4

57.1K 6.8K 109
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Sean kini berada dihadapan pria yang begitu mirip dengannya hanya saja berbeda generasi.

"Jadi tempat itu sudah dalam keadaan kosong saat kau kesana?" Xavier Ailos, Marquis Ailos saat ini mengajukan pertanyaan pada putra sulungnya.

"Itu benar, tapi tidak juga." Balasan dari Sean berhasil membuat Xavier mengerutkan keningnya.

"Ada seorang anak yang hampir mati disana. Jadi aku membawanya kemari." Sean menjelaskan sebelum Xavier kembali mengajukan pertanyaan.

"Anak itu kurang lebih berusia lima tahun, begitu banyak bekas luka ditubuhnya. Selain itu, ia sepertinya keracunan makanan karena ada jejak darah dimulutnya yang sudah kering dan roti berjamur disampingnya."

Sean mengeraskan rahangnya saat menjelaskan keadaan Ashiel pada Xavier. Entah mengapa ia merasa prihatin pada nasib malang yang menimpa anak yang ia temukan itu. Biasanya, Sean tidak akan peduli hingga ia melakukan hal-hal seperti membawanya ke mansion. Ashiel seakan-akan memiliki daya tarik tersendiri.

'Jarang sekali Sean bersikap seperti ini.'

Sama seperti Sean yang heran dengan tingkahnya sendiri, Xavier juga seperti melihat sosok lain di diri Sean.

"Akan kau apakan anak yang kau bawa?"

"Apa boleh aku menjadikannya adik?" Tanya Sean dengan pelan.

Xavier melebarkan matanya karena terkejut. Lagi, sebelum ia membuka mulut, Sean sudah berbicara untuk menjelaskan.

"Aku tidak akan melupakan adikku. Hanya saja, anak itu mengingatkanku padanya." Ucanya dengan pelan.

Sean menundukkan kepalanya. Kenangan dimana sebuah peristiwa mengerikan menimpa keluarganya mulai mengakir dikepala Sean.

Saat itu, Sean berusia sembilan tahun. Ia sudah mahir menggunakan pedang sejak usia lima tahun. Sean memiliki seorang adik laki-laki yang belum diberi nama. Ayah dan ibunya memiliki banyak referensi nama untuk adik keduanya sehingga adik keduanya belum dinamai karena mereka masih kebingungan.

Sean akan pergi dengan ayahnya untuk melakukan perburuan yang pertama kalinya bagi Sean. Adiknya yang masih kecil dan sudah lancar berbicara, merengek padanya untuk ikut namun ditolak secara halus oleh Sean dan juga Xavier.

Tidak lama setelah Sean dan Xavier pergi. Salah satu pelayan didekat Lavina, pasangan dari Xavier segera menancapkan jarum berisi obat bius kemudian membawa putra bungsu Alios dan menjualnya ke tempat perbudakan.

Sebelumnya, pelayan itu menggumamkan mantra dan memberi anak berusia dua tahun itu ramuan yang menyegel mana dan merubah penampilannya.

Sean dan Xavier yang mendapat kabar buruk itu segera kembali ke mansion. Mereka mendapati Lavina yang tidak sadarkan diri dan hilangnya si kecil Ailos.

Beberapa bulan kemudian, Xavier menemukan orang yang menculik putra keduanya. Ia memberinya siksaan yang kejam kemudian memberinya ramuan penyembuh lalu kembali menyiksanya hingga orang itu membuka mulutnya.

Orang itu mengatakan bahwa putra keduanya dijual ke tempat perbudakan karena ia memiliki perasaan pada Xavier.

Xavier bahkan tidak habis pikir dengan tindakan dari pelayan sialan itu. Berkat dia, anak keduanya hilang dan istrinya mengalami gangguan kejiwaan. Setiap hari semenjak anak keduanya hilang, Lavina selalu membawa boneka dan menganggapnya sebagai anak keduanya. Ia akan tertawa, menangis kemudian berteriak sendirian.

Hilangnya putra kedua Ailos benar-benar membuat mansion Ailos yang tadinya hangat dan penuh kebahagian menjadi sangat suram.

"Tidak apa. Kau bisa menjadikannya adikmu, ibumu juga pasti akan senang." Ucap Xavier sambil tersenyum pedih.

Istrinya sudah benar-benar tidak mengenalnya sekarang. Ia hanya akan berteriak dan melempar barang jika ia atau Sean memasuki kamarnya.

"Baik ayah, terimakasih." Sean menampilkan senyum tipis yang sudah lama tidak dilihat Xavier.

Xavier berharap bisa melihat senyum itu lebih sering dari sekarang.

"Bawa anak itu kemari, biarkan aku melihatnya."

"Akan kubawa saat ia sudah sadar."

Xavier mengangguk mendengar jawaban Sean, anak sulungnya itu kini keluar dari ruangannya meninggalkan Xavier yang termenung sendirian.

###

Ashiel sudah makan, sungguh. Makanan bangsawan memang benar-benar nikmat. Kapan terakhir kali ia makan dengan benar? Selama ini yang Ashiel makan hanyalah roti keras yang sudah sedikit atau terkadang sudah banyak memiliki jamur.

'Jika aku menyelamatkan adik Sean, aku akan meminta uang sebagai imbalan lalu membuka toko kemudian berbisnis didunia ini.'

"Masalahnya adalah, aku tidak tahu di tempat pelelangan budak yang mana adik dari protagonis itu berada." Guman Ashiel dengan suara pelan. Saat ini ia masih berada dikamar tempat ia membuka mata. Rien yang sudah memberinya makan, m menghilang entah kemana hingga Ashiel dengan bebas bisa menyuarakan pendapatnya.

Satu hal yang Ashiel ingat mengenai ciri-ciri adiknya Sean adalah berambut biru cerah.

Read my stories on wattpad, https://www.wattpad.com/story/333555995-adik-protagonis-pria

Dari novel yang ia baca, Adik Sean diberi segel sihir yang menyegel mananya dan mengubah penampilannya. Penampilan awalnya yang sangat mirip dengan Marciones diubah sedemikian rupa oleh sihir sehingga menjadi tidak mirip sama sekali. Warna mata dan rambut serta wajahnya berubah. Selain itu, ada tanda segel sihir dibelakang telinga adik dari Sean. Karena tandanya hanya berupa dua titik kecil, orang-orang akan menganggapnya sebagai tanda lahir.

Ashiel turun dari tempat tidur dan berjalan menuju cermin yang tidak jauh darinya. Ia penasaran dengan rupa dari tubuhnya yang sekarang karena ia sudah lama menjadi budak, jangankan bercermin, mandipun sepertinya ia tidak ingat kapan terakhir kali melakukannya.

Tatapan Ashiel tertuju pada cermin yang merefleksikan bayangannya. Matanya melebar menyadari penampilannya.

Mata hijau, rambut biru cerah!?

Bukankah ini penampilan adik protagonis yang diubah oleh sihir!?

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang