54

25K 4.3K 175
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Dua minggu sudah Ashiel habiskan untuk berlatih sihir dengan Xera. Kemampuannya berkembang dengan cepat dibandingkan saat ia belajar menggunakan pedang dengan ayahnya.

"Ashiel, mana milikmu cukup besar. Kau tidak lagi membutuhkan batu mana." Ucap Xera yang membereskan peralatannya. Ia harus pergi ke menara untuk membentuk tim yang akan memeriksa artefak pelindung kekaisaran.

"Aku senang bisa mengajarimu, kau juga begitu cepat memahami pelajaran yang aku berikan. Kita akan bertemu lagi nanti. Sampai jumpa keponakan!" Xera memberi pelukan ringan pada keponakannya lalu merapal mantra teleportasi.

Setelah Xera pergi, Ashiel membuat dirinya fokus untuk mengalirkan mana. Dari buku yang diberikan bibinya, saat ingin menggunakan sihir, ia harus merapalkan mantra lalu membayangkan sihir apa yang ia inginkan. Untungnya, berkat buff isekai, ia dapat menggunakan sihir apapun tanpa merapal mantra.

Ashiel memperhatikan sihir api yang menyala ditangannya, ia tahu alasan dibalik besarnya mana yang ia miliki. Apalagi jika bukan karena buff isekai?

"Wahh! Apa ini? Kau bisa sihir?" Chasire berbicara tepat dibelakang Ashiel membuat anak itu secara refleks melemparkan sihir api pada pohon yang tidak jauh dihadapannya.

"Ck! Mengapa kau disini!?" Tanya Ashiel dengan kesal. Ia tidak ingin momen dimana ia mengacaukan kamarnya kembali terulang hanya karena kecerobohannya.

Chasire tersenyum lebar pada Ashiel. Di bahunya, ada mahluk kecil berwarna pelangi yang Ashiel kenal. Itu adalah slime yang pernah ia belikan untuk Chasire. Ashiel pikir Chasire sudah memusnahkan mahluk itu untuk penelitiannya, ternyata tidak.

Menyadari tatapan Ashiel tertuju pada bahu kananya, Chasire mengambil slime itu lalu menunjukkannya pada Ashiel. "Aku sudah memikirkan ini cukup lama. Sekarang slime ini sudah memiliki nama. Apa kau tidak penasaran?"

Chasire menusuk slime itu dengan telunjuknya. Entah mengapa, Ashiel merasa slime itu menatapnya dengan tatapan sinis.

"Bukan urusanku." Ucap Ashiel sambil mengangkat kedua bahunya. Ia membeli slime itu agar Chasire tidak mengganggunya, jadi ia tidak perlu mengetahui namanya. Tidak penting.

"Nah Sil, perkenalan dirimu. Kau ingat? Dia yang saat itu membelimu lalu memberikannya padaku."

Seakan tidak mendengar, Chasire mengajak bicara slime bernama Sil itu.

'Sil?' Ashiel menatap slime yang tampak marah padanya dengan kening berkerut.

"Sil itu kependekan dari namamu. Bukankah itu lucu? Iya kan Sil?" Ucap Chasire dengan bangga. Karena slime ini dan Ashiel sama-sama menggemaskan dimatanya, tidak ada salahnya jika mereka memiliki nama yang mirip. Begitu pikir Chasire. Ia tidak menyadari bahwa slime ditangannya dan Ashiel sama-sama menampilkan raut kesal.

Ashiel mendengus kesal karena ucapan Chasire. Bisa-bisanya slime diberi nama yang sama dengannya.

"Terserahlah." Lebih baik ia melanjutkan kegiatannya untuk belajar sihir.

Pluk.

Sil, slime pelangi itu melompat ke kepala Ashiel hingga anak itu menghentikan kegiatannya. Tanpa diduga, slime itu menyemburkan lendir berwarna biru yang membuat rambut dan wajah Ashiel tampak lengket. Setelah itu, Sil kembali memompat ke bahu Chasire dengan senyuman diwajahnya.

Ashiel mengerjapkan matanya. Slime itu tersenyum setelah membuat rambut dan wajahnya lengket?

"Kau!? Kau memberiku lendir yang lengket ini!? Hah! Kau mau aku bakar?" Telunjuk kecil Ashiel mengarah pada slime itu. Tidak lama setelah itu tangan Ashiel kini memancarkan sihir api yang siap membakar Sil dalam sekejap.

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang