45

27.7K 4K 119
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Note : Sanitess disini tuh sebutan buat pendeta cewek/orang suci yang terpilih. Mereka dapet berkah masing-masing. Kaya berkah penyembuh kaya Luna, atau berkah buat bisa baca buku kuno.

Pendeta agung disini tingkatannya lebih tinggi daripada pendeta biasa tapi bisa aja sejajar sama saintess/orang suci.

###

Beberapa hari sebelum ulang tahun Sean.

Dalam wilayah selatan kekaisaran terdapat sebuah kota yang sangat dihormati dan dianggap sebagai kota suci, yaitu Kota Vilrey. Kota ini terletak di tengah-tengah dataran luas yang subur dan dikelilingi oleh pegunungan yang menjulang tinggi di sekitarnya.

Kota Vilrey terkenal dengan arsitektur kuno yang indah, dengan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu putih berkilau dan dikelilingi oleh taman-taman yang rapi dan indah. Di tengah-tengah kota terdapat sebuah kuil besar yang sangat kuno dan suci, yang dianggap sebagai tempat pemujaan tertinggi oleh penduduk setempat.

Kuil ini terbuat dari batu putih, dengan tiang-tiang yang tinggi yang kokoh dan terbuat dari emas. Di dalam kuil, terdapat patung dewa-dewi yang dipuja oleh penduduk kota. Setiap hari, penduduk kota berkumpul di kuil untuk berdoa dan memberikan persembahan kepada dewa-dewi.

Pagi ini kuil sangat ramai karena pendeta agung tidak berhenti berucap syukur sambil bersujud. Selama ini ia hanya pernah mendengar suara Dewa sebanyak dua kali. Yang pertama adalah saat ia menjadi pendeta biasa, lalu yang kedua, yaitu sekarang. Pendeta agung, Astalan, mendapatkan bisikan yang mengatakan bahwa orang terpilih yang akan memberi petunjuk bagi kekaisaran sudah muncul.

Bertepatan dengan terdengarnya bisikan itu, artefak di ibukota  yang memancarkan sihir pelindung bagi kekaisaran dari monster mulai meredup.

"Pendeta agung, tidakkah anda akan membagikan apa yang anda rasakan saat ini?" Salah satu pendeta biasa akhirnya bertanya setelah sekian lama menahan diri.

Pendeta agung yang mendengar itu segera bangkit kemudian membetulkan jubah miliknya. "Ayo pergi ke wilayah Ailos, tidak- kita harus menemui yang mulia." Ucapnya kemudian berlalu meninggalkan pendeta biasa yang bertanya-tanya.

"Ada apa pendeta agung?" Rui, salah satu pendeta biasa menyuarakan kebingungannya.

"Aku mendengar bisikan Dewa, kita harus segera pergi ke istana." Ucapnya yang mengejutkan para pendeta lain.

"Saya akan mempersiapkan semuanya, pendeta agung." Rui berlalu tanpa banyak bicara karena ia yakin ia akan mengetahui apa yang didengar pendeta agung nanti.

Setelah menyiapkan semua yang diperlukan, Astalan dan para kesatria dari kuil suci memulai perjalanannya menuju ibukota kekaisaran.

Mereka menghabiskan banyak waktu lebih dari yang diperkirakan karena gelombang monster tiba-tiba muncul dan menyerang mereka. Beruntung, kesatria suci mampu melawan dan membasmi monster tersebut.

'Sudah dimulai.'

Astalan memejamkan matanya sambil menyatukan kedua tangannya. Bibirnya terus berdoa tanpa tanpa henti, ia berharap bisa sampai di ibukota dengan cepat.

"Pendeta agung." Panggil salah satu kesatria.

Astalan membuka matanya lalu menatap kesatria itu dengan alis terangkat.

"Semua monster sudah kami musnahkan, kami akan melanjutkan perjalanan. Apa anda baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian, apa asa yang terluka? Kita bisa beristirahat sejenak." Ucapnya dengan tulus. Walaupun ia merasa tidak sabar untuk menemui baginda kaisar, Astalan tidak tega melanjutkan perjalanan saat melihat raut kelelahan dari para kesatria.

