Vote dulu sebelum baca✌
###
"Apa itu hadiah ulang tahun Sean?" Tebak Chasire setelah berpikir cukup lama.
Ashiel menoleh dan menatap Chasire. "Kau tahu kapan kakak berulang tahun?"
Bukannya menjawab, Chasire mendengus kesal. "Aku dan Sean seumuran. Bisa-bisanya kau tidak memanggilku kakak."
"Kau kan bukan kakakku." Ashiel berucap sesuai fakta. Untuk apa ia memanggil Chasire kakak, satu saja sudah cukup.
"Aku akan memberimu apapun jika kau memanggilku kakak?"
"Tidak mau."
Chasire kembali berdecak sebal. Bukankah menyenangkan memiliki kakak yang baik hati sepertinya? Mengapa anak ini sangat sulit dibujuk.
"Baiklah, bagaimana jika aku membawamu keluar? Kita akan membeli hadiah untuk kakakmu?"
Mendengar kata 'keluar' raut wajah Ashiel kini tampak bersemangat. Sebenarnya Ashiel sudah bosan berada dimansion meskipun sebelumnya ia pergi ke istana.
Ashiel ingin keluar tapi ia tidak yakin ia akan diberi izin, apalagi setelah insiden penyerangan kemarin.
"Cepat panggil aku kakak. Kita akan pergi keluar dengan teleportasi." Chasire tertawa pelan karena ia menemukan cara agar dipanggil kakak oleh mahluk kecil itu.
Menghela napas, Ashiel merubah ekspresinya dengan cepat. Ia tersenyum lembut layaknya anak polos yang baik hati. "Kakak, ayo keluar." Ucapnya.
Bukannya mengiyakan, Chasire malah terdiam. Senyuman anak itu tidak baik baginya. Ia menggelengkan pelan kepalanya lalu mengulurkan tangan untuk menggendong Ashiel.
Ashiel memasukkan kotak harta karun kedalam saku celananya. Kotak itu akan ia bawa untuk berjaga-jaga. Ia takut kotak itu akan dibawa pelayan yang membersihkan kamarnya.
Dua orang itu kemudian menghilang setelah Chasire merapalkan mantra teleportasi.
Ashiel menatap bingung sekelilingnya. Tempat ini perpustakaan? Begitu banyak buku disini. Anak itu mendongak menatap Chasire. "Tempat apa ini?" Tanyanya retoris.
"Coba tebak." Ucap Chasire dengan wajah konyolnya.
Ashiel memutar malas kedua bola matanya. Ia berusaha turun dari gendongan Chasire.
"Ini lebih luas daripada perpustakaan di mansion. Tapi aku belum bisa membaca. Kakak bilang aku akan mendapatkan guru tidak lama lagi." Ashiel mengambil asal buku yang ada di rak. Ia kemudian membuka buku itu karena penasaran.
'Apa ini?' Tindakannya terhenti saat ia melihat rangkaian huruf didalam buku itu.
###
Wanita itu terbangun karena merasa tempat tidurnya se-tidak nyaman ini. Saat semuanya terlihat jelas, wanita buru-buru bangkit kemudian mendekati jeruji besi yang menghalanginya untuk keluar.
"Hei! Siapa disana? Lepaskan aku!" Teriak wanita itu dengan keras. Tidak ada jawaban, hanya ada keheningan ditempat itu.
"Ini pasti mimpi. Aku akan segera bangun ditempat tidurku yang nyaman. Yah, ini pasti mimpi."
Agatha, dia berpikir bahwa dirinya mimpi buruk dimana ia dikurung dalam penjara sempit.
Agatha menggelengkan kepalanya, menyangkal semua yang ia alami sekarang.
"Tenang Agatha, kau pasti bermimpi. Tenanglah. Sebentar lagi kau akan terbangun." Wanita itu menarik napasnya kemudian menghembuskannya. Ia mencubit tangan putihnya. Awalnya pelan, namun semakin lama, ia mencubit tangannya begitu keras hingga meninggalkan bekas kemerahan.
Agatha menatap pakaian yang ia pakai. Ini pakaian tidurnya?
Matanya mulai berkaca-kaca. Agatha masih berusaha menyangkal. Bagaimana bisa ia berada disini? Semalam, ia tidur dengan nyenyak setelah menemui assassin yang ia beri perintah.
"Lepaskan aku! Lepas sialan! Berani-beraninya kau mengurungku ditempat sempit ini! Aku ini bangsawan!"
"Siapapun, lepaskan aku! Aku akan berikan apapun yang kau minta. Heyy! Lepaskan aku sialan! Apa kau tuli? Kemari dan tunjukkan wajahmu!" Agatha memukul jeruji besi itu dengan keras namun tidak ada yang merespon.
"Dengar, aku bekerja sama dengan guild assassin! Kau tidak akan kulepaskan!"
"ARRRGH!" Ia menarik kasar rambutnya, lalu membenturkan kepalanya pada jeruji besi. Pusing mulai ia rasakan, ingatannya kembali pada saat terakhir sebelum ia berada disini.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin, Marquis menangkap Agatha karena ia ketahuan sebagai dalang penyerangan Ashiel.
Assassin yang ia sewa sangatlah berbakat.
Tatapan Agatha kini menjadi kosong. Jika benar ia ditangkap oleh Marquis, Agatha pasti bisa bernegosiasi dengannya.
Agatha yakin, Xavier pasti akan memaafkannya.
###
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasy#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...