44

26.4K 4.5K 119
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Selesai menyuapi Ashiel, Sean kembali memotong kue untuk diberikan pada ibunya namun Xavier mengambil alih kue itu kemudian menyuapkannya pada Lavina. Sean menggelengkan kepalanya melihat reaksi Xavier. Bisa-bisanya ia dicemburui ayahnya sendiri.

Sean memutuskan untuk membagi kue itu pada Rien, Luke dan Dion yanh diterima baik oleh mereka.

"Kakak, kau mau hadiah?" Tanya Ashiel sambil memiringkan kepalanya. Pipi tembamnya sedikit memerah karena cubitan Sean.

"Apa itu? Hadiah apa yang kau siapkan untukku?"

"Tentu saja hadiah spesial!" Hadiah yang akan membuat orang lain iri pada Sean. Ashiel tertawa dalam hari membayangkan betapa berharganya pedang elf.

Sean tertawa pelan mendengarnya. Ia penasaran apa yang akan diberikan oleh Ashiel.

"Tunggu sebentar!" Ucap Ashiel yang meninggalkan kamar Sean.

"Ashiel hei-" Terlambat, Ashiel sudah berlari menuju kamarnya untuk mengambil pedang itu. Ia tidak menyerahkan pedang itu pada Luke karena ia malas diwawancari pelayannya.

"Luke, ikuti Ashiel!" Titah Sean pada pelayan adiknya. Ia tidak ingin Ashiel terluka hanya karenanya.

"Sean, tenanglah. Adikmu baik-baik saja sekarang." Lavina mengusap pundak sulungnya dengan lembut. Ia juga menyerahkan sebuah kotak kecil pada Sean.

Sean menatap bingung kotak itu, ia kemudian menatap Lavina yang mengangguk pelan. "Bukalah. Itu hadiah dari ibu. Kuharap kau menyukainya."

"Aku pasti menyukainya bu!" Ini hadiah pertama setelah sembilan tahun. Bagaimana mungkin ia tidak menyukainya.

Sean membuka kotak kecil itu dan mendapati sebuah bros dengan warna yang sama seperti matanya. Ini hadiah pertamanya setelah sekian lama tidak merayakan ulang tahun.

"Sebenarnya ibu ingin memberikan ini padamu sejak lama tapi, ah, kau tau sendiri kan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Sebenarnya ibu ingin memberikan ini padamu sejak lama tapi, ah, kau tau sendiri kan." Ucap Lavina dengan sedikit malu. Bros itu ia desain sendiri saat Sean masih kecil sebelum peristiwa itu terjadi.

Sean mengerjap lalu air matanya perlahan mengalir membasahi pipi. Ini benar-benar tidak pernah ia bayangkan. Sean merasa sangat senang.

Xavier juga mendekati Sean kemudian memberi sebuah buku tebal berisi teknik pedang turun temurun milik Ailos. Dulu, Ailos memiliki anak kembar dimana salah satunya tertarik pada pedang, sementara yang lainnya tertarik pada sihir.

"Ayah, ini?" Sean menatap Xavier dan buku itu secara bergantian.

Xavier menganggukkan kepalanya. "Kau sudah sangat mahir, jadi aku yakin kau mampu menguasai teknik ini dalam waktu yang cepat." Xavier tidak pernah meragukan kemampuan sulungnya. Sean benar-benar melebihi ekspektasinya.

"Ahh, ayah dan ibu sudah memberikan hadiah kalian?" ashiel datang dengan hadiah dipelukannya. Ia kemudian mendekati Sean lalu memberikan pedang yang sudah dibungkus rapih itu.

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang