30

31.1K 4.4K 149
                                    

Vote dulu sebelum baca✌

###

Aku double yaa! Sekalian ngerayain 100k+ views.
Makasih banyak buat antusias semuanya!

###

Xavier berdiri tegak di ruangannya dengan tatapan tajam yang memancarkan kemarahan. Ditangannya, ia memegang dokumen dari Rien yang mengungkapkan bahwa dalang dibalik penyerangan Ashiel.

Agatha Corbin, meminta assassin melukai putra keduanya dengan  belati yang beracun. Beruntung, Xera dapat menetralisir racun itu.

Ada dokumen lain yang dikirim secara misterius tentang Baron Corbin. Dokumen itu berisi kebenaran dimana Baron Corbin memiliki bisnis jual beli budak ilegal, selain itu dia juga lah dalang dari penculikan putra keduanya.

Dokumen itu menjelaskan bahwa Baron Corbin menculik Ashiel karena putrinya ingin Xavier menyesal setelah menolak dirinya.

Xavier membaca kedua dokumen itu sekali lagi, mencoba mengatasi rasa sakit yang merayap di dalam dirinya. Dia tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang cukup berani untuk menculik anaknya hanya untuk mendapatkan keuntungan.

Sambil menatap dokumen, Xavier merenungkan bagaimana dia bisa membiarkan kejahatan semacam itu terjadi di bawah hidungnya. Dia merasa telah gagal sebagai seorang ayah karena putra keduanya menderita akibat perbuatannya.

"Ashiel..." Xavier memijat pangkal hidungnya. Anak keduanya yang malang. Mengapa ashiel begitu menderita? Dia diculik saat berusia dua tahun, dijadikan budak, diberi sihir penyamaran dan mananya disegel?

Semua ini terjadi hanya karena ia tidak ingin selir?

"Bagaimana dia bisa melakukan ini?" Ucap Xavier dengan suara lantang, "Dia membuat anak keduaku begitu menderita hanya untuk menjadikan putrinya sebagai selirku? Dia benar-benar gila!"

Marquis meremas laporan itu dengan kuat, mencoba menahan kemarahannya yang memuncak. Dia bahkan tidak peduli bagaimana dokumen itu bisa ada diruangannya. Dia merasa tidak ada hal yang lebih penting daripada keluarganya dan dia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil mereka darinya.

"Tangkap Babi sialan itu dan putrinya secara diam-diam. Kurung mereka dipenjara dan jangan beri makan apapun." Titah Xavier pada Rien.

Sama seperti Xavier, Rien juga menahan marah dalam diam. Bisa-bisanya Baron itu menghancurkan kebahagiaan tuannya. Sungguh menjijikkan.

###

Pria bertubuh gempal itu tampak asik menikmati alkohol ditemani para gundik. Sejak ia melihat sosok salinan Marciones saat rapat bulanan, pikirannya menjadi tidak tenang. Ingatannya terus memutarkan saat-saat dimana ia dan putrinya menculik putra kedua Ailos itu.

Ia sudah mengelabui saudara pelayan putrinya untuk mengakui bahwa ia menyukai Marquis Ailos lalu menculik Ashiel dan memberinya sihir penyamaran serta menyegel mana Ashiel.

Seharusnya anak itu berada ditempat pelelelangan yang ia kelola, hanya saja entah bagaimana anak itu kabur dari sana dan muncul kembali dihadapannya bersana Xavier.

Seharusnya ia membunuh anak itu sejak dulu.

Putrinya yang gila dan terobsesi pada Marquis Xavier pasti melakukan hal lain untuk anak itu.

Hah!

"Tuan, mengapa anda tampak murung?" Salah satu gundik menangkup wajah Baron Corbin yang kini memerah karena mabuk.

"Entahlah, putriku yang gila pasti sedang berbuat jahat." Mata merahnya menatap gundukan lemak didada perempuan itu.

Baron Corbin terus mengatakan berbagai hal yang tidak ditanggapi para gundik, mereka hanya terus menggodanya hingga ia menghabiskan puluhan koin emas.

Puas dengan para gundik, Baron Corbin melangkah pergi meninggalkan rumah gundik dengan sempoyongan. Tampaknya ia terlalu banyak minum hari ini. Langkahnya sesekali menabrak orang disekitar namun ia tidak peduli.

Ditengah perjalanan, Baron Corbin melihat sosok pria dengan pakaian kesatria khas Ailos.

"Sepertinya kau ingin menangkapku. Bagaimana mantan budak itu? Apa dia masih hidup? Seharusnya tidak, aku dengar putriku membeli racun mematikan untuk dioleskan pada belati itu. Yah, lagipula anak itu mengalami lonjakan mana. Dia pasti akan mati. Hahaha." Racau Baron Corbin.

"Ini salah ayahnya karena menolak lamaranku untuk putriku. Marquis Xavier pasti menyesal karena-ugh!" Ucapannya terhenti karena kesatria kepercayaan Xavier memukul tengkuk pria gempal itu.

"Berani sekali kau menghancurkan kebahagiaan tuanku." Ucapnya dengan suara rendah, kesatria itu menghapus jejaknya kemudian berteleportasi menuju penjara bawah tanah Marquis Ailos.

###

Senyuman itu tidak pernah luntur dari wajah Agatha sejak ia mendapat kabar baik dari orang yang menjalankan perintahnya di guild assassin. Ia melepas aksesoris dan juga beberapa perhiasan yang ada ditubuhnya kemudian menyimpannya didalam kotak.

"Racun itu sangat mematikan. Aku yakin kabar baik akan terdengar ditelingaku besok."

Setelah berganti pakaian, wanita itu duduk diatas tempat tidurnya. Sambil memejamkan mata, ia membayangkan ekspresi muram diwajah Xavier.

Pasti menyenangkan.

Lagipula ini salahnya. Apa susahnya menikahinya? Mengapa Xavier begitu setia pada wanita lemah lembut seperti Lavina? Bukankah lebih menyenangkan jika Xavier memiliki istri seperti Agatha? Ia cantik, seksi, tegas dan tidak lembut seperti Lavina.

Selain itu, Agatha juga sangat pandai memusakan nafsu pria.

Begitu kata ayahnya.

Bukankah sudah jelas, Agatha lebih dari Lavina?

Xavier sepertinya menutup mata akan kehadiran Agatha.

Agatha memejamkan matanya tanpa melepas senyum. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya saat ia membuka mata di keesokan hari.

~•~•~•~

Adik Protagonis Pria [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang