25

33.5K 4.9K 147
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Note : Votenya kakak... Masa dari 1k readers, yg vote cuma 300an😩

Aku kan jadi gatau, kalian suka atau ngga. Sama story ini:)

###

Prang!

Gelas dan teko teh itu jatuh ke lantai dan melukai kakinya namun ia tidak peduli.

"Tidak mungkin, tidak mungkin rumor itu benar. Ayah, kau pasti berbohong. Benar kan?" Rumor tentang putra kedua Marquis Ailos sudah menyebar sejak satu bulan yang lalu namun wanita itu tidak menghiraukan.

Lagipula itu hanya rumor, begitulah pendapatnya. Namun saat ayahnya kembali dari rapat bulanan di istana, ayahnya datang dengan ekspresi rumit diwajahnya.

"Ayah, seharusnya anak itu mati karena lonjakan mana."

Wanita itu menggelengkan kepalanya, merasa semuanya tidak berjalan sesuai dengan rencananya. Dia sudah menyiapkan semuanya dengan teliti, tapi tiba-tiba ada hal yang tak terduga yang mengacaukan semuanya. Dia merasa kesal dan frustrasi, lalu tiba-tiba, dengan penuh amarah, dia memukul meja dengan tinjunya.

"Sudah cukup!" Teriaknya. "Mengapa semuanya tidak sesuai dengan rencanaku?"

Dia merasa marah pada dirinya sendiri dan pada situasi yang tak terkendali ini.

Tangan dan kakinya gemetar, dan napasnya cepat dan berat. Dia merasa seperti ledakan api di dalam dirinya. Dia tidak tahu bagaimana cara menenangkan diri. Setelah beberapa menit membanting barang, dia akhirnya merasa lelah dan terengah-engah.

Dia duduk di atas ranjang, menatap ke langit-langit dengan mata kosong. Dia merenungkan tentang bagaimana semuanya berjalan tidak sesuai dengan rencananya, tentang semua yang telah ia persiapkan dan ia harapkan. Setelah beberapa saat, dia mengambil napas dalam-dalam dan mulai merencanakan ulang strateginya.

"Baiklah," Gumamnya. "Pertama-tama, aku harus mencari tahu bagaimana ia bisa hidup. Balas dendamku akan lebih menyenangkan jika aku lakukan lewat anak itu."

Wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan memulai rencananya yang baru. Bibirnya tersenyum sinis membayangkan keberhasilan rencananya.

###

Danau di istana tidak terlalu jauh dari tempat dimana ruang rapat berasa. Ashiel mengetahui hal itu berkat deskripsi dari novel.

Dibawah pohon dekat danau itu disebutkan bahwa satu-satunya harta keluarga bangsawan yang jatuh, ada disana.

Harta itu ditemukan oleh Sean beberapa bulan sebelum Luna diculik oleh Derian. Itu sebabnya ia dengan mudah menemukan Luna.

Harta itu merupakan benda yang sudah lama dicari oleh pemilik guild informasi terbesar di kekaisaran.

Ia sangar berterimakasih pada Sean dan membuat sumpah bahwa ia akan mengabdi padanya Karena sudah menemukan harta keluarganya yang selama ini ia cari.

"Ashiel, jangan berla-" Suara Xavier bahkan tidak didengar oleh putranya.
Karena sejak tadi Ashiel berjalan, kini ia berlarian kesana kemari mencari keberadaan danau itu.

Kakinya yang pendek membuat perjalanannya terasa lama karena istana begitu luas.

'Harta karun, aku datang!'

Selagi ia berada di istana, tidak ada salahnya untuk mendapatkan harta itu sekarang. Baik sekarang maupun nanti, penemuan harta itu akan memberi keuntungan bagi Sean maupun dirinya.

"Ashiel tidak seperti Sean." Putra mahkota memulai percakapan namun pandangannya tidak lepas dari Ashiel.

Xavier menatap Reinhart sekilas lalu mengangguk samar. Ia benar, Ashiel begitu ceria dibandingkan Sean saat seusianya. Padahal, Ashiel hidup dalam kemalangan selama ini.

"Ashiel lebih ceria dibandingkan kakaknya yang kaku."

Reinhart menyetujui perkataan Xavier. Sama seperti Sean, ia juga tidak se-ekspresif itu saat seusia Ashiel.

'Ini mungkin pertama kalinya ia melihat dunia luar setelah sekian lama menjadi budak. Jadi reaksinya seperti itu.'

Reinhart mengangguk setelah menyimpulkan semuanya. Sialnya, ia tampak gemas melihat sosok mungil itu berlarian kesana kemari.

"Ashiel, apakah ada tempat yang ingin kau datangi?" Reinhart menghampiri Ashiel disusul oleh Xavier.

'Aku melupakan kehadiran mereka.' Ashiel merutuki kebodohannya. Ia terlalu senang karena akan mengambil harta karun.

Keterdiaman Ashiel membuat dua orang dewasa itu menatapnya gemas. Apalagi saat ekspresi Ashiel berubah-ubah.

"Apa disini ada danau? Bagaimana dengan hutan?" Tanya Ashiel pada putra mahkota.

Reinhart mengangguk mengiyakan. "Tentu, dua hal yang kau sebutkan tadi itu ada."

"Woah~" Mulut kecil Ashiel terbuka karena kagum. "Itu artinya tempat ini sangat luas. Bagaimana jika ada yang tersesat? Mengapa ada hutan disini? Bagaimana jika ada binatang buas yang datang kemari? Bagima-" Ashiel menghentikan perkataannya saat mendengar tawa pelan dari dua orang dihadapannya. Anak itu menutu wajahnya dengan kedua tangan karena malu. Ujung telinganya bahkan memerah tanpa ia sadari.

'Walaupun aku berpura-pura. Tapi aku benar-benar merasa malu.'

Reinhart berdeham pelan lalu membuat dirinya sejajar dengan Ashiel. "Jangan khawatir tentang itu, kami memiliki sihir yang menghalangi binatang buas atau monster agar tidak datang kemari." Ucapnya memberi penjelasan.

"Nah, sekarang. Tempat apa yang ingin kau datangi?" Lanjutnya.

Ashiel menatap ayahnya sebelum kembali melihat Reinhart. "Aku ingin ke danau!" Ucapnya dengan senyuman lebar.

"Danau cukup jauh, kita tidak akan sampai dengan cepat jika kau berlari kesana. Mau ku gendong?" Reinhart mengulurkan tangannya. Wajahnya juga tampak berharap agar Ashiel mau ia gendong.

Ashiel mengangguk cepat menanggapi perkataan putra mahkota. Ia ingin segera mendapatkan harta itu lalu kembali bersantai dimansion.

Mereka berjalan menuju danau indah yang ada dilingkungan istana mengabaikan Xavier yang menatap tajam putra mahkota.

Xavier berdecak sebal melihat putra mahkota yang sedari tadi tampak ingin memonopoli putranya. Apalagi Ashiel tidak menolak tawarannya. Memikirkan hal itu, Xavier tampak khawatir. Bagaiman jika Ashiel mudah pergi dengan orang asing? Anak keduanya itu tampak tidak keberatan pergi atau digendong siapapun.

Xavier harus memilih pengawal yang cocok untuk Ashiel nanti.

Anak keduanya ini akan ia besarkan dengan cara yang berbeda daripada yang ia lakukan pada Sean.

Xavier akan membesarkan Ashiel sebagai anak polos yang ceria. Ia akan menebus tujuh tahun yang Ashiel lalui ditempat perbudakan dengan cara itu. Akan ia buat Ashiel bermanja pada keluarganya. Bahkan jika perlu, ia akan mengurung Ashiel di mansion agar kepolosannya tetap terjaga.

Yah, itu harus.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang