###
Ashiel terdiam mendengar perkataan wanita dihadapannya. Ia juga mendapat pelukan yang tiba-tiba dari Lavina. Sementara Sean yang termenung melihat tindakan ibunya pada Ashiel.
"Ibu." Panggil Sean sekali lagi namun tidak dihiraukan oleh Lavina.
"Kau sangat kecil, apa kau hidup dengan baik? Apa kau makan makanan layak?" Lavina menangkup pipi Ashiel sambil melontarkan beberapa pertanyaan. Ia kembali memeluk Ashiel yang tidak tahu harus bertindak bagaimana.
Kedua mata Ashiel memanas mendengar perkataan Lavina. Ia baru kembali merasakan hangatnya pelukan ibu setelah sekian lama.
Ashiel menatap Sean seolah meminta izin untuk membalas pelukan Lavina yang dibalas anggukan pelan oleh Sean.
Ia mengusap punggung Lavina dengan kedua tangan kecilnya.
Sean menatap pemandangan dihadapannya dengan tatapan sendu. Disatu sisi ia senang karena ibunya tidak lagi bersedih, tapi disisi lain ia merasa sedih karena yang ibunya peluk bukanlah adik Sean yang sudah lama hilang. Ia mengepalkan tangannya, bertekad untuk mencari adik kandungnya yang hilang karena Ashiel hanya adik angkatnya.
"Maaf, nyonya. Aku bukan putramu." Ucap Ashiel saat Lavina sudah agak tenang. Walaupun ia sadar bahwa ia sebenarnya anak kandung Lavina, Ashiel tidak mungkin tiba-tiba menyatakan bahwa ia merupakan anaknya. Ashiel akan melakukan cara lain agar mereka segera mengetahui bahwa ia merupakan anak kedua Lavina dan Xavier.
Lavina menggeleng tidak setuju. "Bagaimana kau bukan putraku? Kau itu putraku!" Ucapnya dengan tegas kemudian kembali memeluk Ashiel.
'Bagaimana bisa dia mengenaliku sebagai anaknya? Apa ini firasat seorang ibu?'
"Ibu, dia benar. Dia bukan adik, tapi sebentar lagi kami akan menjadi keluarga." Ucap Sean dengan nada yang sedikit bergetar. Ia berharap Lavina menatapnya seperti Lavina menatap Ashiel.
Lavina hendak membuka mulut namun suara Xavier lebih dulu terdengar. "Aku meminta Rien untuk memanggil Sean agar membawa anak itu, mengapa kalian berada disini?"
Read my stories on wattpad, https://www.wattpad.com/story/333555995-adik-protagonis-pria
Xavier menoleh menatap Lavina yang masih memeluk Ashiel. Ia menatap tidak suka pemandangan dihadapannya. Xavier ingin memisahkan Lavina dengan anak yang dibawa Sean namun urung melihat Lavina yang begitu senang. Sudah lama Xavier tidak melihat ekspresi Lavina yang seperti ini."Dia anak yang kau bawa?" Tanya Xavier pada Sean, ia mengalihkan pandangannya dari Lavina dan Ashiel.
Sean mengangguk sebagai jawaban.
"Apa dia punya nama?"
"Aku belum bertanya."
Xavier menghela napasnya. Baginya yang merupakan seorang bangsawan, keputusan untuk mengadopsi seorang mantan budak pasti akan membuatnya kesulitan. Walaupun Xavier melakukan berbagai hal untuk menutupi masa lalu Ashiel, bangsawan lain yang ingin menjatuhkan Ailos pasti akan mencaritahu asal usul Ashiel.
"Baiklah. Lagipula... Lavina terlihat senang."
Ashiel yang masih dalam dekapan Lavina mendengarkan percakapan Sean dan Xavier. Otak kecilnya mulai merancang skenario yang membuat mereka mengetahui bahwa ia merupakan keturunan Ailos.
Ugh!
Tangan Ashiel bergerak meraih telinga kanannya. Ia menampilkan ekspresi kesakitan sambil mengerang pelan.
"Sa-kit... Argh!" Ashiel terus meremas telinga kanannya hingga berdarah agar terlihat lebih meyakinkan.
"Anakku, apa yang terjadi!? Xavier! Panggil tabib, cepat!" Lavina panik melihat Ashiel yang kesakitan. Ia secara tidak sadar memanggil nama suaminya yang sudah lama tidak ia sebut.
"Mengapa kau hanya diam!? Cepat panggil tabib!" Lavina berteriak saat mendapati Xavier yang termenung.
Ashiel juga tidak tinggal diam, berkat hidupnya sebagai budak selama beberapa tahun, tubuh kecilnya yang menggeliat kesakitan tampak begitu menyedihkan dimata siapapun yang melihatnya termasuk Xavier.
Sean yang sedari tadi terdiam berinisiatif memanggil tabib. Tidak lama setelah itu, seorang pria dengan pakaian serba putih tiba dikamar Lavina.
Tabib itu berpikir bahwa ia harus memeriksa Marciones yang mengalami gangguan kejiwaan namun ternyata pemikiran salah setelah mendengar perkataan Sean.
"Periksa anak itu, cepat!" Titah Sean dengan suara yang mengancam.
"Pe-permisi Marquis, madam, saya akan memeriksa anak itu." Tabib itu berkata dengan gugup.
Xavier berpindah posisi ke sebelah Lavina sedangkan Ashiel masih berada dipelukan Lavina.
"Cepat periksa putraku! Dia kesakitan." Lavina membelai rambut halus milik Ashiel dengan mata yang berkaca-kaca.
"Cepat lakukan." Desak Xavier pada tabib itu. Ia tidak tahan melihat isterinya hampir menangis.
Ashiel masih memegang telinga kanannya sambil mengerutkan kening. Sesekali, ia kembali mengerang kesakitan saat tabib itu meraih tangan Ashiel yang memiliki bercak darah.
Tabib itu menatap Xavier dan Lavina dengan sedikit gelisah. "Marquis, Madam, maafkan saya. Sepertinya ini bukan penyakit yang harus saya periksa."
"Apa maksudmu? Apa kau bukan tabib sungguhan?" Lavina bersuara dengan nada yang sedikit tinggi.
Tabib itu menggelengkan kepalanya. "Saya sudah memeriksanya. Semuanya terlihat normal kecuali peredaran mana didalam tubuhnya. Akan lebih baik jika seorang penyihir memeriksanya." Jelas tabih itu.
'Ini dia! Terimakasih Tuhan, usahaku tidak sia-sia!' Batin Ashiel berseru senang mendengar penjelasan tabib itu.
Jika seorang penyihir yang memeriksanya, maka ia akan mengetahui bahwa mana milik Ashiel tengah disegel. Penampilan asli Ashiel juga akan terungkap jika segel itu dihancurkan oleh penyihir yang memeriksanya.
"Panggil penyihir kemari." Titah Xavier pada salah satu pelayan.
Xavier merasakan hatinya gelisah mendengar penjelasan tabib barusan. Ingatannya kembali pada saat ia menyiksa sosok perempuan yang menculik putra bungsunya.
'Jalang itu mengatakan bahwa putraku dijadikan budak, tapi sampai saat ini aku tidak pernah menemukannya.'
Xavier menggelengkan kepalanya menepis kemungkinan bahwa Ashiel adalah anaknya.
'Anak ini tidak mirip denganku maupun Lavina.'
Xavier ingat dengan jelas bahwa putra keduanya memiliki wajah yang sama persis dengan Lavina kecil. Ashiel sama sekali tidak mirip dengannya maupun istrinya.
~•~•~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasy#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...