Part 57

3.9K 583 34
                                    

Masa-masa kehamilan Chika akhirnya sampai di bulan terakhir.

Pada tahap akhir kehamilan perutnya terasa berat dan kakinya sangat bengkak, betisnya juga akan mengalami kram di malam hari.

Ara yang melihat perubahan tersebut merasa tertekan, mulutnya akan berkicau dari waktu ke waktu meminta saran ke Zee.

Zee yang sedang berada di belahan dunia lain dengan penuh kesabaran memberi Ara saran.

Ara yang tahu jika kram di betis Chika akan menghilang ketika di rendam air hangat dan di pijat akan melakukan hal tersebut setiap malam sebelum Chika tidur.

Seperti malam ini, jari-jari Ara dengan telaten memijat betis Chika, meski merasa lelah karena seharian bekerja dia sama sekali tidak keberatan.

Chika yang duduk sambil menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang meringis kecil.

"Kerjaan kamu gimana?" Tanya Chika.

"Baik kok, cuma sekarang nambah aja karena kerjaan kamu aku ambil alih" Jawab Ara enteng.

"Maaf yahhh"

"Kenapa minta maaf?" Ara menatap Chika bingung.

"Gara-gara aku pekerjaan kamu makin banyak"

Ara yang mendengar itu menggeleng cepat, dia kemudian tersenyum tipis.

"Gak masalah, aku suka kalau di repotin kamu"

"Mulaiiii, bibir kamu kayaknya terbuat dari madu. Tiap ngomong pasti manis"

"Mau coba?" Ara memajukan wajahnya.

"Gak!" Jari lentik Chika menyentil bibir Ara pelan.

Ara terkikik kecil, dia kemudian kembali fokus dengan pijatannya.

Chika menatap intens wajah samping Ara, pelan-pelan dia dapat merasakan jika kram di kakinya semakin berkurang dan membuatnya sedikit nyaman.

Akan tetapi hal itu hanya berlangsung beberapa menit, Chika yang tengah diam merasa perutnya menggeliat.

Pada awalnya itu hanya gerakan kecil seperti biasa, tetapi beberapa menit kemudian gerakan tersebut semakin sering dan membuat perutnya sakit.

Chika tanpa sadar meraih bahu Ara dab meremasnya. Wajah halus Chika berubah pucat dan tubuhnya di penuhi keringat dingin.

"Kamu kenapa?" Ara bertanya panik saat melihat tingkah tidak biasa Chika.

Setelah merasakan sakit selama beberapa menit, perut Chika kembali normal. Chika menghela nafas lega, dia kemudian menatap Ara.

"Gak, aku gakpapa AWWW"

Ara berubah panik saat Chika tiba-tiba memekik dan memegangi perutnya yang buncit.

"Raa sakittt" Ringis Chika.

"Apanya yang sakit?" Tanya Ara, dia bergegas kedepan dan memegang lengan Chika.

Rasa sakit yang tadi hilang kini kembali dan itu lebih sakit dari yang tadi.

Chika benar-benar tidak tahan lagi.

"Bayinya Raaa"

"Kenapa bayinya?"

"Pengen keluar, antar aku ke rumah sakit. Aku udah gak kuat"

"Kamu mau lahiran?"

Bibir Ara bergetar, dengan gerakan gesit dia berjalan ke arah wardrobe dan meraih sebuah tas perlengkapan setelah melahirkan yang mereka persiapkan jauh-jauh hari.

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang, muka kamu pucat"

Ara memapah Chika dan membantunya berjalan keluar kamar.

You Are My Home (ChikaxAra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang