya sesekali menghela nafas panjang.
Entah dimulai sejak kapan Chika berubah seperti beruang kutub. Yang Tn.Torres yakini adalah jika Chika frustasi karena kepergian Ara yang brgitu tiba-tiba.
"Pa ada apa?" Chika membuka suara.
Tn.Torres yang sejak tadi diam-diam memperhatikan perlahan memberi Chika selembar kertas.
Melihat itu, Chika meraih kertas di genggaman Tn.Torres dan membacanya sekilas.
"Gak ada yang menarik!" Kesal Chika.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)