12

45.9K 5.5K 7
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

"Ini kamarku? Aku menyukainya!" Ashiel berseru senang melihat ruangan yang akan tempati.

"Sebelumnya, kamar ini memang milik anda, tuan muda." Luke, anak dari Rien yang dibawa Lavina kini mengabdikan dirinya untuk melayani Ashiel.

Duduk dikursi sambil mengayunkan kakinya yang pendek, Ashiel memandangi kamarnya yang tidak jauh berbeda dengan kamar Lavina.

"Apa aku boleh bertanya?" Ashiel memberikan tatapan polosnya pada Luke

Luke mengangguk ringan. Tugasnya sekarang melayani Ashiel, mana mungkin ia tidak menjawab pertanyaan tuan mudanya.

"Apa yang terjadi denganku? Apa aku mengalami lonjakan mana? Apa aku akan tetap hidup?"

Pertanyaan tidak terduga itu membuat Luke terdiam. Hatinya merasa bimbang untuk menjawab.

"Luke tau sesuatu? Ayah, ibu dan kakak tidak memberitahuku. Mengapa orang dewasa selalu menyembunyikan banyak hal dan berbohong pada anak-anak?"
Ashiel berkata dengan sedih sambil menundukkan kepalanya.

"Tuan muda–" Luke menghela napas berat sebelum melanjutkan. Ia memberi penjelasan singkat yang langsung dimengerti oleh Ashiel.

"Jangan khawatir tuan muda, kami pasti akan mencari cara untuk mengobati anda." Luke tersenyum tipis menenangkan Ashiel yang terdiam.

Berbeda dari yang terlihat, Ashiel sebenarnya tengah mengingat kembali isj novel Hero x Saint. Novel itu memang tidak menjelaskan bagaimana rasa sakit saat lonjakan mana terjadi, untungnya novel itu mengatakan bagaimaba cara mengatasi lonjakan mana tersebut.

Dalam novel, protagonis perempuan menemukan seorang anak didaerah kumuh yang membawa inti monster lalu membuatnya sebagai gelang untuk diberikan pada kakaknya yang mengalami lonjakan mana. Anak itu mengatakan bahwa kakaknya tidak lagi kesakitan setelah memegang inti monster.

'Jika dalam novel, itu artinya belum ada yang menggunakan inti monster sebagai solusi untuk lonjakan mana.'

Dalam novel dijelaskan bahwa inti monster dapat menyerap mana tergantung tingkatan monster itu sendiri.

'Aku harus mendapatkan inti monster agar bisa tetap hidup.'

"Tuan muda?" Luke menepuk pelan bahu Ashiel.

"Ya?"

"Jangan bersedih, lady Xera juga tengah melakukan penelitian mengenai lonjakan mana, saya yakin lady Xera akan menemukan obat untuk anda." Luke sekali lagi menghibur Ashiel.

"Bagaimana jika kita berjalan-jalan, tuan muda?" 

Ashiel menolehkan pandangannya pada Luke. Saran dari Luke menarik perhatiannya. Ia mengangguk ringan lalu turun dari tempat tidur.

Luke menatap senang karena sepertinya ia berhasil membuat Ashiel mengalihkan pikirannya.

Ugh!

Ashiel meringis merasakan sakit diperutnya saat kakinya menapaki lantai.

"Tuan muda!" Luke berteriak dengan panik.

Ashiel membuka pakaiannya dan melihat perut. Bekas luka keunguan yang cukup besar terlihat. Ingatannya kembali pada masa-masa ia menjadi budak. Perutnya sering ditendang oleh pemilik pelelangan.

"Sakit." Ucapnya sambil mengerucutkan bibir.

Ini tidak hanya akting, Ashiel merasa sakit sungguhan diperutnya.

Luke memangku Ashiel dengan pelan kemudian kembali mendudukkannya di atas tempat tidur. Ia mengambil ramuan yang memang sudah disediakan dilaci meja dekat tempat tidur Ashiel kemudian memberinya pada Ashiel.

"Ini mengerikan. Apa saja yang sudah anda alami, tuan muda?" Luke bergumam saat ramuan itu bekerja namun tidak menghilangkan bekas luka.

"Menyedihkan, aku lebih memilih berada di daerah kumuh daripada didalam penjara gelap itu." Sebelumnya, Ashiel berada ditempat pelelangan yang diketahui oleh pelayan yang menculiknya. Saat ia berusia lima tahun, ia kabur dari tempat itu karena dirundung oleh budak lain. Ashiel kemudian menjalani-hari bebasnya didaerah kumuh.

"Maaf? Daerah kumuh?" Luke memberikan tatapan tidak percaya saat Ashiel menceritakan kehidupannya sebelum kemari. Luke sudah diberitahu ayahnya untuk tidak bertanya pada Ashiel mengenai masalalunya karena takut membuat Ashiel bersedih namun saat melihat Ashiel menjawab, Luke memilih mendengarkan dengan tenang.

Ashiel mengangguk membenarkan. "Beberapa anak di tempat pelelangan budak yang pertama itu berencana pergi, jadi aku mengikuti mereka. Setelah itu aku tinggal didaerah kumuh."

"Aku bertemu paman pemilik rumah makan didekat daerah kumuh. Paman itu bilang, ia akan memberiku makan." Ashiel menunduk sambil memainkan jarinya.

"Paman itu berbohong. Paman itu membawaku ke tempat gelap dan mengurungku. Ia hanya memberiku roti keras dan juga sup yang tawar. Paman itu bilang ia menyesal membawaku karena aku tidak berguna. Tidak ada yang ingin membeliku sebagai budak. Jadi paman itu selalu memukulku."

"Tapi aku senang! Karena paman itu, aku bertemu kakak, kemudian ibu dan ayah." Ashiel mengakhiri cerita masalalunya drngan suara ceria. Ia mengabaikan Luke yang menahan marah.

Ia harus memberitahu ayahnya agar segera melapor pada Marquis. Pemilik pelelangan budak itu juga harus segera ditemukan.

Luke mengontrol ekspresinya agar Ashiel tidak mengetahui bahwa ia tengah menahan marah. Ia memamerkan senyum tipis lalu mengusap pelan rambut Ashiel.

"Luar biasa! Anda begitu hebat karena bisa bertahan disana, tuan muda."

"I-itu tidak hebat! Itu memalukan." Luke bisa melihat telinga Ashiel yang memerah. Ia tertawa pelan melihat tingkah tuan mudanya yang menggemaskan. Perasaan marah yang ia rasakan sebelumnya seketika menguap.

Puas berakting, Ashiel merasakan matanya memberat berkat ramuan yang ia minum sebelumnya. Setelah menceritakan kehidupannya pada Luke, ia memiih untuk tidur dan membiarkan Luke mengawasinya.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang