"Fio tenang dulu"
"Gimana bisa tenang! Kalian berdua bekerjasama buat ngancurin hubungan aku dengan Ara"
Mata Fiony nyalang saat menatap Chika, dia kembali mengingat rekaman video yang dilihatnya tadi.
Zee yang melihat tatapan kebencian Fiony untuk Chika meringis, dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sekarang.
"Fio tenang dulu, Chika dia sama sekali gak tau. Dia kesini atas permintaan aku" Ucap Zee hati-hati.
"Gak tau? Segak tau apa sampai dia berani ke kantor dan tidur dengan Ara!?" Kali ini airmata Fiony telah terjatuh.
Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan hati Ara, dia sudah melakukan banyak hal hingga sekarang.
Zee menatap Fiony dan Chika bergantian, alisnya tanpa sadar terjalin erat.
Chika di sisi lain terdiam, tubuhnya menegang tetapi entah mengapa dia merasa sedikit lega.
"Chika...." Panggil Zee.
"Ara adalah orang yang pernah aku ceritaiin" Kata Chika pada akhirnya.
Fiony yang mendengar itu melangkah maju, kedua tangannya menerjang Chika asal. Kuku-kukunya yang tajam menancap di pipi dan juga leher Chika.
Zee bergegas maju dan berdiri di tengah, memisahkan Fiony yang marah dari Chika yang terlihat pasrah.
Rasa perih di pipi dan di lehernya membuat Chika meringis, meski begitu dia tetap tidak bergeming dan hanya sedikit menghindar.
Fiony yang telah kesetanan terlebih saat melihat Chika yang tetap diam saja semakin marah, wajahnya memerah. Tanpa sadar dia menendang kaki Zee dengan keras.
Mata Zee terbelalak saat rasa sakit yang tiba-tiba menjalar di kakinya. Dia meringis dan meringkuk sedikit, melihat itu Fiony kembali maju dan mencekik Chika.
"F-fio lepassss" Chika sedikit memberontak, lehernya terasa sakit sekarang.
Akan tetapi Fiony sama sekali tidak mendengar ucapannya, kedua tangan Fiony semakin erat mencengkram leher Chika.
Chika memberontak ketika dia mulai kesusahan menghirup udara.
"Fio udah, jangan gila!" Hardik Zee, kembali berusaha menarik Fiony agar menjauh dari Chika.
"Dia harus mati..." Desis Fiony.
Zee dan Chika sama-sama terkejut, terlebih saat melihat mata merah Fiony menatap Chika tajam.
Nafas Chika semakin berat, dia berusaha melepas cengkaraman Fiony di lehernya dengan bantuan Zee.
"Fio udah, kita bicaraiin baik-baik"
Fiony sama sekali tidak menggubris ucapan Zee, semakin dia melihat mata cokelat Chika yang tidak berdaya semakin besar rasa marahnya.
Chika yang sudah tidak tahan lagi, memegang kedua pergelangan tangan Fiony dan melepasnya paksa.
Terjadi aksi tarik-menarik diantara mereka, di samping Zee melerai dengan ekspresi khawatir.
"Lepasshhh!" Chika yang semakin lemah dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Fiony ke depan.
Brak!!!
Mendapatkan dorongan kuat dari Chika, tubuh Fiony terhuyung kebelakang dan terjatuh.
"AWWW!!!" Fiony memekik hebat ketika rasa sakit yang hebat datang dari perutnya.
"FIO!!!" Sebuah teriakan menggema di seluruh ruangan, kali ini bukan milik Zee atau Chika melainkan Ara.
Ara bergegas maju dan membantu Fiony untuk bangun.
"Raaa sssakittt"
"Perut kamu sakit? Ayo ke rumah sakit sekarang!"
Ara membantu Fiony untuk bangun, akan tetapi saat melihat noda darah di lantai tubuhnya membeku.
Baik Zee dan Chika keduanya sama-sama terdiam.
Ara menghirup nafas dalam-dalam, dia menatap kearah Chika dan Zee bergantian sebelum akhirnya membopong tubuh Fiony meninggalkan tempat tersebut.
•••
"Dia tidak bisa hamil lagi..."
Ara terduduk di pinggiran ranjang rumah sakit, pundaknya terlihat lesu saat wajah pucat Fiony tertangkap di netra hitamnya.
"Dia belum bangun juga?"
"Belum..." Jawab Ara tanpa menoleh kebelakang.
Gracia yang baru saja masuk setelah mengantar kedua orang tuanya pulang mendesah pelan.
Kakeknya baru saja sembuh dan pulang ke rumah, tetapi sekarang ada anggota keluarga lain lagi yang masuk ke rumah sakit.
"Kakek dan papa, apa respon mereka?" Tanya Ara balik, kali ini dia menoleh ke arah Gracia.
"Kakek terlihat biasa saja, itu agak aneh. Tapi papa dia marah besar saat tahu Fiony tidak bisa hamil lagi, dia mungkin...."
Gracia tidak dapat melanjutkan ucapannya, tetapi matanya menatap Ara was-was.
"Papa kenapa? Dia ingin mencari Chika dan Zee?"
Gracia mengangguk pelan.
"Ini adalah calon cucunya yang pertama, papa mungkin terlihat cuek tapi dia benar-benar peduli. Buktinya semua saham yang dia punya akan menjadi milik anak kalian saat lahir, tapi sekarang tidak lagi"
Ara terdiam mendengar ucapan panjang Gracia.
"Tadi Zee dan Chika kemari, tapi papa menyuruh mereka pergi"
"Aku tahu..." Jawab Ara, dia benar-benar tahu tentang itu. Karena dirinya sendirilah yang menyuruh Tn.Allan untuk mengusir Chika dan juga Zee.
"Ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi aku hanya ingin tahu"
"Tahu apa?"
"Kenzo mengtransfer beberapa saham milikmu dan kakek, apa kamu tau?"
"Kapan dia melakukannya?"
"Saat kakek sakit"
Ara terdiam, tetapi sorot matanya menggambarkan sesuatu.
Gracia yang tidak tahu harus berbuat apalagi memilih untuk pulang.
2 jam berlalu...
Mata Fiony bergerak pelan sebelum akhirnya terbuka perlahan.
Ara yang masih setia duduk di dekatnya mengangkat wajahnya saat mendengar lenguhan lemah Fiony.
"Hey, sudah bangun" Kata Ara dengan suara lembut.
Mata sayu Fiony menatap Ara, dan detik berikutnya air matanya terjatuh begitu saja.
"Aku mimpi..." Lirih Fiony.
"Mimpi? Mimpi apa?" Tanya Ara, jari-jarinya dengan lembut mengusap pipi Fiony yang basah.
"Aku...." Fiony tidak mampu meneruskan ucapannya, perasaannya berubah sejak.
"Ara...."
Suara Fiony tercekat, Ara yang melihat itu bergegas mengecup bibirnya dan menepuk tangannya pelan.
"Tidak apa-apa..." Hibur Ara, dia tersenyum lembut,"Ini salahku"
Fiony menggeleng lemah.
"Raa, ayo cerai"
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Home (ChikaxAra)
FanfictionSupaya nyambung dengan ceritanya baca dulu Sugar Mommy (ChikaxAra)