37

27.3K 4K 89
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Note :
Sy sudah triple up hari ini:)

Dah ah, see you!

###

Agatha duduk di sudut selnya yang dingin dan gelap. Wajahnya pucat dan matanya berkaca-kaca karena ketakutan. Tangan dan kakinya gemetar ketika ia mengingat bahwa ia di penjara karena tindakan yang ia lakukan.

Wanita itu menggigit bibirnya untuk menahan air mata yang hampir menetes. Dia takut akan dihukum, bahkan takut akan masa depannya setelah keluar dari penjara. Ia merasa tak ada harapan untuk hidup lagi. Sudah cukup lama ia menunggu Xavier datang kemari namun tidak yanya Xavier, kesatria penjaga pun tidak pernah memunculkan batang hidungnya.

Agatha dibiarkan sendirian disini dalam kesakitan. Luka dikepalanya karena benturan yang ia lakukan terus mengalir dan tidak berhenti. Kepalanya pusing, tapi ia harus bertahan untuk keluar dari tempat sempit ini.

Dalam keputusasaannya, dengan sisa tenaga Agatha mulai menggali tanah di sudut selnya dengan tangan kosongnya. Agatha berniat membuat lubang yang menuju keluar dari tempat ini. Ia terus menggali hingga kelelahan dan akhirnya menemukan sepotong besi yang usang dan berkarat.

Tangan Agatha bergetar ketika ia memegang besi tersebut. Ia menatapnya dengan tatapan kosong dan sedih. Kemudian, Agatha mengangkat besi tersebut dan membawa ke arah lehernya.

"Lebih baik aku mati dengan tanganku sendiri." Ucap Agatha dengan suara pelan. Ia tidak tahu berapa lama ia mengharapkan Xavier datang kemari dan membebaskannya dari tempat ini. Ayahnya yang ia sayangi juga tidak pernah datang kemari untuk menyelamatkannya.

Semua orang pergi.

Meninggalkannya seorang diri.

Agatha menguatkan tekadnya untuk menekan besi usang itu pada lehernya.

Trang!

Besi usang itu terlempar oleh pedang salah satu kesatria Xavier. "Huft! Aku datang diwaktu yang tepat. Darimana jalang ini mendapatkan benda tajam?"

"Kemarikan benda itu! Kemarikan!" Agatha berteriak sambil mencakar kaki kesatria itu.

Bruk!

Tubuh Agatha terjatuh karena kesatria itu menghempaskan kakinya. "Benar-benar menjijikan. Kau akan lari dari hukuman dengan mengakhiri hidupmu? Jangan berharap seperti itu. Tuan akan memberimu ramuan penyembuh untukmu. Tentu saja, setelah menyiksamu sampai sekarat." Ucapnya diakhiri tawa.

Sebagai kesatria Ailos, ia juga turut merasa benci pada wanita dihadapannya. Sebelumnya ia pergi untuk melapor pada Marquis bahwa putri Baron Corbin sudah ditangkap, ia disuguhkan pemandangan mengejutkan dimana wanita itu akan melakukan tindakan bunuh diri. Beruntung, ia segera menghentikannya.

Bisa hilang kepalanya jika Marquis tahu bahwa salah satu tahanannya mati karena bunuh diri.

###

Chasire tidak mahir dengan sihir penyamaran jadi ia memakaikan tudung kecil yang menutupi rambut dan wajah Ashiel. Ia juga menggunakan hal serupa. Mereka berada ditempat dimana Chasire bertemu Ashiel saat pertama kali.

"Ayo beli makanan!"

Ashiel dengan cepat meraih tangan Chasire lalu membawanya berlari menuju stand penjual makanan.

Chasire mengikutinya dengan senang hati. Ia membayar makanan yang dibeli Ashiel dengan beberapa koin perak. Tidak berhenti disatu stand, Ashiel mampir kesana kemari untuk membeli beragam makanan yang berbahan dasar daging juga makanan manis.

Chasire menggelengkan kepalanya heran. Bukankah Ashiel juga diberi makan makanan yang bagus di mansionnya? Mengapa anak ini hanya membeli banyak makanan dengannya? Yah, apapun itu Chasire tidak keberatan.

"Mau mencoba?" Ashiel menawarkan satu tusuk daging pada teman kakaknya itu.

"Tidak, tidak. Makan saja semuanya. Kau harus banyak makan agar segera tumbuh besar." Chasire menolak tawaran Ashiel. Pipi berisi anak itu bergerak turun naik saat makan membuat Chasire ingin terus memberi Ashiel banyak makanan.

Ashiel mengangguk lalu melanjutkan kegiatannya. Matanya sesekali membola saat merasakan kenikmatan dari makanan dimukutnya. Ia juga mengangguk seolah mengatakan bahwa makanan itu sangat lezat.

Chasire tertawa pelan. "Kau ini menggemaskan sekalii!"
Karena tidak tahan, ia mencubit kedua pipi Ashiel dengan keras bahkan meninggalkan bekas kemerahan.

Pluk!

Ashiel melotot kaget, sebenarnya ini tidak sakit, hanya saja makanan yang ia pegang semuanya jatuh ketanah. Ia melayangkan tatapan permusuhan pada Chasire.

"Sakit!" Ucap Ashiel dengan sedikit bergetar. Memang tidak sakit, tapi entah kenapa matanya mulai berembun.

"Ah, sial!" Chasire melakukan hal yang salah! Ia seharusnya menyadari bahwa ia tidak pandai menghibur seorang anak.

Cairan bening mulai mengalir dipipi Ashiel yang memerah. Anak itu terisak namun tidak mengeluarkan suara.

Chasire gelagapan, ia menaruh kedua tangannya di pundak Ashiel. "Hei, berhenti menangis. Aku akan membeli makanan yang sama. Tunggu sebentar. Tunggu disini. Jangan pergi dengan orang asing. Kau mengerti?" Titah Chasire pada Ashiel. Ia kemudian berlari menuju stand makanan yang dikunjungi Ashiel.

Bodohnya, ia meninggalkan Ashiel sendirian.

~•~•~•~

Dede gemeshku ketinggalan:(
Takut dibawa orang🙁

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang