28

31.9K 4.3K 110
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Ashiel duduk diam diatas tempat tidur dikamarnya, ia membuka kotak yang sejak tadi ia bawa kemudian mengeluarkan isinya setelah pura-pura tidur dan membiarkan Luke meninggalkannya sendiri.

Sebuah kalung perak berbandul bintang kecil tampak berkilauan karena cahaya matahari yang menembus jendela.

Sebuah kalung perak berbandul bintang kecil tampak berkilauan karena cahaya matahari yang menembus jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bayangin aja sendiri kotaknya)

Beralih ke kotak kalung itu, Ashiel melihat ukuran rumit menghiasi kotak itu. Baik kotak maupun kalungnya, semuanya tampak indah. Pantas saja benda ini selalu dicari oleh pemilik guild. Ashiel memasukkan kembali kalung itu kedalam kotak lalu menyembunyikannya ditempat yang aman.

Ia akan menemui pemilik guild nanti.

Anak itu berjalan dan memandang kearah jendela yang terbuka. Perasaannya begitu tenang dan damai saat angin menyentuh pipinya. Namun tiba-tiba, sebuah benda tajam meluncur kearahnya.

Sebuah belati melesat dengan cepat menggores pipi tembam Ashiel. la terlalu terkejut untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

Naluri anaknya kembali muncul, tubuhnya mulai gemetar. Ia tidak bisa bergerak karena merasa takut.

'Sialan! Aku masih anak kecil disini. Siapa yang berani menyakitiku?'
Bahkan ini masih siang hari. Bagaimana bisa?

Ashiel menggelengkan kepalanya, mengusir rasa takut yang baru saja ia rasakan.

"LUKE!" Ashiel berteriak memanggil pelayannya yang berada diluar. Anak itu mulai merasa sesak, telinganya kini berdengung. Sayup-sayup ia mendengar seseorang memanggilmya sebelum kegelapan menghampiri.

Bruk!

Ashiel pingsan didalam kamarnya. Kepalanya membentur lantai sebelum Luke menghampirinya.

"Tuan muda, tolong sadarlah!" Ucap Luke. Ia menepuk pelan pipi Ashiel namun tidak mendapat respon apapun. Bulir keringat berjatuhan dari wajah Ashiel. Anak itu juga tidak bernapas dengan normal. Bandul bulat dikalungnya kini retak namun Luke tidak menyadarinya.

Ia membaringkan Ashiel diatas tempat tidur, tangannya bergerak membersihkan luka dipipi Ashiel. Setelah selesai, ia melihat sekeliling lalu matanya menangkap sebuah belati yang memantulkan cahaya matahari.

Ia berjalan menuju pintu lalu meminta penjaga memanggil Xera, Xavier dan yang lainnya. Tidak lama setelah itu, suara langkah beberapa orang mulai mendekati kamar Ashiel. Semuanya memiliki raut khawatir diwajahnya.

Luke menggeser posisinya membiarkan Xera memeriksa Ashiel.

"Apa yang terjadi Luke?"

"Tuan muda sebelumya meminta saya untuk menunggu diluar karena ingin tidur. Tidak lama setelah itu, saya mendengar tuan muda kedua berteriak memanggil saya." Luke menjawab pertanyaan Xavier, ia memperlihatkan belati yang sebelumnya melukai Ashiel.

Xavier merasakan hawa aneh pada belati itu, ia ingin bertanya pada Xera tapi kembarannya sedang sibuk merawat Ashiel.

"Apa Ashiel baik-baik saja?" Lavina duduk didekat Ashiel sambil mengelus rambut biru gelap putranya. Sejak tadi hatinya begitu gelisah seolah ada hal buruk yang terjadi, lalu firasatnya terbukti benar saat ada pelayan yang memberitahunya bahwa Ashiel tidak sadarkan diri.

Xera menghela napasnya sebelum menjawab. "Ashiel terkena racun yang sepertinya berasal dari belati itu. Beruntung aku bisa menetralisir racun itu. Hanya saja, mana Ashiel kembali melonjak. Inti monster di kalungnya bahkan sudah pecah."

Lavina terisak pelan sambil memegang tangan putranya. Sementara Xavier mengepalkan tangannya. Bukankah sebelumnya ia bersenang-senang dengan Ashiel? Mengapa sekarang putranya kembali tidak sadarkan diri?

"Cari tahu siapa pelakunya. Jangan biarkan dia lolos." Ucap Xavier dengan suara dingin.

###

Orang dengan pakaian serba hitam itu berlutut dihadapan seorang wanita yang tersenyum lebar.

"Bagus, kau menjalankan semuanya sesuai keinginanku."

"Tentu saja, aku hanya melukainya sesuai dengan perintahmu."

Wanita itu mengangguk pelan. "Lebih menyenangkan membuatnya tersiksa seperti ini daripada langsung membunuhnya."

'Xavier harus menyesal karena sudah mengabaikanku.'

Wanita itu melemparkan sebuah tas kecil berisi koin emas pada irang berpakaian serba hitam. Ia melangkahkan kakinya keluar dari gang sempit itu dengan senyuman diwajahnya.

~•~•~•~

Sampai jumpa senin!
Besok sama minggu aku libur.

See you!

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang