63

18.4K 3.4K 379
                                    

Vote dulu sebelum baca✌️

###

Banyak yg sad:(
Yahahahahahahaha~

Btw please jangan spam next ya guys:(
Kan ga seru, kalo mau liat tanggapan soal ch ini tapi malah ketutup spam next.

Aku pasti up ko, owkayy?
Thank u buat pengertiannya!

###

Ashiel melangkah ragu-ragu mendekati tubuh ayahnya yang tergeletak di tanah, bersimbah darah. Langkahnya terhenti sejenak, hatinya berdebar-debar saat melihat pemandangan yang mengerikan di hadapannya. Tubuh ayahnya tampak lemah, wajahnya pucat, dan matanya terpejam.

Dengan langkah perlahan, ia mendekati tubuh ayahnya, memperhatikan setiap detil dengan seksama. Ashiel menundukkan dirinya dan memeluk tubuh ayahnya dengan lembut. Tangisnya tercekat di tenggorokan, namun ia berhasil mengatasi emosinya untuk memberikan kekuatan bagi ayahnya.

"Ayah..." Gumam Ashiel dengan suara terguncang, tangannya mengusap perlahan rambut ayahnya yang berdarah. "Ayah, tolong... Buka mata ayah...Jangan tinggalkan aku."

Dalam keheningan yang hening, Ashiel menunggu dengan hati yang gemetar. Namun, tak ada tanda-tanda perubahan pada ayahnya. Ashiel merasa putus asa, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Ia menyalurkan mananya pada cincin yang pernah diberikan oleh Chasire lalu mengeluarkan beberapa botol ramuan penyembuh lalu memberikannya pada Xavier berharap agar ayahnya segera membuka mata.

"Zeano, darahnya tidak menghilang, bagaimana ini!?" Ashiel menatap Zeano dengan khawatir.

Zeano, dengan sikap tenangnya, memperhatikan Ashiel yang panik. Dia menyadari bahwa Ashiel belum menyadari tanda-tanda kehidupan yang masih ada pada tubuh ayahnya.

"Berhenti menangis, perhatikan napasnya dengan seksama."

Ashiel mengalihkan tatapannya dari Zeano lalu menatap dada ayahnya yang naik dan turun perlahan.

Saat itu, hati Ashiel berdegup kencang. Dia menyadari bahwa ada harapan. Nafas ayahnya yang lemah menandakan bahwa kehidupan masih bersarang di dalam dirinya.

Ashiel kembali mengambil beberapa botol ramuan lalu memberikannya pada Xavier.
Beberapa detik berlalu, dan mata Xavier perlahan terbuka. Pandangannya samar-samar saat dia mencoba memahami situasi di sekitarnya. Ashiel merasa hatinya berdebar dengan kegembiraan.

"Ayah!" Seru Ashiel dengan suara terguncang. "Kau masih hidup!"

Xavier melihat wajah putranya dengan tatapan yang masih lemah. Senyuman lembut melintas di bibirnya, meskipun sepertinya dia masih lelah dan belum sepenuhnya pulih.

"Ashiel." Ucap Xavier dengan suara yang pelan. "Kau— Bagaimana bisa kau ada disini?"

Ashiel tidak menjawab pertanyaan Xavier, melainkan memeluk ayahnya dengan erat.

"Ayah, gelombang monster kembali muncul dan menyebabkan gempa bumi yang cukup besar saat ayah memeriksa tempat ini. " Hanya itu yang bisa Ashiel katakan, ia tidak ingin ayahnya mengetahui apa yang terjadi dengannya dan Lavina.

Xavier mengangguk dengan lemah, memahami penjelasan Ashiel. Ia mencoba mengingat kembali kejadian sebelum ia kehilangan kesadaran.

"Aku ingat sekarang." Ucap Xavier dengan suara pelan. "Ada sesuatu yang ganjil. Tempat ini seperti dungeon yang sudah lama namun baru ditemukan. Ada banyak perangkap saat aku memasuki tempat ini. Kami terjatuh saat ada guncangan yang besar terjadi."

Ashiel mendengarkan dengan penuh perhatian, bibirnya yang gemetar mencoba menahan tangis kelegaannya. Meskipun Xavier masih terlihat lemah, Ashiel merasa lega karena ayahnya masih hidup.

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang