Vote dulu sebelum baca✌
###
Ashiel tiba di mansion dengan senyuman diwajahnya, namun senyum itu segera luntur saat melihat para pelayan berlarian dengan wajah panik. Ashiel yang tidak tahu apa-apa, menahan salah satu pelayan lalu bertanya. "Apa yang terjadi?"
Pelayan itu menghentikan langkahnya lalu menatap Ashiel. "Tuan muda kedua, tuan muda Sean terluka. Saat ini-"
Ashiel mengabaikan ucapan pelayan itu setelah mendengar apa yang ingin ia dengar dan berlari menuju kamar kakaknya. Ashiel tiba di kamar kakaknya dengan napas tersengal-sengal. Ketika ia melihat Sean terbaring lemah, ia langsung berlari menuju tempat tidur Sean.
"Apa yang terjadi dengan kakak?" Tanya Ashiel dengan suara gemetar.
Lavina berbalik dan melihat Ashiel yang menatap kakaknya dengan tatapan khawatir. "Dia diserang oleh monster." Kata Lavina dengan suara lembut.
"Bagaimana bisa?" Tanya Ashiel dengan nada tidak percaya. Seharusnya Sean baik-baik saja. Ashiel sudah memberinya pedang elf.
Xavier, ayahnya, menyentuh bahu Ashiel dan berkata, "Tenanglah Ashiel. Kakakmu terluka karena menyelamatkan seorang anak, ia tidak menyadari ada monster didekatnya."
Ashiel mengangguk cepat, dan ia duduk di samping tempat tidur kakaknya. Dia melihat dengan cemas saat Xera sedang memeriksa Sean dengan cermat.
"Bagaimana keadaannya, bibi?"
Xera menoleh dan melihat Ashiel. "Tidak ada luka serius, tapi sepertinya Sean terkena dari racun monster itu. Jawab Xera.
Ah! Ini adegan yang ada didalam novel. Hanya saja semuanya terasa tidak berurutan. Seharusnya, Sean terluka karena monster ditemani Chasire lalu mereka bertemu dengan Luna.
Alur novel nya benar-benar kacau. Bahkan peristiwa dimana gelombang monster muncul juga terjadi lebih awal.
Ashiel merasa lega karena Sean tidak terluka parah, namun ia masih khawatir dengan sihir hitam dalam racun monster itu. "Bibi, apa mungkin kita perlu memanggil saintess? Kurasa bibi dan tabib tampak kesulitan menetralkan racun itu." Saran Ashiel.
Tidak ada luka serius bukan berarti tidak ada luka, terdapat luka memanjang dari bahu hingga siku Sean, bagian itu terus mengeluarkan darah berwarna merah kehitaman. Setahu Ashiel, tidak ada monster tingkat rendah yang dapat menyebabkan luka seperti itu, kecuali dibumbui sihir hitam.
Xera juga mulai menyadari sesuatu. Seharusnya, setelah ia merapal mantra penyembuh, luka atau sakit apapun bisa segera sembuh.
"Bisa saja monster yang menyerang kakak memiliki sihir hitam." Ucap Ashiel tanpa mengalihkan pandangan dari tangan Sean yang terluka.
"Xera, apa itu mungkin?" Tanya Xavier.
"Apa Sean akan sadar?" Tambah Lavina.
Xera tidak langsung menjawab melainkan kembali memperhatikan tangan Sean. Sihir hitam sudah sangat langka di kekaisaran, itu sebabnya ia tidak berpikir hingga kesana.
"Itu mungkin, hanya saja untuk apa seseorang menggunakan sihir hitam dan pada monster?"
Ashiel juga ikut memikirkan perkataan bibinya. Novel hanya mengatakan bahwa monster menyerang kekaisaran dan tidak membahasnya lebih lanjut. Ashiel juga tahu dari bibinya, bahwa pengguna sihir hitam sangat langka di kekaisaran. Selain hebat, sihir hitam sangat berbahaya. Kekaisaran tidak melarang untuk mempelajari sihir hitam, tapi juga tidak mewajibkan penggunaannya.
'Jika monster tingkat rendah itu memang diberi sihir hitam. Siapa, dan apa tujuannya?'
Bagaimana jika semua monster itu memang dikendalikan seseorang dengan sihir hitam? Tapi, apa mungkin?
"Xavier, panggil saintess kemari." Suara Xera membuat Ashiel tersadar dari lamunannya.
"Bukankah ada pendeta agung disini?" Tanya Lavina.
"Pendeta agung tidak memiliki kekuatan suci, Vina." Xavier mengingatkan istrinya. Lavina yang tersadar kemudian memeluk tubuh suaminya.
Xavier segera memberitahu Rien untuk membawa saintess kemari.
Ketika Luna dan Derian tiba, Luna segera memeriksa Sean dan membenarkan dugaan Ashiel."Racun monster ini memiliki unsur sihir hitam." Ucap Luna dengan suara tenang.
"Apakah kakak bisa menyembuhkannya?"
"Iya, dengan kekuatan suci saya, saya dapat menetralkan sihir hitam dan menyembuhkan luka tuan muda Sean." Jawab Luna.
Ashiel merasa sedikit lega ketika mendengar bahwa saintess dapat menetralkan sihir hitam.
Tidak lama setelah itu, Luna mulai memanggil kekuatan sucinya untuk menyembuhkan Sean. Kekuatan suci itu terlihat bersinar terang dan memenuhi seluruh ruangan. Ashiel merasa sangat terpesona dan sedikit takut oleh kekuatan suci yang sangat kuat itu.
Kekuatan suci Luna berhasil menetralkan sihir hitam dalam racun monster dan menyembuhkan luka Sean. Sean bangun dengan perlahan-lahan dan tersenyum lemah saat melihat Ashiel dan keluarganya. Sebelumnya, saat ia tiba di mansion dengan luka ditangannya, kepala Sean tiba-tiba berdenyut nyeri dan hal terakhir yang ia ingat adalah teriakan Dion, pelayannya.
"Kakak! Kau sadar!" Seru Ashiel, Xavier dan Lavina juga segera mendekati putra sulungnya setelah mengucapkan terima kasih pada Luna.
Luna dan Derian tidak langsung pergi karena mereka penasaran dengan apa yang terjadi pada Sean.
Sean tidak melepaskan senyumnya, ia mrngubah posisinya menjadi duduk.
"Apa yang sebenarnya terjadi kak?" Tanya Ashiel, ia masih ragu bagaimana bisa kakaknya yang menjadi pengguna aura diusia muda bisa diserang oleh monster dengan begitu mudah.
"Ashiel, biarkan kakakmu beristirahat." Ucap Lavina sambil mengusap rambut Ashiel.
"Tidak apa bu, aku baik-baik saja." Sean beralih menatap ayahnya. "Monster itu berbeda ayah, mata mereka lebih daripada monster tingkat rendah biasanya." Sean membagikan apa yang ia ketahui pada Xavier.
"Itu sebabnya luka ditanganmu berwarna merah kehitaman hingga Luna harus kemari." Tambah Derian yang sedari tadi diam. Awalnya ia terkejut mendengar bahwa Luna dipanggil karena Sean terluka. Bagaimana bisa pengguna aura yang sekarang memiliki pedang elf itu terluka?
"Ini buruk, jika dugaan Ashiel benar bahwa semua monster yang menyerang kekaisaran dikendalikan sihir hitam." Guman Luna.
Kamar Sean seketika menjadi hening, mereka memikirkan tentang pernyataan Sean. Jika monster tingkat rendah saja sudah lebih kuat dari biasanya. Bagaimana dengan monster tingkat menengah atau tingkat tinggi? Belum lagi ada monster yang tingkatannya belum diketahui. Apa kekaisaran akan baik-baik saja?
"Sean, apa kau yakin dengan perkataanmu?"
"Aku yakin ayah, aku pergi ke wilayah lain karena ingin memastikan. Dan semuanya terbukti benar. Para monster itu lebih kuat dari sebelumnya."
Xavier menghela napasnya, kekaisaran benar-benar kacau sekarang.
"Ashiel, apa kau sudah selesai membaca buku kuno itu?" Tanya Xavier yang dibalas anggukan oleh Ashiel.
"Temui pendeta agung lalu buat dia menyalin isi buku itu. Kita harus mempersiapkan banyak hal." Titah Xavier. Ia juga harus pergi ke istana untuk memberitahu kaisar mengenai keadaan kekaisaran saat ini.
"Aku juga akan kembali ke menara. Sean, beristirahat sejenak walaupun kondisimu sudah baik-baik saja." Ucap Xera. Ia akan memberitahu penyihir lainnya.
"Permisi, bisakah aku mengikuti tuan muda Ashiel untuk bertemu pendeta agung?" Tanya Luna dengan nada memohon.
Derian yang sudah ingin kembali ke mansion mencebik kesal karena permintaan Luna. "Luna, sebaiknya kita kembali." Ucapnya dengan lembut namun diabaikan.
Luna lebih memilih bertemu dengan Astalan karena ia mengagumi pendeta agung itu.
Ashiel menjawab Luna dengan anggukan. Ia menatap ibu dan kakaknya secara bergantian. "Aku pergi dulu ibu, kakak jangan lupa beristirahat."
~•~•~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Protagonis Pria [END]
Fantasia#Story Transmigrasi Saat ia membuka mata, ia mendapati dirinya dalam tubuh anak kecil yang dikurung disebuah sel sempit. Sampai suatu hari, beberapa kesatria datang dan membawanya keluar dari tempat itu. ### ❗️UDAH END, TAPI JANGAN LUPA APRESIASI...