Kesatria itu menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa Astalan memiliki berita penting yang harus segera disampaikan pada baginda kaisar, karena sebelumnya Astalan tidak pernah terburu-buru seperti ini.

"Kami bisa melanjutkan perjalanan sekarang juga. Tidak perlu mengkhawatirkan kami." Ucapnya.

Astalan tampak menghela napasnya. Ia tersenyum tipis lalu mengangguk menyetujui perkataan kesatria itu. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Dalam kereta, Astalan kembali berdoa agar para kesatria selalu diberi kesehatan karena tidak beristirahat bahkan sejenak demi membawanya ke ibukota.

Tiba di ibukota, Astalan disambut oleh kesatria kerajaan. Saking terburu-burunya, ia lupa mengirim surat untuk memberitahukan kedatangannya ke istana. Untungnya, melihat bendera kuil suci dikereta yang ia gunakan, para kesatria kekaisaran segera menyambutnya dengan hangat.

Kekaisaran dan kuil suci memiliki hubungan yang baik. Itu sebabnya mereka akan menyambut siapapun utusan dari kuil yang datang ke istana dengan baik.

"Jadi kau mendengar bisikan Dewa?" Richard, kaisar Agloria duduk di singgasananya didampingi Reinhart.

Astalan menganggukkan kepalanya. "Itu benar yang mulia. Dewa mengatakan bahwa orang terpilih yang akan memberi petunjuk bagi kekaisaran sudah muncul."

Kaisar Agloria itu mengerutkan keningnya tanda tak mengerti. "Petunjuk seperti apa itu?"

"Saya juga tidak mengetahuinya. Dewa hanya mengatakan bahwa orang terpilih ada di wilayah Ailos."

"Ah! Ada sebuah buku yang muncul sebelum bisikan itu terdengar. Saya membawanya untuk berjaga-jaga." Lanjut Astalan sambil mengeluarkan buku dengan sampul tebal berwarna cokelat terang.

Baik kaisar maupun putra mahkota terdiam mendengar perkataan pendeta agung itu. "Apa yang membuat Dewa mengatakan hal itu?" Tanya kaisar. (Anu... Aku masih bingung nulis kaisar tuh, 'K' nya gede apa kecil ya? Ntar kubenerin pas revisi.)

"Wilayah Ailos?" Reinhart juga bersuara.

Sebelum keduanya mendapat jawaban dari Astalan, Count Willem, kepala kesatria kekaisaran menghampiri kaisar dengan tergesa-gesa. "Mohon ampun yang mulia, saya merasa bahwa ini keadaan darurat. Beragam monster tiba-tiba menyerbu seluruh wilayah kekaisaran. Saya sudah memastikannya." Ucapnya sambil berlutut. Ia bahkan tidak menyadari ada pendeta agung disana.

Kaisar, Reinhart dan Astalan membelalakkan matanya. Bagaimana bisa kekaisaran diserbu beragam monster?

"Apa kau yakin dengan perkataanmu?" Tanya kaisar.

"Saya yakin yang mulia. Saya mendapat pesan dari para kesatria penjaga disetiap wilayah bahwa mereka mendapati monster menyerang warga sekitar. Beruntung, korbannya tidak begitu banyak karena monster itu bertingkat rendah." Count Willem menjawab dengan tegas hingga kaisar meyakini bahwa ia tidam berbohong.

"Ayah, walaupun itu monster tingkat rendah, jika mereka muncul dalam jumlah besar, warga sekitar pasti akan terkena dampaknya."

"Itu benar Reinhart. Count Willem, terus pantau keadaan lalu berikan laporannya padaku." Titah kaisar. Ia kemudian kembali menatap Astalan yang kini memiliki raut khawatir diwajahnya.

Dari yang Richard ketahui, pendeta agung kali ini tampak lembut untuk ukuran seirang pria.

"Siapa orang terpilih itu?"

~•~•~•~
Ini mah kelupaan:( ditinggal teraweh😩

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang