11

46.1K 5.7K 47
                                    

Vote dulu, baru baca✌

###

Note (kali aja lupa)

Ashiel - Sean : beda 7 tahun.
Ashiel sekarang 9 tahun, Sean 16
Ashiel diculik pas umur 2 tahun

###

Xavier menatap pelayan yang menunduk dihadapannya. Saat ia berbicara dengan Rien, seorang pelayan mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.

"Maaf mengganggu, tuan. Saya kemari karena ingin memberitahu bahwa Madam sudah bangun. Ah, dan anak kecil–" Perkataan pelayan itu terhenti karena Xavier pergi keluar ruangan diikuti Rien.

"Umumkan pada seluruh penghuni mansion bahwa Ashiel adalah putraku."

"Baik tuan." Rien mengangguk pelan.

Xavier mempercepat langkahnya menuju kamar Lavina. Tangannya meraih gagang pintu namun terhenti karena mendengar tawa dari dalam ruangan. Hatinya seketika menghangat. Ia membuka pintu itu dengan pelan dan melihat ketiga orang yang ia sayangi tengah tertawa.

Lavina melirik kearah pintu tempat Xavier berada. Ia tersenyum lebar menatap suaminya yang mematung. "Xavier! Masuklah." Tangannya melambai memberi isyarat pada Xavier.

"Ibu, siapa tuan ini?" Ashiel bertanya saat Xavier berdiri disamping Sean.

Lavina lagi-lagi tersenyum pada Ashiel. "Dia suamiku. Dia juga ayahmu."

"Ayah?" Ucap Ashiel sambil menatap Xavier.

"Ya?" Xavier terlihat linglung saat mahluk kecil itu memanggilnya. Ia sudah sering dipanggil ayah oleh Sean namun rasanya sedikit berbeda.

Sean kecil memanggilnya dengan suara tegas, ia juga selalu bersikap dewasa. Apalagi saat Ashiel menghilang, Xavier lebih sering mendegar Sean yang memanggilnya dengan nada dingin.

Lavina terkikik pelan sedangkan Sean berusaha menahan tawa melihat ekspresi ayahnya yang tidak pernah ia lihat. Ayahnya terlihat syok dan menurut Sean itu lucu.

"Ibu, ayah sepertinya tidak menyukaiku." Ashiel mengadu pada Lavina.

Xavier tersadar dengan tindakannya. Ia menggelengkan kepalanya panik. "Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya terkejut."

"Benarkah?"

Xavier menahan keinginannya untuk mencubit pipi kurus Ashiel saat melihat tatapan berbinar dari anak itu. Ia memberikan anggukkan sebagai jawaban.

'Dia hidup. Dia dihadapanku sekarang.'
Tangannya terulur pada kepala Ashiel kemudian mengusapnya dengan pelan.

"Kau sangat kecil. Tapi tak apa, kau akan segera tumbuh."
Ashiel berusia sembilan tahun sekarang namun tubuhnya tidak jauh berbeda dengan anak berusia lima tahun. Menghela napas, Xavier menaruruh kedua tangannya diantara ketiak Ashiel kemudian membawanya kedalam pelukannya.

Sean dan Lavina tidak berniat menghentikan Xavier. Mereka tahu, Xavier lebih tersiksa setelah kehilangan Ashiel. Ia harus melaksanakan tugasnya sebagai bangsawan, merawat istrinya yang tidak waras dan juga membesarkan seorang anak.

Gemuruh pelan dari perut kecil Ashiel membuat semua orang menahan tawa karena wajah Ashiel terlihat memerah.

"Apa ini? Kau lapar? Hm. Mari kita makan." Xavier melangkahkan kakinya menuju ruang makan karena waktu juga menunjukkan saatnya makan siang. Ia memberi isyarat agar Sean dan Lavina mengikutinya.

Pemandangan dimana keluarga Ailos berjalan bersamaan membuat para pelayan menghentikan kegiatan mereka. Marciones yang dikabarkan 'gila' dan dikurung dikamarnya kini tersenyum lembut membuat siapapun yang melihatnya merasa damai. Tuan muda Sean yang juga sering terlihat suram kini tampak tenang seperti mudah didekati.

Tatapan pelayan lebih fokus pada Xavier yang menggendong Ashiel. Mereka bertanya-tanya siapa mahluk kecil yang berambut serupa dengan tuannya itu.

Beberapa dari mereka tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing sehingga saat Rien mengumumkan Ashiel sebagai tuan muda kedua Ailos, mereka tidak mengetahuinya.

"Apa Marquis memili anak haram?"

"Ssst, tutup mulutmu. Bagaimana mungkin Madam terlihat senang jika mengetahui Marquis memiliki anak haram?"

"Ah! Kau benar. Madam terlihat senang."

"Mungkinkah itu tuan muda kedua? Kudengar tuan muda kedua sudah ditemukan."

Ashiel yang mendengar bisik-bisik dari pelayan perlahan menyembulkan kepalanya.

Pekikan tertahan juga bisa Ashiel dengar. Ia melihat para pelayan menatapmya dengan tatapan terkejut.

"Yaampun! Dia seperti Madam."

"Benar-benar mirip."

"Hanya rambut dan matanya yang serupa dengan Marquis."

"Itu berarti tuan muda kedua sudah ditemukan."

"Kau benar. Tidak mungkin anak haram Marquis terlihat mirip dengan Madam."

Mereka tiba diruang makan. Rien dengan sigap menyiapkan makanan khusus untuk Ashiel karena pencernaan Ashiel masih bermasalah.

Xavier meletakkan Ashiel disamping Lavina sedangkan Sean duduk dihadapan Lavina.

"Wow, ini enak." Ashiel melahap sup dihadapannya dengan nikmat.
Ini pertama kalinya ia memakan makanan yang layak didunia ini.

Suara Ashiel membuat mereka menghentikan kegiatannya.

"Makan perlahan, kau bisa makan sebanyak yang kau mau." Xavier menahan amarahnya. Hanya semangkuk sup saja sudah membuat Ashiel tampak senang. Apa yang Ashiel makan selama ini? Mengapa tubuhnya begitu kecil dan tidak sesuai dengan usianya?

Ashiel mengangguk lalu kembali melahap makanannya. Tatapannya tertuju pada sosis dan juga daging panggang. Lavina yang sedari tadi memperhatikan, secara inisiatif menyerahkan piring berisi daging daging panggang lalu menambahkan sosis diatasnya. Ia juga memotong daging itu untuk memudahkan Ashiel.

"Terimakasih bu!" Ujar Ashiel yang memasukkan potongan daging kedalam mulutnya.

Lavina menganggukkan kepala lalu melanjutkan kegiatannya.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang