52

26.7K 4.5K 131
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###


Ekspresi Ashiel pas keduduk bikin kamarnya berantakan pake sihir.

 Ekspresi Ashiel pas keduduk bikin kamarnya berantakan pake sihir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambarnya aku bikin pake apk vlinder boy.

Keadaan Ashiel tidak jauh berbeda dengan kamarnya. Tubuhnya basah kuyup juga gemetar karena kedinginan. Lavina segera mendekati putra bungsunya dengan wajah khawatir.

Mata bulat violet itu berkaca-kaca menahan tangis. Ashiel merasa takut dimarahi orang tua dan kakaknya.

"Luke, bawakan selimut lalu panggil Xera." Ucapnya sambil menangkup wajah Ashiel. "Tenanglah, Ashiel."

Ashiel menundukkan kepalanya, sesekali suara cegukan itu masih terdengar. Luke datang dengan selimut tebal lalu memberikannya pada Lavina yang langsung ia lilitkan pada Ashiel.

"Anu... Itu, um... Aku mencoba sihir? Hic!" Ashiel tidak berani menatap keluarganya, ia lebih memilih memainkan jari-jari tangannya.

Xavier memandangi kamar Ashiel. Selain separuh gorden yang basah namun ada bekas terbakar, ruangan ini tidak memiliki tanda-tanda penyerangan. Ia menghela napas lega karena Ashiel tidak dalam bahaya.

"Apa ada yang melukaimu?" Tanya Sean yang dibalas gelengan pelan oleh Ashiel.

"Kamarmu akan segera diperbaiki, jangan terlalu memikirkannya." Xavier juga ikut menenangkan Ashiel.

"Kudengar dari Luke, kau memanggil—wahh! Apa ini? Apa yang terjadi?" Xera datang dengan sihir teleportasinya lalu mengajukan pertanyaan yang sama. Ia menatap kamar Ashiel yang kini dalam keadaan kacau. Genangan air dimana-mana, serta separuh gorden yang terbakar. Tatapannya tertuju pada Ashiel yang dibalut oleh selimut.

"Bibi... Hic!" Sapa Ashiel dengan pelan diiringi suara cegukan. Xera menahan diri untuk tidak menertawakan keponakannya itu. Bibirnya bergumam merapal mantra lalu dalam satu jentinkan jari, tubuh Ashiel yang tadinya basah kuyup sudah kembali seperti semula.

"Nah sekarang, jelaskan apa yang baru saja terjadi? Lalu, dimana kalung dengan bandul inti monster milikmu?" Xera menatap leher Ashiel yang polos tanpa aksesoris apapun.

"Tunggu sebentar, mana ditubuhmu juga sudah stabil. Bagaimana bisa?" Xera memeriksa tubuh Ashiel lalu menatap kembarannya dengan penuh tanya. "Ashiel bilang dia menggunakan sihir. Apa itu mungkin?" Balas Xavier.

Xera menatap keponakannya dengan penasaran, baru kali ini ia menemukan kasus seperti ini. Sebelumnya Ashiel mengalami lonjakan mana, dan orang yang mengalami lonjakan mana akan kesulitan dalam menggunakan sihir.

Ashiel menatap keluarganya dengan serius, tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.

"Ayah, Ibu, Kakak, Bibi." Ucapnya pelan, "Semalam aku bermimpi bertemu dengan dewi yang melindungi kekaisaran. Rambutnya putih panjang, dia juga memakai tudung yang menutupi wajahnya, hanya bibirnya saja yang bisa aku lihat. Dia mengatakan bahwa aku orang terpilih, jadi dia memberiku sebuah hadiah berupa kekuatan."

Semua anggota keluarga Ashiel saling bertatapan, terlihat bingung dengan cerita yang baru saja mereka dengar.

"Itu artinya kau sudah tidak lagi mengalami lonjakan mana?" Lavina tersenyum lalu memeluk tubuh putra keduanya. Ia bersyukur karena putranya kini bisa belajar menggunakan sihir.

"Jadi, kau mencoba menggunakan sihir dan membuat kekacauan ini?" Tanya Xavier.

Ashiel mengangguk malu mengingat kekacauan yang ia buat.

Xera bahkan sudah memegangi perutnya karena tertawa terbahak-bahak.
Ia mengusap air mata yang mengalir diujung matanya. "Hah~ Seharusnya kau tidak langsung mencoba tanpa arahan apapun. Kau tahu, bibimu ini penyihir yang cukup hebat. Aku bisa mengajarimu dengan senang hati."

Xera juga penasaran, seberapa kuat sihir milik Ashiel. Ia tidak sabar untuk mengajari keponakannya itu.

"Karena tidak ada masalah serius, aku akan pergi. Kita bisa mulai belajar besok. Sampai jumpa!" Xera kemudian menghilang setelah merapal mantra teleportasi.

"Syukurlah, kau tidak akan kesakitan lagi Ashiel." Sean tersenyum pada adiknya. "Ngomong-ngomong, dimana kalungmu?"

Ashiel menunjuk kalung dilantai yang tidak begitu jauh dari mereka. "Aku melemparnya." Ucap Ashiel dengan cengiran. "Saat aku terbangun, tubuhku terasa panas. Dan sumbernya dari inti monster itu. Jadi kulempar." Lanjutnya.

Sean mengangguk pelan, kalung itu ia lengkapi dengan sihir pelacak. Jika adiknya tidak lagi memakai kalung itu, ia hanya perlu mencari aksesoris lain yang bisa dipakai Ashiel.

"Permisi tuan, kesatria kekaisaran yang akan mengawal tuan muda kedua sudah tiba." Rien datang dan menyela percakapan.

"Kesatria kekaisaran?" Beo Sean.

"Putra mahkota mengatakan bahwa ia akan melindungi Ashiel karena adikmu orang terpilih. Itu sebabnya dia memberi kesatria untuk Ashiel." Balas Xavier.

Sean mengerutkan keningnya, mengapa harus kesatria kekaisaran? Bukankah kesatria Ailos juga sudah cukup?

"Bawa mereka ke ruanganku, jangan lupa untuk menyelidiki mereka." Titah Xavier yang dijawab anggukan oleh Rien.

###

Kemarin, setelah Ashiel tertidur, diskusi selesai lalu Luna, Derian dan Chasire kembali ke Mansion masing-masing sedangkan Reinhart kembali ke istana untuk melaporkan apa yang baru saja terjadi di mansion Ailos. Sementara itu, pendeta agung Astalan dibiarkan tinggal di mansion Ailos.

Sekarang, Ashiel berasa diruangan yang sama dengan Astalan. Karena Xera mengatakan bahwa ia akan mengajarinya sihir besok, Ashiel mendatangi Astalan yang memintanya untuk menafsirkan buku kuno.

"Buku ini mengatakan bahwa Chimera memiliki kepala kambing, tubuh singa dan ekor ular. Kelemahannya ada pada kepalanya. Lakukan cara apapun untuk menghancurkannya tapi berhati-hati juga pada bagian lain. Ekornya yang berbentuk ular, bukanlah ular biasa. Bisanya cukup mematikan." Jelas Ashiel yang didengar kemudian disalin Astalan pada buku lain.

"Buku ini menuliskan semuanya dengan begitu jelas. Kurasa kekaisaran akan mudah memusnahkan mereka." Astalan berujar tanpa menghentikan kegiatannya.

"Memang mudah jika hanya satu, tapi ini ratusan? Mungkin ribuan. mereka menyerbu kekaisaran secara berkelompok. Belum lagi, sebelum kehadiran mereka, monster tingkat tinggi juga menyerbu kekaisaran." Balas Ashiel yang menghancurkan harapan Astalan. Pena bulu yang ia pegang bahkan jatuh begitu saja sebelah mendengar perkataannya.

Ashiel memiringkan kepalanya kesamping saat ditatap Astalan. "Apa? Aku benar kan?"

Astalan menghela napasnya. Baru kemarin ia dikatakan mencurigakan oleh anak dihadapkannya. Tidakkah itu terbalik? Ashiel tidak bertingkah seperti ini kemarin.

"Tuan muda, bisakah aku mempelajari tulisan yang ada dibuku kuno itu?" Tanya Astalan.

Ashiel terdiam sesaat, bukannya ia tidak ingin mengajari Astalan. Hanya saja, Ashiel sesekali menyelipkan informasi dalam novel dengan alibi bahwa itu tertulis di buku kuno ini. Jika ia mengajaari Astalan, pendeta itu bisa-bisa mencurigai Ashiel tentang kelebihan informasi yang ia dapat.

"Aku tidak bisa, agak rumit." Ucapnya dengan tegas.

Astalan menganggukkan kepalanya. Ia merasa ia sudah berlebihan meminta Ashiel mengajari bahasa kuno. Padahal ia sudah meminta Ashiel menafsirkan buku kuno sebelumnya.

~•~•~•~
Tidak terasa sudah dua bulan sy menulis cerita ini.
Makasih buat antusias semuanya!
Sayang kalian!♡♥

Kalo aku ngilang, aku lagi ngebut bikin draft ya (izin dulu wkwkwk)

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang