Vote dulu sebelum baca✌
###
Note :
I'm back guys! Happy reading.Btw, apa ini!? Omg! Yaampunn. Ditinggal dua hari dah 100k lebih😭
Baru sebulan lebih loh ini! Terharu:)
Makasiii yaa semuanyaa.###
Zeano Neville, satu-satunya putra bangsawan Nevile yang jatuh karena leluhurnya melakukan yang fatal. Nevile dibasmi hingga akhir dan menyisakan Zeano serta beberapa orang kepercayaannya yang menyembuyikan diri. Satu-satunya yang tersisa dari Naville adalah sebuah artefak berbentuk kalung yang keberadaannya entah dimana.
"Tuan."
Vyn, salah satu bawahannya datang dan menyapa Zeano yang duduk dikursi kebanggaannya.
Zeano mengerutkan keningnya, Vyn ditugaskan untuk mengawasi kediaman Marquis Ailos karena tuan muda kedua mereka telah kembali. Zeano bisa memastikan itu karena bawahannya sudah mengkonfirmasi. Sebagai pemilik guild, ia selalu menempatkan bawahannya disetiap kediaman bangsawan untuk mendapatkan informasi apapun itu.
Tentu saja semuanya untuk dijual pada orang yang membutuhkan.
"Apa tugasmu disana sudah selesai? Apa yang kau temukan?"
Vyn menatap Zeano. "Saya melihat tuan muda kedua Ailos memegang sebuah benda yang tuan cari."
Zeano melebarkan matanya. Tidak mungkin barang yang selama ini ia cari susah payah berada ditangan Ashiel, tuan muda kedua Ailos. Apa mungkin selama ini artefak itu ada ditempat budak?
Sial!
Mengapa ia tidak memikirkan tempat itu?
"Apa kau yakin? Kau sungguh melihatnya?" Zeano bertanya untuk memastikan. Jika benar Ashiel memiliki benda itu, ia akan melakukan apapun untuk menukarnya.
Vyn mengangguk yakin. "Saya melihat sendiri tuan muda kedua Ailos membuka kotak yang ciri-cirinya pernah anda sebutkan."
"Bagaimana dengan isinya?"
"Saya tidak yakin, tapi sepertinya itu sebuah kalung. Tiba-tiba sebuah belati dari guild assassin melukai pipinya. Untung saja tuan muda kedua Ailos sudah menyembunyikan kotak itu sebelumnya."
Zeano mengangguk pelan. Tidak aneh jika Ashiel dilukai banyak orang. Tidak sedikit bangsawan yang iri pada kekayaan dan kekuatan Ailos.
Masalahnya, Ashiel adalah orang yang menyimpan harta keluarganya yang sudah ia cari selama ini.
"Caritahu siapa pelakunya lalu berikan padaku." Zeano memberi perintah yang langsung diangguki Vyn.
"Dia mengalami lonjakan mana lalu menemukan solusinya dengan cepat."
Setelah kepergian Vyn, pemilik guild informasi itu duduk sambil membaca informasi mengenai Ashiel.
"Entah dia beruntung atau dia mengetahui sesuatu."
Setelah merapalkan mantra sihir, Zeano membuka matanya dan mendapati dirinya berada diruangan dimana sosok kecil yang informasinya baru saja ia baca tengah tertidur.
'Jika benar harta keluargaku ada ditangannya, aku akan membuat sumpah dengannya. Jika tidak, mungkin Marquis akan berterimakasih padaku karena memberi informasi secara gratis.'
Zeano menaruh sebuah dokumen berisi informasi mengenai Baron Corbin dan Agatha Corbin diatas lemari kecil disamping tempat tidur Ashiel.
Mulai sekarang, ia akan mengawasi Ashiel hingga anak itu tersadar lalu memastikan perkataan Vyn.
###
Lavina terisak sambil memegang tangan Ashiel. Xera mengatakan bahwa Ashiel kembali mengalami lonjakan mana. Belum lagi, inti monster tingkat rendah kini tidak mampu menahan lonjakan mana Ashiel. Puluhan inti monster itu retak, pecah atau menghilang saat didekatkan dengan Ashiel. Sialnya, mereka tidak menyimpan inti monster tingkat menengah atau tingkat tinggi sebagai stok.
Wilayah Ailos juga merupaka wilayah yang cukup aman, tidak banyak monster yang berkeliaran disini.
Ugh!
Ashiel bergerak gelisah dalam tidurnya, tangan kanannya meremas dada kiri membuat Luke yang sedari tadi menunggunya terbangun.
Dilihatnya Ashiel yang kini meringis kesakitan.
"Tuan muda."
Ashiel membuka matanya perlahan. Pandangannya yang buram kini mulai terlihat jelas. Kepalanya begitu sakit, napasnya juga sesak.
'Padahal aku hanya terluka dibagian pipi. Itupun tidak banyak. Mengapa rasanya seperti ini?'
"Tunggu sebentar, tuan muda." Luke berlari keluar kamar Ashiel dengan panik kemudian kembali bersama Xera, Lavina dan Sean sementara Xavier turun tangan untuk mencari tahu pelaku penyerangan Ashiel.
"Ashiel kau dengar aku?" Xera menaruh punggung tangannya di kening dan leher Ashiel secara bergantian.
Panas.
Keponakannya demam. Racunnya memang sudah dinetralisir tapi lonjakan mana Ashiel belum diatasi.
"Bi...bi?"
Ashiel menatp Xera dengan mata sayunya.
"Ya, ini aku." Balas Xera disertai senyuman. Ia mengusap rambut keponakannya yang lengket karena keringat namun ia tidak mempermasalahkan itu.
"Se...sak." Ashiel berucap dengan lirih.
Xera mengangguk mengerti, ia merapalkan mantra yang membuat Ashiel merasa lebih baik.
"Bertahanlah, semuanya akan baik-baik saja saat kau bangun."Xera berbalik menatap Sean dan Lavina setelah membuat Ashiel tertidur dengan sihirnya. Lebih baik anak itu tertidur daripada harus kesakitan saat sadarkan diri.
"Bisakah kau mendapatkan inti monster tingkat menengah? Jika ada inti monster tingkat tinggi, kau juga bisa membawanya." Ucap Xera yang diangguki oleh Sean. Bahkan tanpa perintahpun, Sean akan melakukan apapun agar adiknya tidak lagi merasa sakit.
"Kau bisa menemaninya disini Lavina, jangan bersedih. Aku ada disini untuk merawat keponakanku."
"Terimakasih Xera." Lavina berucap dengan suara bergetar. Ia benar-benar tidak tahan melihat Ashiel yang kesakitan. Ia duduk ditempat Xera sebelumnya. Tangan kirinya menggenggam erat tangan mungil Ashiel sementara tangan kanannya mengusap surai biru gelap itu.
~•~•~•~
Aku suka scene sickmale.
Tapi kalo ngetik sendiri, ternyata susah ya? Kek gadapet gitu feelnya...Hmm.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasy#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...